Lihat ke Halaman Asli

Peringatan Kemerdekaan Ala Mahasiswa FIP

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pelaksanaan ibadah puasa dan peringatan kemerdekaan RI yang ke 65 terasa berbeda kali ini. kedua momentum sakral yang bertemu kali ini merupakan kesempatan langka dan memiliki makna tersendiri. Dalam kesempatan unik tersebut FORKOM HIMA FIP UNY mencoba menangkapnya sebagai bentuk refleksi semangat nasionalisme dalam bulan suci ramadhan ini sebagai langkah sinergi dan mempererat silaturahmi antar mahasiswa dan pihak Dekanat.

Bertempat di lapangan hijau FIP Acara buka bersama dekanat dan peringatan kemerdekaan yang diselenggarakan pada rabu (19/8) kemarin berlangsung khidmat meski acara dibalut dalam kesederhanaan. Banyaknya peserta yang sedang puasa ternyata tak mengurangi semangat pelaksanaan kegiatan terebut.

Rangkaian acara yang diawali dengan sedikit tausiyah oleh Dekan FIP, Ahmad Dardiri M.Hum dan PD III FIP, Bambang Saptono M.Si. dalam kesempatanya Ahmad Dardiri M.Hum menyampaikan bahwa dalam mengisi kemerdekaan saat ini dibutuhkan perjuangan yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang saat ini diemban oleh masing-masing individu, khususnya mahasiswa. Beliau juga menambahkan bahwa semangat humanis religius harus berjalan beriringan dan menyatu satu dengan lainya serta semangat religius yang kita anut saat ini harus sesuai dengan kultur bangsa kita, bukan mengacu pada kultur ketimurtengahan ataupun kebarat-baratan.

Bambang Saptono M.Si sendiri dalam kesempatannya mengingatkan akan pentingnya menjaga diri sendiri dan keluarga dari ancaman api neraka, juga mengungkapkan bahwa golongan berilmu sesuai atas janji Allah akan ditingkatkan derajatnya. Dalam tausiyah yang disampaikan oleh jajaran dekanat banyak mahasiswa tampak antusias dalam menyimak pesan-pesan yang diutarakan oleh pemateri.

Peringatan kemerdekaan sore itu diwarnai dengan teatrikal pengibaran bendera yang dirangkai dengan dramatikal puisi. Pesan yang panitia coba sampaikan dalam drama tersebut adalah meski dalam keadaan terpuruk sekalipun semangat untuk maju itu masih ada dan kita bisa mengubahnya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki masing-masing meski dari golongan minoritas sekalipun. Arini Rachmi, koordinator kegiatan, mengungkapkan bahwa FORKOM HIMA FIP UNY melalui kegiatan ini mencoba membangun optimisme bahwa dengan saling bersinegi perubahan itu pasti ada meski kita dari golongan marginal sekalipun. Dalam rangkaian acara tersebut peserta juga diajak merenungi akan arti sebuah perjuangan yang belum usai.

Seusai buka bersama dan sholat berjamaah, sebagai langkah nyata semangat optimis perubahan tersebut, FORKOM HIMA FIP UNY turun ke jalan dengan membagi-bagikan takjil kepada mereka yang kurang beruntung. Sasaran kegiatan tersebut selanjunya adalah penjaga parkir, penarik becak, pengumpul sampah, serta anak jalanan di sepanjang jl. Gejayan hingga jl. Am. Sangaji. “tak hanya sekedar bagi-bagi, ada pengalaman batin terendiri saat kegiatan di jalanan. Benar-benar bisa merasakan kontak sosial yang seutuhnya.” Ungkap lalu Wirya Artapati, selaku koordinator pembagian takjil. langkah kecil ini lah jawaban atas kondisi bangsa ini, kita bosan dengan retorika.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline