Bulan Maret, tepatnya tanggal 2 Maret, pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia, tentu saja ini menjadi gempar di negara yang berpenduduk 270 juta jiwa.
Masuknya covid ke Indonesia ternyata telah mengubah semua lini di masyarakat. Salah satu yang terdampak adalah dunia ekonomi. Kelesuan terjadi di semua link ekonomi, namun kelesuan akibat pandemi ini tak hanya berlaku di skala nasional, namun dalam skala global.
Kelesuan dunia ekonomi akibat pandemi mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan dunia terancam resesi ekonomi. Prediksi pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah menurun drastis akibat pandemi. Pertumbuhan yang ditargetkan mencapai 5 persen, nampaknya sulit terwujud akibat pandemi.
Baru baru ini katadata membuat sebuah survey tentang dampai dunia digital dalam menghadapi pandemi covid-19. Metode survey adalah dengan metode sampling melalui online dan sambungan telpon dengan responden adalah 139 perusahaan rintisan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 8 Mei - 5 Juli 2020.
Hasil dari survey menunjukan bahwa kondisi sebagian start up memburuk akibat pandemi covid-19. Di akhir 2019 data yang tersaji adalah 74, 8 persen kondisi perusahaan dalam skala baik-baik saja, namun di setelah pandemi menyerang ada penurunan presentase, penurunan ada diangka 50 persen, sehingga dari 74, 8 % menjadi 33 % startup yang masih dapat bertahan ditengah kelesuan ekonomi.
Namun ada juga start up yang tumbuh ditengah pandemi. Perusahaan yang mengalami kenaikan ditengah pandemi adalah sektor usaha yang berasal dari sektor sistem pembayaran, logistic, pertanian dan kesehatan.
Dari survey yang dikeluarkan katadata ini juga dapat dilihat perusahaan yang dapat survive ditengah pandemi adalah perusahaan yang memiliki valuasi 100 miliar per bulan bahkan mengalami kenaikan, sedangkan yang benar-benar terdampak adalah perusahaan yang memiliki nilai transaksi dibawah 1 miliar.
Sejauh mana perusahaan tersebut dapat bertahan? Ini menjadi sebuah hal yang penting. Separuh dari start up tersebut dapat bertahan lebih dari 1 tahun, mereka dapat survive setidaknya sampai kuartal pertama 2021. Sedangkan 20,1 persen start up dapat survive sampai September 2020, sisanya sebanyak 10 persen tidak dapat bertahan.
Untuk menyiasati problem ini, perusahaan start up melakukan langkah langkah strategi agar dapat bertahan. Pemangkasan biaya produksi menjadi langkah jitu start up. Langkah langkah yang diambil adalah pengurangan gaji, pengurangan karyawan dan pengurangan aset.
Start up juga tentunya tak dapat terlepas dari peranan internet. Menurut mereka, internet ini memiliki peranan yang penting, baik dari aspek jangkauan pengguna internet, literasi digital, biaya koneksi, sebaran penggunaan internet serta kecepatan transfer data.
Dari semua aspek ini dari data survey katadata, keberadaan internet di Indonesia ini belum cukup puas, perlu ada perbaikan perbaikan dalam sistem internet di Indonesia.