Lihat ke Halaman Asli

YM. Lapu

Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Secangkir Doa Sebelum Fajar

Diperbarui: 22 Juni 2024   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Di dalam selimut tenang senja, Ketika malam mulai sirna, Kutemukan hening, lembut tak terkira, Dalam bayang-bayang, damai terbentang.

Bintang-bintang berbisik pelan, Luruh dalam rona emas pagi, Saat gelap memberi jalan, Janji hari baru bersemi.

Dengan hati yang rendah, pikiran terbuka, ku genggam secangkir doa hening, Kusesap pikiran yang terjaga lembut bagaikan rahmat, Naik bak harapan ke langit tinggi, Dalam hangatnya, kutemukan tempat, Di mana jiwa dan roh bersatu harmoni.

Dunia terbangun, perlahan lembut, Dalam nada amber, mawar, dan biru, Lewat jendela, sinar matahari menyusup, Menyucikan bumi dengan embun pagi yang baru.

Setiap napas, sebuah sumpah suci, Untuk menghargai hidup, dekat dan jauh, Di setiap daun, di setiap dahan, Dalam setiap denyut, dalam setiap bintang.

Kesunyian, anugerah yang diberikan, Dalam cahaya fajar pertama, begitu murni, Mencerminkan jalan yang telah kususuri, Perjalanan yang dilaluKusingkirkani dengan kasih dan peduli.

Maka dengan secangkir ini, sebelum fajar, ketakutan dan kesedihan, Sambut hari dengan harapan yang mekar, Dalam doa berbisik dan penghormatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline