Inilah 4 Ciri Orang Dewasa dari Sudut Pandang Guru
Apa makna dewasa? Bagaimana ciri-ciri orang yang sudah dewasa? Dua pertanyaan yang penting untuk kita ketahui.
Bagi seorang guru, dewasa bukan dilihat dari fisiknya. Dewasa erat kaitannya dengan kematangan berpikir dan pandangan. Ada orang yang usianya 18 tahun, tetapi sudah layak dikatakan dewasa. Ada juga orang yang usianya 40 tahun, tetapi tidak bisa dikatakan dewasa karena pola pikirnya masih seperti anak-anak.
Berdasarkan sudut pandang saya sebagai seorang guru, setidaknya ada 4 ciri seseorang bisa dikatakan sudah dewasa. Keempat ciri ini terinspirasi dari postingan Instagram @baperline yang kemudian saya tafsirkan dari pengalaman saya sebagai seorang guru. Berikut penjelasannya.
1. Bangun untuk kerja
Bangun untuk kerja merupakan ciri pertama orang dewasa. Bekerja apa saja yang penting halal dan tidak melanggar aturan agama, negara, dan adat/sosial. Tidak harus kerja kantoran. Di zaman sekarang, kerja bisa di mana saja dan kapan saja.
Yang dibutuhkan dari bangun untuk kerja adalah kemauan. Kemauan membentuk sikap mandiri. Berani melangkah untuk kerja. Sebagaimana slogan Endang Soekamti. "Mandiri dalam Bekerja, Merdeka dalam Berkarya". Demikianlah, ciri pertama seorang dikatakan sebagai orang dewasa.
2. Gajian untuk Keluarga
Setiap pekerja profesional pasti mendapatkan gaji. Saya sendiri pertama kali mendapatkan gaji sebagai guru di usia 19 tahun (sewaktu bekerja di lembaga bimbingan belajar). Gaji pertama tersebut saya gunakan untuk mentraktir keluarga terdekat saya di Jember, yakni teman kostan.
Menurut saya, keluarga bukan hanya sekadar ibu, bapak, istri, dan anak. Bagi saya, keluarga adalah orang yang peduli dengan kita. Jadi, ciri kedua seorang dewasa ialah gajinya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang-orang terkasih (keluarga).
3. Tidur untuk istirahat
Orang dewasa harus bisa membagi waktu dengan baik. Kapan waktunya bekerja, kapan waktunya bersama keluarga, dan kapan waktunya istirahat. Tidur bukan karena tidak ada pekerjaan, tetapi tidur benar-benar digunakan untuk istirahat.
Sebagai guru yang punya pengalaman tinggal di pesantren, saya terbiasa tidur setelah isya' dan bangun sebelum subuh. Waktu malam sebaiknya memang digunakan untuk istirahat. Begitulah normalnya dari sudut pandang guru.