Lihat ke Halaman Asli

Yoga Utami

Ibu Rumah Tangga

Menggumami Tulisan di Jaket Melania Trump

Diperbarui: 13 Agustus 2018   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: elle.com)

Saya menuliskan ini dengan berniat mengenang sekaligus mengingatkan diri akan pentingnya slogan lama yang saya kerap dengar waktu kecil: mari membaca. 

Judul di atas benar dibaca menggumami. Dari kata dasar gumam. Berupaya berucap sambil berpikir apa yang tengah disimak, demikian makna secara sederhana. Dan apa yang tengah disimak sebagai objek dari kata kerja tersebut adalah tulisan yang tertera di bagian belakang jaket milik Melania Trump. Jaket tersebut dikenakannya saat melakukan kunjungan ke tempat anak-anak imigran di Texas, 21 Juni silam. Dan tulisan itu pun menuai kecaman dari berbagai pihak tentang kepantasan, kelayakan, dan rasa kemanusiaan.

Membaca dan menulis memang sudah menjadi kewajiban yang harus ditempuh untuk menjalani kehidupan. Tidak hanya di dalam ruang kelas dan di bangku sekolah. 

Saat keluar dari kelas dan saat pulang sekolah bahkan usai berhasil lintasi berbagai jenjang sekolah, membaca dan menulis tak akan lepas dari kebutuhan hidup. 

Membaca dan menulis sebaiknya tidak hanya dipahami sebagai kepiawaian kita menorehkan huruf demi huruf menjadi kata, kata demi kata menjadi kalimat, kalimat demi kalimat menjadi paragraf, paragraf demi paragraf menjadi sebuah bab, penggalan karya tulis, skripsi, tesis, disertasi, artikel ataupun secarik  pesan dalam surat. 

Read the word and world, demikian pesan Paulo Freire (Freire & Macedo, 1987). Paulo Freire, seorang tokoh dunia asal Brazil yang peduli dengan dunia pendidikan dan kemanusiaan, berpesan kepada kita yang tersebar di berbagai penjuru dunia, baik dalam artian tempat ataupun dunia aktivitas yang kita geluti masing-masing.

Terima kasih kepada guru kita juga orang tua yang mengenalkan kita pada huruf hingga kita bisa bertutur lewat lisan dan tulisan juga membaca. Buah pikiran dari Paulo Freire dikenal dengan istilah Critical Pedagogy yang menginspirasi lahirnya gagasan untuk mengembangkan Critical Literacy. Literasi sebaiknya tidak hanya terbatas keterampilan membaca dan menulis lahiriah. Dibutuhkan juga keterampilan lanjutan, yakni memahami dan berpikir kritis.

Kata dan dunia dalam bahasa Inggris memang hanya memiliki satu huruf yang membuatnya berbeda arti, word adalah kata sementara world adalah dunia. Secara linguistik, huruf "l" di sini berperan sebagai fonem, bunyi yang membedakan arti.

Secara harafiah, kita bisa pelajari kata demi kata. Teks, suatu istilah yang menjadi perwakilan dari sejumlah kata yang hadir. Dan teks tidak hanya hadir seorang diri. Teks hadir bersama dengan alasan, siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana teks tersebut hadir dan lahir. Teks selalu berkawan dengan sang pendamping yang setia, konteks.

Dan sebaiknya kita menjadi pihak yang bisa menghargai sang teks tanpa melupakan sang pendamping. Mereka hadir bak dua sejoli yang saling melengkapi. Tidak perlu kita merusak kemesraan antara teks dan konteks. Bukankah demikian makna hidup dalam harmoni dan keselarasan. 

Kisah sang Ibu negara super power yang mengunjungi anak-anak imigran yang sebagian besar adalah pengungsi, sebaiknya menjadi renungan terdalam. Renungan kita adalah bagian memahami konteks, situasi yang terjadi, siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana. Jika konteks dari pihak sang Ibu negara memang teruji kesahihan niatan kemanusiannya, sepantasnya kata menggumami sebagai judul tulisan ini diedit menjadi mengagumi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline