Lihat ke Halaman Asli

YM. Lapu

Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Anak Hujan

Diperbarui: 4 November 2022   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Hujan. ©pixabay/PublicDomainPictures

Anak Hujan

Hujan bulan November
Hujan dan November bak ayah dan bunda dari ribuan anak puisi yang terlahir, ada yang tumbuh dewasa ada pula yang mati di usia dini.
Ada yang dielu-elukan ada pula yang merana tanpa sahabat bermain

Anak hujan dan November tak semuanya terlahir selamat
mati sebagai janin tanpa ayah
Digugurkan sebelum bertumbuh
Mati kehabisan asupan cinta
Lahir dengan pendarahan hebat  
Tak jarang ayah hujan sedih dan menumpahkan amarahnya  
Bunda november merayu manja
"Sudah ... Nanti kita bersengama lagi aku akan melahirkan anak-anak lagi bagimu"   ayah hujan menunduk lesu dalam rinai manjanya  

Di ujung taman ayah hujan mengamati dua sejoli sedang bercumbu mesra
Ah, sebentar lagi aku akan mengendong bayi november di ujung senja
Akan aku beri nama cinta di ujung senja  
November berseri-seri saat gerimis manja membahasi pucuk dedaunan
Padang kerontang tersenyum
Pucuk bunga menari-nari
Cahaya merona senja menghangatkan gelap menjelang, malam jatuh, mentari menari riang, embun menyejukkan dahaga penyair yang sedari malam berdiskusi dengan kata

Cikarang, 02/11/22
YM.Lapu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline