Lihat ke Halaman Asli

Membaca Arah Suara Masyarakat Islam dalam Pilkada DKI Jakarta

Diperbarui: 9 Februari 2017   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ada yang menarik pasca kasus penistaan agama yang dilakukan oleh calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 yaitu Basuki Tjahaya Purnama. setelah aksi massa 212  di mana kaum muslimin berbondong-bondong menuntut agar Ahok ditahan dan diadili dengan seadil-adilnya, tentu akan menimbulkan pertanyaan besar akankah suara masyarakat islam beralih kepada pasanga lain?apakah bermuara pada pasangan Agus-Sylvi ataukah Anies-Sandi?tentu hal ini tidak dapat ditebak dengan mudah mengingat sampai hari ini tiap-tiap pasangan mengklaim memiliki dukungan dari berbagai elemen umat islam. 

Agus yang semakin merapat kepada habib-habib memunculkan sinyal bahwa jamaah para habib akan memberikan suaranya untuk pasangan nomor urut 1. begitu pula yang dilakukan dengan Anies yang merapat kepada elemen pengurus masjid berharap ada suara yang akan masuk saat pemilihan nanti. adapun Ahok juga berupaya dekat dengan kaum nahdliyyin (NU) walaupun hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan internal kaum NU. Apapun itu geliat pasangan calon yang berupaya menarik simpati kaum muslimin baru akan terbukti saat pemilihan nanti. berkaca pada saat pilpres periode lalu isu SARA sebenarnya sudah masuk dan mewarnai pemilihan presiden. masih jelas dalam ingatan di mana Joko Widodo diterpa isu PKI, islam abal-abal dll. namun fakta di lapangan membuktikan Joko Widodo mampu memenangkan jabatan RI 1. 

Isu yang diangkat tersebut harusnya Prabowo menang dengan mudah sebab mayoritas pemilih pada waktu itu adalah muslim. lain halnya dengan pilkada DKI di mana isu penistaan agama dan etnis yang menyerang Ahok akan memecah suara antara Agus dan Anies. jika memang demikian tentu usaha tim sukses Ahok harus bekerja keras, memframing Ahok dalam konteks petahana sukses yang masih mampu membenahi Jakarta melalui program unggulan. Agus yang notabene 'anak baru' lebih mudah mendulang suara kaum muslim walaupun harus berbagi dengan Anies. 

Misalkan saja kasus penistaan agama tidak pernah ada tentu suara-suara kaum muslim lebih sporadis dan perang program semakin hidup. kegagalan Ahok dalam mengontrol ucapan harus diterima sebagai bumerang yang mengincar posisinya sebagai petahana. sebagai warga DKI Jakarta tentu harus memiliki filter-filter tertentu agar saat menentukan pilihannya tidak salah. jika mengikuti ajaran agama islam di mana tidak boleh memilih pemimpin di luar agamanya maka mau tidak mau harus mengeliminir nomor urut 2. pandangan inilah yang sampai hari ini berdengung di media sosial. kalau begitu tinggal mengamati apakah Agus-Sylvi ataukah Anies-Sandi yang dirasa memiliki program yang tepat bagi Jakarta. seandainya saja tidak menghiraukan latar belakang agama pasangan calon, tentu pilihan tidak mengerucut pada pasangan nomor 1 dan 3. pemilih memiliki 3 pilihan yang ditawarkan ketiga pasangan calon. 

dari uraian di atas semoga wajah Indonesia lewat ibukota dapat semakin baik ketika gubernur yang baru memimpin jakarta. kedewasaan dalam menentukan pemimpin mempengaruhi perkembangan kota dan penduduknya di tahun-tahun mendatang. gunakan hak pilih dan jangan golput karena dengan memberikan suara itu berarti ikut menentukan maa depan Jakarta yang lebih baik. salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline