Lihat ke Halaman Asli

Yoen Aulina Casym

TERVERIFIKASI

Konsultan Manajemen Rumah Sakit

Ke Pantai Bakti Menepati Janji: Pengobatan bagi Keluarga Nelayan

Diperbarui: 29 Oktober 2015   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan setelah janji diucapkan, aku kembali untuk menuntaskan apa yang pernah kusampaikan kepada keluarga nelayan, bahwa aku akan kembali untuk mengadakan pengobatan cuma-cuma bagi mereka.  Segala persiapan agar acara ini bisa terselenggara, berjalan dengan mendapat begitu banyak kemudahan, Alhamdulillah. Mereka yang berada dalam lingkaran pertemanan segera saja mengajukan diri untuk ikut berpartisipasi membantu. Dokter, apoteker, asisten farmasi, dan teman-teman penyuluh perikanan yang memang sudah sering berada disana dengan sukarela siap menjadi tim kerja. Tim kerja terdiri dari 5 orang dokter, tiga orang dari RS Budhi Jaya dimana aku bekerja sebagai konsultan disana, mereka adalah dr Okty, dr Ayu dan dr Lina, seorang dokter lagi adalah dr Abdul Hanan yang sehari-hari bekerja sebagai direktur RS Indosehat, Subang.

Yang mengurusi obat-obatan ada Nelly (apoteker) dan Yori (asisten apoteker) dan untuk urusan administrasi, pendaftaran, pemanggilan pasien, dan yang mengatur alur kerja (tentu saja setelah diberi pengarahan lebih dulu) adalah teman-teman penyuluh dari dinas perikanan  Kabupaten Bekasi yang terdiri dari Nony, Dama, Rika, Tasya serta Ala.

Kemudahan berikutnya datang menyusul, dr Okty Prahalanitya, direktur RSIA Budhi Jaya menyatakan bahwa rumah sakit Budhi Jaya siap membantu untuk pengadaan obat-obatan yang kami perlukan, termasuk juga dari dirinya pribadi. Selain itu kebutuhan obat yang belum tersedia aku beli dengan bantuan teman-teman yang juga ingin sekali membantu tetapi terkendala waktu sehingga tidak bisa ikut terjun ke lapangan. Masalah obat-obatan pun selesai. Modal dasar untuk mengadakan pengobatan cuma-cuma telah tersedia.

Berikutnya adalah urusan transportasi yang akan membawa tim menuju lokasi. Tiga kendaraan disiapkan, satu dari dr Okty, satu dari aku dan satu lagi menggunakan mobil adikku yang tadinya berencana juga ikut kesana. Masalah angkutanpun terselesaikan. Begitu juga dengan urusan komsumsi untuk sarapan pagi dan makan siang semuanya telah diatur dalam rencana yang Alhamdulillah semua terlaksana dengan aman-aman saja.

Pada  hari H, titik pertemuanpun ditentukan. Sebagian tim berangkat dari Jakarta, dan sebagian anggota tim lainnya dari Bekasi, Kami bertemu di Bekasi Timur dan dari sana kami berangkat beriring-iringan menuju tempat dimana sudah menunggu para keluarga nelayan. Koordinator lapangan di lokasi ada pak Niman, Pak Nasim dan ketua RT 001 dan RT 002 Kampung Bungin Desa Pantai Bakti.

Para anggota tim kerja sudah diberitahu bahwa perjalanan ke tempat yang masih masuk wilayah Kabupaten Bekasi memerlukan waktu paling cepat tiga jam dan jalan yang akan kami lalui nantinya tidak semuanya beraspal mulus, sebagian jalan kondisinya mungkin akan menyebabkan kita “ajrut-ajrutan” sehingga supir harus pandai-pandai memilih jalan. Namun demikian tidak satupun anggota yang resah dan bertanya, kami menikmati perjalanan layaknya pergi tamasya, memandang hamparan sawah hijau dan sawah yang kekeringan, melihat orang melakukan aktivitas mandi, cuci di kali yang airnya jauh dari kata bening (apalagi bersih) dan banyak sampah serta eceng gondok, melihat keriaan anak-anak berenang di kali seperti keceriaan anak-anak yang bermain air di kolam renang dan itu membuat sebagian  anggota merasa prihatin (aku dan teman-teman penyuluh sudah prihatin duluan pada kunjungan sebelum-sebelumnya).  Komentar yang keluar dari mulut mereka sama persis dengan komentar spontanku dulu:

“Kok di daerah yang dekat dengan ibu kota masih ada yang seperti ini yaaaa?”

“Dimanakah mereka yang punya kewajiban dan wewenang untuk mengatasi masalah ini?

Singkat cerita kami tiba di lokasi, kendaraan diparkirkan di seberang Desa Pantai Bakti, tempat parkir itu masuk dalam Desa Tanjung Pakis Kabupaten Karawang. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan dengan berperahu, meskipun sungai kecil yang memisahkan kedua desa tersebut sudah dihubungkan dengan jembatan kayu dan bisa dilalui motor dan kita bisa berjalan kaki kesana, tapi jaraknya lumayan jauh rasanya kalau harus ditempuh dibawah teriknya sengatan matahari, apalagi harus membawa boks obat-obatan dan perlengkapan.

 

Di halaman dan rumah pak Nashim yang sudah berubah fungsi sebagai “puskesmas-puskesmasan” para pasien yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak sudah menunggu kedatangan kami yang terlambat satu setengah jam dari waktu pelayanan yang kami janjikan. Permintaan maaf kami sampaikan tanpa perlu memberikan alasan, karena mereka pasti sudah tau bahwa akses menuju tempat mereka itu sulit. Kesulitan itulah yang membuat mereka jarang pergi berobat atau sebaliknya petugas kesehatan jarang datang untuk sekedar melihat bagaimana kondisi kehidupan dan kesehatan penduduk yang sebenarnya masuk dalam cakupan kegiatan mereka.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline