Lihat ke Halaman Asli

I Putu Yoga Purandina

Dosen Jurusan Dharma Acarya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Sosok Ibu Kuat dan Cerdas untuk Anak Hebat

Diperbarui: 22 Desember 2020   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudahkah kita memeluk Ibu kita hari ini? Kadang kita lupa dengan kasih saying yang diberikan oleh ibu kita. Kadang kita tidak mampu merasakan rasa pilu ibu. Apakah ibu kita tegar? Mungkin kita melihatnya baik-baik saja. Namun sebenarnya tantangan seorang ibu sangatlah berat. Perlu kekuatan yang besar untuk menjadi seorang ibu. Baik kekuatan fisik yang harus tetap prima, psikis dan harus memiliki kedewasaan berfikir dan yang terpenting adalah hati. Berkat hati yang besar inilah kita mampu tumbuh dan berkembang di dunia ini.

Ibu merupakan sosok seorang wanita yang tangguh berjuang demi sebuah kebahagiaan anaknya. Dalam keadaan normal tidak ada Ibu yang sengaja ingin menyengsarakan anaknya di dunia ini. 

Pengorbanan seorang ibu tentu dimulai sejak pertama kali mengandung seorang anak di dalam kandungan. Kemudian melahirkan anak dengan perjuangan antara hidup dan mati. Membesarkan anak, dari mengurus kita sedari bayi, kemudian menemani kita belajar merangkak, berjalan, menemi kita belajar berbicara, menyuapi kita, menemani kita tidur, menyiapkan seragam sekolah sampai mnegantar kita ke sekolah.

Seorang Ibu tugasnya tidaklah hanya mengurus anak semata. Seorang ibu kini memiliki tugas yang tidak mudah. Dewasa ini, Ibu merupakan seorang wanita kekinian yang juga merupakan sosok cerdas, harus juga mampu mengelola keluarga. 

Di masyarakat sering kita temui sebuah persepsi, dimana tolak ukur keberhasilan sebuah keluarga sangat dipengaruhi oleh seorang istri/ibu. Baik-buruknya sebuah keluarga dicerminkan oleh seorang wanita/istri/ibu. Walaupun persepsi ini tidaklah sepenuhnya benar. Namun hal ini setidaknya menjadi sebuah gambaran di masyarakat.

Dengan demikian, sosok ibu merupakan sosok yang segalanya. Sering kita dengar pula sebuah slogan "My mom is everything", yang artinya ibuku adalah segalanya. Ibu merupakan seorang pekerja yang juga ikut bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Wanita kini tentu merupakan seorang wanita karir yang juga harus memperjuangakan pekerjaannya, mimpinya, yang tidak kalah dari seorang laki-laki. Banyak kini perempuan-perempuan hebat sebagai tonnggak perubahan yang memperjuangkan ide-ide briliannya demi kemajuan bangsa kita. Sebagai pemimpin, sebagai penguasaha, lembaga sosial masyarakat dan berbagai profesi yang digeluti.

Sehingga beban tugas seorang Ibu sangatlah berat, dan semakin berat ketika pandemik COVID-19 ini menyandra kita selama setahun ini. Keadaan ini merubah segalanya dengan cepatnya. Tentu hal ini berimbas juga terhadap beban seorang ibu. Contohnya, di masa yang sulit ini ruang gerak kita semakin sulit, baik dari segi perkerjaan atau ekonomi, pendidikan, dll. 

Banyak Ibu-ibu kita yang diberhentikan dari pekerjaannya. Hal ini memberikan dampak buruk bagi penghasilan keluarga. Seorang Ibu yang mengalami keadaan ini akan tetap berjuang berusaha menacari penghasilan dengan membuka warung atau lapak sederhana hanya demi membantu keuangan keluarga, demi kebutuhan hidup anaknya.

Begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari di masa ini sangatlah sulit. Seorang ibu akan berusaha keluar rumah, ke pasar atau supermarket untuk mencari kebutuhan pokok untuk dan keluarga. Kadang apa yang dicari tidak mudah untuk ditemukan begitu saja. Harus pindah dari satu pasar ke pasar yang lain, satu took ke took yang lain, dari satu waryng ke warung lainnya. Virus Corona ini sudah siap menerkam para pejuang kebutuhan pokok ini. Sungguh kasiahan keadaan ini, hanya demi memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

Sampai di rumah, kemudian Ibu menjadi seorang master Chef-nya keluarga. Masakan Ibu tentu yang paling enak. Setiap anak pasti mengatakan hal tersebut. Memang sebuah tuntutan secara langsung seorang Ibu harus bisa memasak. 

Walauun tidak bisa, setidaknya Ibu harus memutar otak untuk dapat menyediakan makanan, entah dengan membelinya, dll. Tetap saja seorang ibu bertanggung jawab dalam hal ini. sungguh berat memang. Tidak tega jika seorang ibu membiarkan anaknya kelaparan begitu saja kan? Maka dari itu Ibu senantiasa mencukupi kebutuhan perut dan gizi anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline