Lihat ke Halaman Asli

Yoga Prasetya

Penjelajah

Pengalamanku Mengajar di Kelas Tahfiz dan Bahasa Arab Sejak 2020-Sekarang

Diperbarui: 7 Februari 2022   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Yoga Prasetya bersama anak didik kelas Tahfiz dan Bahasa Arab angkatan 2021

Pengalamanku Mengajar di Kelas Tahfiz dan Bahasa Arab Sejak 2020-sekarang

Pada kesempatan kali ini, aku ingin berbagi cerita tentang pengalamanku mengajar di kelas Tahfiz dan Bahasa Arab (TBA). Kelas TBA merupakan kelas untuk peserta didik yang hafal beberapa Juz Al-Qur'an dan ingin mendalami ilmu bahasa Arab. Yuk simak, bagaimana pengalamanku mengajar di kelas TBA.

2020-2021

Kesan pertamaku mengajar di kelas TBA sungguh "excited". Aku serasa nostalgia waktu mondok di Pesantren Nurul Jadid Probolinggo (2007-2010). Namun, pembelajaran terpaksa dilakukan secara daring karena adanya pandemi Covid 19.

Meski pandemi, anak didik kelas TBA tetap semangat dalam berkarya. Ada dua anakku yang menjadi pelopor, yakni Muhammad Ashhab Firdaus dan Zahron Maula Azro. Mereka berhasil membuat video ulasan buku dengan baik. Karya mereka ada di YouTube channelku "Yoga Prasetya".

Pembelajaran di kelas TBA membutuhkan pendekatan personal. Terutama bagi anak-anak yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Alhamdulillah, beberapa anak sudah sangat akrab denganku. Misalnya, Sahasika Nawang dan Baihaqi (Jawara Bahasa Arab tingkat nasional), Izzuddin Satya (hobi membuat karikatur), Hanna (jawara Broadcasting), Attallah (Madridista), dan masih banyak lagi yang belum aku tulis.

2021-2022
Tahun kedua, aku kembali dipercaya mengajar di kelas TBA. Berhubung Ustazah Ayyin akan melahirkan, maka aku diberi kepercayaan untuk menjadi wali kelas 8 TBA (September-November 2021). Ini adalah pengalaman pertamaku jadi wali kelas.

Dalam pembelajaran, aku menekankan pada keterampilan. Anak-anak langsung praktik membuat teks berita, iklan, eksposisi, puisi, dan eksplanasi. Alhamdulillah, hasilnya anak-anak tidak hanya belajar, tetapi telah membuat sebuah antologi karya.

Sebanyak 27 anak TBA kelas 8 hingga sekarang tetap aku ikuti perkembangan pembelajaran dan kepribadiannya. Ada yang menjadi lebih rajin, seperti Awwab. Ada juga yang tetap stabil, seperti Aisyah. Dan ada juga yang tetap malas. Hiks.

Ya, begitulah realitanya. Manusia hanya bisa berusaha. Guru hanya bisa mendidik dan mengingatkan anak-anak. Hasilnya, kembali kepada individu masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline