Dalam lorong-lorong senja yang merona, Cinta melukis bayangan di atas duka, Setiap detik adalah sajak yang tersesat, Mengalun dalam hening yang tak bersekat.
Ada kisah di balik mata yang terpejam, Rindu merayap dalam sunyi malam, Seperti angin yang mengejar bayang-bayang, Menabur benih asa di padang ilalang.
Cinta, oh cinta, tak mengenal efisiensi, Mengukir jejak dalam setiap insiden, Tersenyum di balik air mata yang merayap, Memeluk luka dengan kehangatan yang lelap.
Seperti daun gugur yang menari di udara, Hati bergetar dalam ritme yang sama, Mencari arti dalam bisikan lembut, Terkadang tersesat dalam labirin yang ribut.
Ketika malam berbisik pada sang rembulan, Cinta menjelma dalam mimpi yang beralun, Tak peduli akan waktu yang berlalu, Dalam ketidakefisienan, kita pun menyatu.
Biarlah cinta menjadi misteri yang abadi, Seperti pelangi di ujung cakrawala, Meskipun tak selalu kita mengerti, Namun dalam setiap detik, cinta kita rasa.
Ymlapu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H