Mahasiswa adalah golongan usia yang paling rentan terkena maag dan GERD. Kedua penyakit lambung ini menjadi langganan bagi para mahasiswa, terutama mahasiswa perempuan. Menurut (Maidartati et al, 2021) menyatakan gastritis/ maag dapat dialami oleh kelompok dari berbagai usia, tetapi rata-rata terjadi antara usia 17 dan 25 tahun, yaitu selama periode remaja yang mencakup awal dan akhir. Bagaimana tidak, mahasiswa cenderung memiliki pola hidup yang tidak sehat. Mereka cenderung merasa bebas melakukan hal yang disukai selagi jauh dari orangtua dan keluarga. Tanpa sadar tindakan mereka inilah yang merusak dirinya sendiri. Lalu, kebiasaan mahasiswa apa saja sih yang bisa memicu maag dan GERD?
- Kebiasaan telat makan dan sering mengonsumsi makanan pedas
Kebanyakan mahasiswa sering telat makan karena terlalu sibuk melakukan suatu pekerjaan atau bahkan pada beberapa kasus mereka terkadang lupa makan. Mereka cenderung menganggap remeh rasa lapar. Kebiasaan telat makan ini akan berdampak lebih parah jika diiringi dengan mengonsumsi makanan pedas. Bagaimana tidak, kondisi lambung yang masih kosong diisi dengan makanan pedas justru membuat lambung semakin perih. Hal ini memicu terjadinya luka pada dinding lambung.
- Kebiasaan mengonsumsi kopi di tengah malam
Kopi adalah salah satu penawar ngantuk yang ampuh dan sering dijadikan teman begadang mahasiswa. Mayoritas mahasiswa sering begadang mengerjakan tugas sembari meminum kopi. Namun, kandungan kafein dalam kopi tidak sepenuhnya aman bagi penderita maag dan GERD. Kafein dalam kopi dapat meningkatkan kandungan asam lambung sehingga tidak disarankan dikonsumsi dalam keadaan perut kosong.
- Stress dan Overthinking berlebihan
Mahasiswa adalah peralihan dari fase remaja ke fase dewasa. Pada fase ini akan banyak sekali rasa ragu, khawatir, dan cemas. Entah tentang diri-sendiri, tugas kuliah, masa depan, keluarga, dan sebagainya. Apalagi pada mahasiswa yang merantau. Mereka cenderung tidak bisa bercerita dengan keluarganya dan membuat tingkatan stress semakin tinggi. Maka tak heran jika banyak mahasiswa rantau yang jatuh sakit terkena maag atau GERD.
Selain itu, tekanan dari berbagai sudut juga membuat pikiran mereka semakin tidak karuan. Permasalahan seperti deadline tugas yang mepet, tugas yang menumpuk, dan permasalahan dengan lingkungan sekitar adalah contoh tekanan dari eksternal. Sedangkan tekanan dari internal seperti overthinking, mager (malas gerak), dan perasaan homesick (rindu rumah).
Rata-rata mahasiswa yang sudah masuk ke kamar kos akan merasa mager untuk kemana-mana. Bahkan, sekedar membeli makanan pun mereka malas. Pada kebanyakan anak rantau juga sering merindukan masakan mamanya/ makanan di daerahnya. Mereka cenderung mencari makanan dengan cita rasa yang hampir sama seperti di daerahnya. Alhasil membuat mereka malas makan kemudian berujung pada maag dan GERD.
Kebanyakan orang menganggap maag dan gerd merupakan penyakit yang sama. Padahal pada kenyataannya berbeda. GERD merupakan singkatan dari Gastro Esophageal Reflux Disease. Menurut (Radjamin et al., 2019), Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) adalah kelainan ketika makanan yang telah masuk ke dalam lambung kembali naik ke arah esofagus atau refluks. Hal ini dikarenakan cincin esofagus melemah sehingga tidak dapat menahan makanan kembali ke kerongkongan. Sedangkan maag merupakan peristiwa tingginya kadar asam lambung yang menyebabkan iritasi pada dinding lambung hingga mukosa lambung membengkak. Menurut Manalu, dkk (2021) mengatakan, maag dapat menyebabkan pembengkakan mukosa lambung dan bila berlanjut epitel mukosa superfisial akan. Meskipun terlihat sama tetapi maag dan GERD memiliki perbedaan. Mari kita bahas satu per satu.
- Maag
Biasanya maag disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, merokok, stress, kopi, dan beberapa disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang dapat menyebabkan maag yaitu Helycobacter pylori. Bakteri ini berkembang di daerah yang kurang menjaga kebersihan. Maag terjadi Ketika dinding lambung mengalami luka karena gesekan antara dinding lambung. Gesekan ini terjadi karena pada lambung terjadi gerakan peristaltic (gerakan meremas-remas) makanan. Meski dalam keadaan kosong, lambung tetap bekerja secara peristaltik. Hal inilah yang menyebabkan dinding lambung saling bergesekan karena media atau makanan yang seharusnya dicerna tidak ada. Alhasil kemudian menimbulkan luka pada dinding lambung.
Gejala maag yaitu:
- Mual dan muntah
- Kembung dan bersendawa
- Terasa terbakar di usus, di area antara pusar dan tulang dada
- Nyeri atau tidak nyaman dua hingga tiga jam setelah makan
- Rasa sakit/ nyeri pada perut di malam hari
- Terdapat darah di kotoran (feses/ muntah)
- GERD