Lihat ke Halaman Asli

Yoga Prasetya

Penjelajah

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 19)

Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Gus Pras (Canva)

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 19)

Masa lalu adalah sekarang. Masa depan pun sekarang. Namun, hanya sedikit yang memahami. Ibarat mendaki puncak gunung, semakin tinggi, semakin jarang yang mampu.

Angka tiada bisa mewakili kedalaman suatu jiwa. Ada yang menulis ribuan karya, tetapi ia masih terikat dengan dunia. Maka, berhentilah mengejar angka.

Warna biru juga bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Betapa banyak mereka yang abai pada jiwa. Para pemilik rumah ini telah melenakan mereka dengan berbagai cara.

Dan, aku masih di sini. Tiada niat selain menuturkan perjalanan jiwa. Ketika jiwa melangkah, itulah akhir dari segala urusan.

Maka, sebelum pergi, maafkan segala khilaf. Karena manusia memang tiada pernah lepas dari salah. Dan, ucapkan selamat pada kaum yang mau melapangkan jalan orang lain, menuju kemenangan. Bersama-sama.

Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 11 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline