Pengalaman yang didapat ketika melakukan ibadah haji atau umroh seringkali begitu dalam dan membekas, kenangan dan kerinduannya mampu menumbuhkan tindakan fantastis, luar biasa, membuat aku berdecak kagum dan haru. Salut pada abah Hariyanto yang mendirikan Mesjid Ar Rahman Blitar yang dibangun mirip dengan Al-Masjid an-Nabawi di Madinah.
Masjid Ar Rahman yang berada di Jalan di Jalan Ciliwung, Kepanjenkidul yang disebut-sebut sebagai Miniatur Masjid Nabawi ini sekarang menjadi salah satu tujuan wisata Kota Blitar, nggak sedikit orang yang kesana untuk melakukan shalat dan duduk diam sejenak sesudahnya untuk menikmati keindahannya sambil bernostalgia berada di Masjid Nabawi mengobati rasa rindu, aku salah satu diantaranya.
Begitu masuk gerbang masjid, nuansa masjid Nabawi sudah terasa, sederetan pilar putih dengan payung yang mengembang ada dihadapan. Oya karena kunjungan ini dilakukan masih dalam kondisi Pandemi Covid-19, maka nggak heran kalau kita nggak bisa begitu aja langsung masuk ya, petugas yang berjaga di pintu gerbang akan memastikan seluruh pengunjung menjalankan Protokol Kesehatan, mengukur suhu setiap orang, meminta pengunjung yang tidak menggunakan masker agar memakai masker baru mempersilahkan melanjutkan sambil menunjukkan arah dengan jelas. Jemaah wanita diarahkan ke kanan dan laki-laki ke sebelah kiri. Waktu menunggu untuk sampai pada giliran pemeriksaan suhu, bisa kita gunakan untuk sekilas memandangi keseluruhan bangunan masjid ini, kubah hijaunya, menaranya, pilar-pilarnya yang bermotif garis-garis hijau putih, pintu masjid warna coklat dengan ornamen keemasan yang begitu mencolok dan lainnya.
Sebagian bangunan mesjid ditandai sebagai area suci, maksudnya untuk berjalan di area tersebut kita harus melepaskan alas kaki. Sandal dan sepatu bisa disimpan di loker yang sudah disediakan. Untuk ke area loker, kita harus melewati kolam kecil yang berisi air setinggi di atas mata kaki sedikit. Loker yang disediakan cukup banyak juga jumlahnya.
Di lokasi tersebut ada petugas yang senantiasa siaga dan mengarahkan kita harus kemana, dia akan menunjukkan arah tempat wudhu dan toilet, tergantung keperluan kita. Toiletnya bersih banget. Tempat wudhunya apalagi. Di area peralihan selalu ada kolam kecil (kulah?) yang disiapkan untuk membilas kaki.
Selesai wudhu, lagi-lagi ada petugas yang siap membantu, "ibu bawa mukena? sudah bawa sajadah juga?". Bagi jamaah yang nggak bawa mukena dan/atau sajadah, di masjid ini tersedia sajadah dan mukena, kita bisa meminjamnya, tapi jangan lupa untuk mengembalikannya setelah shalat ya!
Sekarang kita menuju bagian dalam masjid. Pilar-piar di dalam mesjid berwarna putih dan bagian bagian lengkungnya bermotif garis putih-hijau tua, serta ornamen keemasan. Lantainya beralaskan karpet berwarna hijau-merah, konon katanya karpet ini berasal dari Turki. Sekali lagi, karena mengikuti prokes maka lokasi tempat kita shalat sudah diberi tanda, supaya ada jarak antara jamaah yang satu dengan lainnya. Ruangan dalamnya sejuk karena berpendingin.
Bagi yang kangen shalat di masjid Nabawi Madinah, Masjid Ar Rahman Blitar ini bisa lah untuk pengobat rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H