Empedokles dewasa kira-kira tahun 440 SM dia adalah warga Acragas, yang berada di pesisir Sisilia. Awalnya dia adalah seorang politisi demokrat yang mengaku sebagai seorang nabi. Hingga pada suatu ketika ia dibuang dan memilih karirnya sebagai cendikiawan.
Berbeda dengan tiga filusuf alam dari Melitos , yang mengajarkan bahwa hanya ada satu prinsip saja yang mempersatukan alam semesta. Empedokles berpendapat lain, ia mengakui bahwa ada suatu unsur yang mempersatukan alam semesta, namun bukan hanya satu unsur.
Empedokles menyatakan bahwa ada empat anasir pokok pada alam semesta. Yaitu tanah, air, api, dan udara. Menurutnya ke empat unsur alam ini dapat dijumpai dimana-mana. Empedokles juga memberikan sumbangsih besar kepada ilmu pengetahuan dengan mengatakan bahwa udara merupakan substansi tersendiri dan udara bukanlah sebuah ruang hampa. Lewat observasinya, ia membuktikan jika ember atau bejana di benamkan terbalik ke dalam air, maka air tidak akan masuk.
Lantas bagaimana ke empat unsur alam itu dapat mempengaruhi kejadian dan perubahan pada benda-benda di alam semesta ? Empedokles mempercayai dua daya yang mempengaruhi hal tersebut yaitu cinta (philetos) dan benci (nerkos). Menurutnya cinta yang menyatukan beragam unsur alam dan benci yang menceraikan mereka. Perselisihan itulah yang menyebabkan peperangan pada empat unsur alam, tercampur-aduk dan melahirkan benda-benda konkret.
Menurutnya juga perubahan-perubahan di dunia hanya terjadi akibat kebetulan dan keniscayaan, suatu siklus terjadi jika semua unsur disatukan oleh cinta, perselisihan menceraikannya dan cinta mempersatukan mereka kembali. Dengan begitu senyawa zat bersifat fana dan hanya ke empat unsur cinta juga benci yang bersifat baka.
Pandangan realitas alam semesta tersusun dari banyak unsur juga dianut oleh Anaxagoras. Anaxagoras lahir di Clazomenae, Ionia, kira-kira 500SM. Namun ia menghabiskan hidupnya di Athena. Walaupun berat pemikirannya tidak seberat Phytagoras, Permanides ataupun Heraklitos, namun Anaxagoras memiliki nilai historis yang penting dalam sejarah pemikiran. Dia juga orang pertama yang mengenalkan filsafat di Athena.
Menurut Anaxagoras materi penyusun alam jumlahnya tidak terhingga. Dia menyebutnya sebagai benih-benih (Spermata) bahkan materi terkecilpun menurutnya tetap mengandung unsur-unsur yang ada. Hanya saja panca indera kita, tidak mampu melihat unsur-unsur tersebut yang bisa kita lihat hanya unsur dominannya saja. Contohnya seperti kita melihat emas, yang indra kita ketahui itu adalah emas, karena unsur atau benih dominannya adalah emas, padahal didalamnya juga terkandung unsur lain seperti tembaga, perak, besi ataupun mineral lainnya.
Perubahan dan percampuran segala benih ini dapat terjadi sebab adanya ruh (nous). Ruh lah yang membedakan antara benda hidup dan mati, ruh memiliki kekuatan mengendalikan dan sifatnya tak terkekang, dia mandiri, ruh juga bersifat seragam. Sehingga ruh sama-sama baik entah yang ada pada manusia ataupun binatang. Namun nantinya konsep ruh ini dikritik oleh Aristotales, ataupun Sokrates dalam kisah Plato mereka tidak puas dengan pendapat Anaxagoras sebab ia tidak memberikan pemikiran lanjut perihal konsep ruh itu. Akan tetapi terlepas dari pandangan tersebut Anaxagoras merupakan filsuf pertama yang menetapkan kemandirian ruh atau rasio pada semua anasir alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H