Lihat ke Halaman Asli

Yoga Prasetya

Penjelajah

Ketika Pemuda Tersesat Menulis Cerita Ramadan

Diperbarui: 3 April 2022   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ketika Pemuda Tersesat Menulis Cerita Ramadan

Tersesat oh tersesat. Astaghfirullah.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh para pembaca. Hari ini saya mulai berpuasa. Bukan karena saya NU, atau karena saya mengikuti pemerintah. Melainkan, karena kemarin saya masih belum fit 100% untuk berpuasa.

Pada hari Sabtu pagi, saya masih dalam perjalanan alias menjadi seorang musafir. Dan kebetulan, pemerintah resmi mengumumkan puasa ramadan pada tanggal 3 April 2022. Alhamdulillah, terima kasih.

Sebenarnya, kalau pemerintah mengumumkan puasa tanggal 2 April ya gak papa. Saya tetap akan berpuasa pada tanggal tersebut. Kebetulan, menjadi musafir zaman sekarang tidak seberat zaman dulu.

Zaman dulu, untuk bepergian harus pakai unta. Kalau di Jawa masih pakai kuda atau kalau saya misqueen ya terpaksa jalan kaki. Berhubung agama Islam itu agama yang mudah, maka orang yang melakukan perjalanan jauh boleh untuk tidak berpuasa.

Kurang enak apa jadi orang Islam? Islam itu indah dan mudah, bukan? Ayo, monggo bagi pembaca yang belum bersyahadat, akan saya bimbing. Ashadualla ilaa ha illallah. Wa ashaduanna Muhammadan abduhu wa rasuluh.

Alhamdulillah. Hehehe. Mohon jangan baper ya man-teman. Memang saya ini pemuda yang masih tersesat. Hiks. Namun, saya percaya bahwa banyak kawan-kawan non-muslim yang tidak akan tersinggung dengan tulisan saya.

Malahan, teman-teman saya yang seiman terkadang bapernya minta ampun. Gimana ya. Susah juga menjelaskannya. Saya ini adalah anggota Islam Garis Lucu. Sedangkan teman-teman saya yang Islam Garis Lurus terkadang merasa tulisan ini terlalu banyak mudharatnya.

Belum lagi jika saya bertemu Islam Garis Keras. Yang dikit-dikit bilang haram!!! Haram!!! Bidah!!! Bid'ah!!! Ya, mau gimana lagi. Ini adalah realitas. Saya menjadikan tulisan komedi sebagai metode dakwah.

Dan saya tidak pernah merasa paling benar. Saya ini masih pemuda tersesat yang setiap hari membaca doa "ihdinassiratal mustaqim". Artinya: tunjukkan kami kepada jalan yang lurus. (Surat Alfatihah)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline