Lihat ke Halaman Asli

Yoga Pangestu

Profesi mahasiswa.

Sejarah Filsafat Barat: Tiga Filusuf Miletos

Diperbarui: 15 Januari 2023   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adakah satu unsur awal dari banyak kehidupan didunia ini ? berabad-abad yang lalu orang-orang Yunani juga sudah disibukkan dengan pertanyaan ini, tentang asal muasal segala sesuatu muncul. Awalnya manusia membuat mitos-mitos untuk menjawab segala pertanyaan yang sangat sulit dipecahkan pada masa-masa itu. Hingga mereka mulai mencari jawaban-jawaban rasional yang melahirkan filsafat.

Sejarah filsafat Barat dapat dibagi dalam tiga pembabakan zaman, yaitu zaman pra-Sokratik yang mencakup beberapa mazhab seperti para filusuf Miletos, filusuf alam muda, dan para Atomis (650-500 SM). Kaum Sofis pada abad ke 5 SM menaruh perhatian mereka pada pada refleksi manusia dan masyarakat (agama, negara, dan politik). Karena perbedaan anatara filusuf pada zamannya, banyak sejarawan yang memasukkan mazhab Sofis pada era klasik. Era klasik ditandai dengan munculnya Sokrates, Plato, dan Aristotales.

Yang terakhir adalah zaman Yunani-Romawi atau zaman Helenistis, masa ini ditandai dari muncul sampai runtuhnya kekuasaan Alexander Agung abad ke 4 SM hingga abad ke 2 SM pada masa berkuasanya bangsa Romawi. Pada zaman ini ada dua mazhab utama yaitu mazhab Epikuros dan mazhab Stoa yang menaruh banyak perhatian pada filsafat moral atau etika.

Para filusuf Yunani awal kerap juga disebut dengan filusuf alam, sebab fokus objek kajian dan perhatian mereka hanya pada alam dan perubahan-perubahannya. Periode ini disebut dengan zaman pra-Sokratik dengan Thales (624-546 SM) mengawali babak baru dengan memberikan jawaban yang tidak mitologis atas pertanyaan "Apakah yang merupakan prinsip dasar segala sesuatu ?" Thales berpendapat bahwa air adalah prinsip awal segala sesuatu, air mampu tampil dalam segala bentuk dan bersifat mantap (tidak terbinasakan).

Kemudian Anaximandros (611-546 SM) yang juga murid Thales mengeluarkan pemikirannya, ia pikir apabila jika segala sesuatu berasal dari air bagaimana dengan api. Keduannya tidak dapat didamaikan bahkan saling mematikan. Anaximandros berpendapat bahwa adanya prinsip lain yang bersifat abstrak, yang dinamainya to apeiron yang berarti "tidak terbatas" prinsip ini bersifat ilahi, abadi, dan tidak berubah. Secara sederhana menurutnya prinsip dasar tidak mungkin hal sederhana seperti air sebab ciptaan pada umumnya bersifat terbatas.

Anaximenes (585-525 SM) yang keberatan dengan pendapat Anaximandros tentang to apeiron yang bersifat metafisik, mengembalikan lagi prinsip dasar segala sesuatu kepada anasir alam yaitu udara. Menurutnya prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Melalui proses pemadatan dan pengenceran udara akan berangasur-angsur berubah. Angin, air, tanah, dan batu ada karena udara yang memadat sedangkan api ada karena udara yang mengencer.

Pemikiran tiga filusuf Miletos ini  menujukkan bahwa sejatinya alam semesta merupakan satu kesatuan, maka harus diterangkan dengan satu prinsip namun ketiga filusuf ini tidak sepakat dengan pilihan zat asli ini, kemudian nampaknya alam semesta dikuasai oleh suatu hukum dan tidak berjalan sendiri begitu saja. Ada keharusan di balik kejadian-kejadian yang terjadi oleh sebab itu alam semesta disebut dengan kosmos, dari bahasa Yunani yang berarti dunia tepatnya "dunia yang teratur" lawan kata dari khaos, atau dunia yang kacau balau.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline