Lihat ke Halaman Asli

Mentalitas Feodal dan Masa Depan Kebangsaan

Diperbarui: 20 Oktober 2024   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai salah satu sistem sosial feodalisme muncul di Eropa pada abad pertengahan, dampak dari feodalisme juga dirasakan di berbagai belahan dunia yang lain. Feodalisme menanamkan rasa rendah diri dalam masyarakat, terutama karena struktur sosialnya yang hierarkis, di mana golongan elit dianggap memiliki hak istimewa yang lebih besar daripada rakyat biasa. Karena golongan elit tidak ingin kenyamanannya terganggu oleh kompetitor yang bahkan munculnya dari kalangan rakyat jelata.

Selama pemerintahan kolonial Belanda diterapkan melalui hierarki sosial yang ketat. Pada masa itu, masyarakat pribumi dibagi menjadi beberapa kelas, dengan para ningrat dan penguasa lokal sebagai kelas tertinggi, dan rakyat jelata berada di lapisan terbawah. Belum lagi pembagian kelas sosial dari pemerintahan kolonial: orang eropa dan keturunan eropa (indie) berada di kelas atas; dibawahnya adalah kelompok timur asing yang seringnya adalah pendatang dari Timur-Tengah dan sedikit dibawahnya adalah pendatang dari China atau keturunannya. Sedang masyarakat pribumi berada dalam kelas terbawah.

Dalam proses pembangunan negara yang merdeka dan adil, mentalitas feodal masih menjadi tantangan bagi Indonesia. Sebagai sistem sosial-politik, feodalisme didasarkan pada hubungan kekuasaan yang hierarkis, di mana segelintir orang tertentu memiliki otoritas dan hak istimewa, sementara masyarakat umum diperlakukan sebagai subyek yang patuh. Meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, sisa-sisa mentalitas feodal masih bisa ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, budaya, hingga sosial.

Salah satu dampak negatif dari mentalitas feodal adalah menghambat kemajuan sosial dan ekonomi. Bukan hanya tentang kekuasaan yang sering kali dipegang oleh segelintir elit yang tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat luas. Terlebih pada ketimpangan sosial, di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap berjibaku dengan kemiskinan. Bagi si jelata yang tidak bermodal, tentunya peluang untuk maju bagi golongan bawah sangat terbatas karena akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan kesempatan ekonomi sering kali dimonopoli oleh kalangan elit.

Perilaku mengandalkan orang dalam bahkan keharusan membayar untuk mendapatkan suatu pekerjaan sempat menjadi fenomena di dalam masyarakat, dengan hal sedemikian itu, si miskin yang bahkan tidak memiliki 'modal' orang dalam atau kenalan orang dalam tentunya akan tersingkir dari kompetisi. Pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya: bukankah sebuah perusahaan atau sebuah lembaga membutuhkan orang-orang profesional dan berintegritas untuk kemajuan perusahaannya? Bagaimana mungkin mencapai kemajuan jika menerima orang yang bahkan kualitasnya belum terukur karena lewat 'jalur belakang?'.

Selain itu, mentalitas feodal juga mendorong munculnya otoritarianisme. Masyarakat cenderung menerima kepemimpinan dengan pengakuan tanpa syarat. Dengan ketertundukan ini, para pemimpin dapat memanipulasi kekuasaan tanpa ditentang oleh rakyat. Dalam otobiografinya, Bung Karno mengkritik keras metode kekuasaan yang tidak menguntungkan rakyat dan hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu.

Feodalisme juga menimbulkan ketidakadilan dalam sistem politik. Dalam masyarakat yang feodal, orang-orang dipilih atau diangkat berdasarkan hubungan keluarga, patronase, atau kedekatan pribadi dengan elit, bukan berdasarkan kompetensi atau prestasi. Hal ini menimbulkan korupsi dan kolusi yang membahayakan prinsip-prinsip demokrasi. Franz Magnis-Suseno menyoroti pentingnya meritokrasi dan keadilan dalam masyarakat untuk melawan feodalisme yang sering kali merusak tatanan politik dan sosial

Feodalisme tidak hanya tercermin dalam struktur politik dan ekonomi, tetapi juga memengaruhi budaya masyarakat. Dalam banyak hal, mentalitas "raja kecil" atau "bos besar" masih mendominasi, di mana kepemimpinan diartikan sebagai otoritas absolut yang tidak boleh dipertanyakan. Dalam budaya ini, inovasi dan kebebasan berekspresi sering kali ditekan, sementara nilai-nilai seperti kesetaraan dan kebersamaan dikesampingkan

Dampak paling merusak dari mentalitas feodal adalah pengaruhnya terhadap sistem pendidikan. Feodalisme menciptakan stratifikasi dalam dunia pendidikan, hanya kalangan tertentu saja yang memiliki akses penuh terhadap pendidikan berkualitas. Sistem ini menghambat perkembangan intelektual yang merata dan menyebabkan ketidaksetaraan kesempatan bagi generasi muda, terutama mereka yang berasal dari kelas sosial bawah. Dan masih juga diwarnai perasaan rendah diri pelajar dari kelas sosial bawah yang seringnya malah berpasrah diri tanpa upaya untuk membangun kualitas diri.

Kepasrahan pelajar dari masyarakat kelas bawah ini cukup terlihat manakala kita berada di dunia pendidikan, terlibat sebagai pelaku didalamnya. Pelajar-pelajar ini cenderung asal bersekolah, bahkan ada yang malas karena sadar upayanya hanyalah kesia-siaan. Bukankah ini merupakan hal yang memilukan bagi bangsa yang menyatakan dirinya sebagai bangsa merdeka yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia?

Dalam buku "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat", disebutkan bahwa Sukarno sendiri sangat peka terhadap masalah ketidakadilan sosial yang muncul akibat feodalisme. Ia melihat bahwa perasaan rendah diri ini terbentuk karena rakyat Indonesia hidup di bawah sistem penjajahan yang memperkuat feodalisme dan membuat mereka merasa kecil di hadapan penguasa. Sukarno berupaya untuk menghapus perasaan ini dengan memupuk rasa harga diri dan keberanian untuk melawan penindasan. Sejak awal kemerdekaan, Sukarno menekankan pentingnya 'nation character building' untuk sesegera mungkin menghapus rasa rendah diri Bangsa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline