Lihat ke Halaman Asli

Yogaswara F. Buwana

Pemikir Bebas

Perlukah Penggunaan Istilah Prasejarah Diganti ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa manusia belum mengenal tulisan dalam sejarah disuguhkan dengan istilah yang berbeda., yaitu Pra Sejarah dan Pra Aksara. Hal tentu ini menimbulkan kontroversi tersendiri bagi kalangan sejarawan. Ada yang menyetujui istilah prasejarah dan adapula yang menyetujui istilah praaksara. Mungkin dari kalangan pelajar, hal tersebut dianggap biasa karena maknanya dianggap sama saja. Atau karena para pelajar lebih mengandalkan buku pelajaran yang ada. Namun di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan sejarah. Tentu saja hal ini mengundang perdebatan. Ada yang setuju dengan istilah prasejarah dan ada pula yang setuju dengan istilah pra aksara. Bahkan tak jarang terjadi perbedaan pendapat antara mahasiswa dan dosen. Perbedaan pendapat antara mahasiswa dengan dosen adalah hal yang biasa. Tetapi bukankah setiap perbedaan pendapat harus disertai dengan argumen-argumen yang kuat. Selain itu harus juga disertai dengan pemecahan atau pencarian solusi.

Yang menyetujui istilah prasejarah tentu mempunyai argumen tersendiri dan yang menggunakan istilah pra aksara juga mempunyai argument tersendiri. Dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Istilah prasejarah lebih populer. Namun hal itu juga diikuti oleh penggunaan istilah pra aksara yang baru-baru ini muncul dalam buku pelajaran sekolah.

Harus diakui, penggunaan istilah prasejarah lebih populer dibandingkan dengan istilah pra aksara. Hal ini wajar karena di istilah internasional atau istilah bahasa Inggris, masa manusia sebelum mengenal tulisan disebut dengan istilah prehistory. Istilah prehistory ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pre menjadi pra dan history menjadi sejarah, jika di gabungkan akan menjadi prasejarah. Bahkan buku sekelas SNI (Sejarah Nasional Indonesia) pun menggunakan istilah prasejarah.

Prasejarah jika diartikan perkata yakni pra yang artinya sebelum dengan kata sejarah maka artinya akan menjadi sebelum sejarah. Lalu pertanyaanya apakah ada masa sebelum sejarah ?. Semua manusia tentu memiliki sejarah, bahkan manusia purba pun memiliki sejarah. Kita sering mendengar pertanyaan, “bagaimana sejarah manusia purba ?”, hal ini membuktikan bahwa manusia purba juga memiliki sejarah. Cukup aneh jika kita mendengar pertanyaan, “Bagaimana prasejarahnya manusia purba ?.”

Lagi pula ada kekeliruan pada istilah sejarah, sejarah banyak diartikan masa dimana manusia mengenal tulisan. Padahal dalam ilmu geografi bukankah kita sering mendengar sejarah terbentuknya tata surya. Lalu pertanyaanya jika sejarah dikaitkan dengan definisi mengenal tulisan. Apakah tata surya bisa menulis dan membaca ?”. Padahal menurut definisi sejarah banyak para ahli yang mengatakan pengertian sejarah yang intinya adalah peristiwa yang terjadi di masa lampu. Tidak ada istilah tulis menulis disini. Jadi sejarah bukanlah masa manusia setelah mengenal tulisan, melainkan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.

Lalu istilah masa prasejarah dan sejarah juga seharusnya diganti dengan istilah masa pra aksara dan masa aksara. Jadi sebaiknya sejarah bukan digunakan untuk membagi masa karena semua masa adalah sejarah. Akan lebih bijak kalau dinyatakan dalam sejarah ada dua zaman, yakni zaman pra aksara dan zaman aksara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline