Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa Denganmu Wahai Mie Instan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kalau ngomongin tentang mie instan, yang terasosiasi di benak kita adalah tentang sesuatu yang tidak sehat atau bahkan berbahaya. Teringat beberapa waktu lalu saya mau masak mie instan dan tiba-tiba kakak saya nyeletuk  "Air rebusan yang pertama dibuang dulu baru diganti pakai air termos". Spechless saya. Silakan googling tentang proses pembuatan mie instan. Lihat tahapan terakhir sebelum dikemas. Iya betul, digoreng pada suhu 140-150°C selama 60-120detik kemudian langsung didinginkan. Proses ini ditujukan agar tekstur mie menjadi keras, kadar air berkurang, lebih awet karena bakteri/jamur tidak bisa tumbuh. Nah, gorengnya itu pakai minyak kan ya, bukan air? Setelah digoreng lalu didinginkan, otomatis minyaknya menempel di mie kan? Jadi jika saat merebus mie itu ada kenampakan seperti minyak di air rebusan,  itu bukan lilin teman, tetapi minyak goreng. Huufftt.

Selanjutnya informasi keterlaluan kedua,  saat masak mie instan bumbunya jangan direbus bersama mie-nya karena pada suhu 120°C MSG akan terurai menjadi senyawa2 yang berpotensi karsinogenik (pemicu kanker) atau yang semacam itu redaksinya. Oooh mg....hellooo *nenek vega vegi mode on. Masak mie-nya pakai panci sama kompor kan ya? Ini pelajaran SD,  masak mie dengan menggunakan panci dan kompor sampai ubanan juga tidak akan mengubah titik didih air yang 100°C menjadi 120°C, kecuali kalau teman-teman semua masak mie-nya menggunakan panci presto. Lha bagaimana ceritanya MSG itu bisa terurai/terpirolisis menjadi senyawa2 karsinogen?

Yang terakhir ini penting  banget, masih percaya kan sama badan pengawas obat dan makanan (bpom)?  Di setiap kemasan mie instan pabrikan merk2 terkenal itu pasti ada ijin bpom nya *kalau tidak ada, tak usah dibeli. Badan pom tidak akan dengan mudahnya mengeluarkan nomor perijinan bpomnya untuk suatu produk yang tak jelas keamanannya. Seandainya mie instan itu tidak aman dan tak layak makan,  sudah dari dulu produk itu ditarik dari peredaran. Yang harus diwaspadai justru mie2 produkan industri rumah tangga yang banyak bertebaran di pasar atau tukang sayur itu. Tanpa merk, tanpa kemasan higienis, tidak tahu ada pengawet formalin atau tidak dll. Jangan terbalik-balik. Tidak semua yang pabrikan (berpengawet kimia) itu kurang baik untuk kesehatan. Dan sebaliknya tak semua yang tanpa pengawet itu pasti baik. Selama penggunaan pengawet itu terkontrol dan sesuai patron, tak ada yang perlu dikhawatirkan menurut saya.

Nah masalahnya sekarang, seberapa sering kita mengonsumsi mie instan itu sendiri. Kalau setiap hari itu lebay namanya.

Kenapa kita tidak boleh terlalu sering mengonsumsi mie instan?

1. Mie instan itu makanan yang gizinya minimalis. Jadi untuk apa kita terlalu sering memasukkan sesuatu yang kurang bermanfaat ke dalam tubuh? Sekedar recreational food tak mengapa, seminggu 2-3x masih tolerable.

2. Mie instan adalag makanan yang tinggi garam. Diet tinggi garam terus menerus jelas tidak baik untuk tubuh apalagi untuk orang-orang dengan riwayat hipertensi, sangat tidak dianjurkan

3. Mie instan itu pantangan untuk orang-orang yang alergi atau intoleran terhadap gluten. Gluten adalah protein yang terdapat pada tepung-tepungan seperti gandum sebagai bahan dasar mie.

Jadi cek dan validasilah  informasi2 yang kita terima. Jangan mudah menelan mentah-mentah semua informasi yang belum tentu jelas kebenarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline