Lihat ke Halaman Asli

Yoga Prasetya

Penjelajah

Untuk Anakku yang Sedang Menulis Cerpen

Diperbarui: 17 Februari 2021   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva/Yoga Prasetya

Untuk Anakku yang Sedang Menulis Cerpen

Kemarin, Bu Dyah, salah satu rekan guru menghubungi saya. Beliau menyampaikan bahwa ada anak kelas 7 yang ingin ikut lomba menulis cerpen. Tentu saja saya bahagia.

Sebagai guru kelas 8, saya merasa lega. Tahun depan akan ada generasi baru pencinta cerpen. Tak perlu menunggu waktu lama, si anak kelas 7 dan orang tuanya langsung menghubungi saya. Oh, iya anak itu bernama Neisya dari kelas 7 bilingual.

Saya sudah membaca cerpennya. Sangat orisinil dan Neisya mampu menciptakan majas yang apik. Salah satu kalimat favorit saya adalah ini. "Sinar matahari yang berada di batas garis terbarat cakrawala seakan tak ingin pergi... Maka, ia melukis langit senja."

Karena cerpen ini digunakan untuk ajang lomba, tentu saya perlu memberikan masukan agar cerpen Neisya lebih bagus lagi. Alhamdulillah, selama empat tahun menjadi pembina lomba cerpen, saya sudah sering mengantarkan anak-anak juara lomba cerpen tingkat nasional. Mulai dari emas Olimpiade Seni 2019 dan Bahasa Indonesia tingkat nasional hingga juara 2 Festival Bulan Bahasa tahun lalu. Ya, meski saya belum menjadi guru terbaik dan masih terus belajar.

Adapun masukan saya kepada Ananda Neisha, ada empat bagian. Pertama, kesesuaian tema. Kedua, pemanfaatan bahasa. Ketiga, kemampuan menghidupkan cerita. Keempat, kreativitas isi cerita.

Pertama, kesesuaian tema. Tema adalah ide pokok sebuah cerita. Karena tema sudah ditentukan panitia, maka kamu perlu melakukan studi literasi tentang tema tersebut. Nah, literasi ini yang perlu dilakukan lebih dalam lagi.

Kedua, pemanfaatan bahasa. Bahasa, khususnya diksi dan majas, merupakan salah satu unsur pembangun cerpen. Penulis cerpen yang baik dapat memanfaatkan berbagai majas untuk meningkatkan efek emosional dalam cerita. Misalnya, menggunakan majas paradoks. "Binar merasakan kesepian di antara perayaan pesta malam ini".

Ketiga, kemampuan menghidupkan cerita. Cerita dapat dihidupkan dengan membuat deskripsi peristiwa atau karakter tokoh yang detail. Tambahkan juga dialog yang berkesan, agar emosi para tokoh bisa lebih muncul.

Keempat, kreativitas isi cerita. Kreativitas memang tidak bisa muncul secara tiba-tiba. Perlu banyak membaca cerpen orang lain agar muncul ide kreatif. Saya melihat mayoritas siswa SMP kurang membaca cerpen milik orang lain. Beruntung di Kompasiana banyak cerpenis keren yang mengisi rubrik cerpen. Jadi, saya bisa memberikannya pada anak-anak sebagai sarana penambah kreativitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline