Lihat ke Halaman Asli

Rumpun "Genre Cerita" dalam Pembelajaran Teks

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembelajaran bahasa khususnya di sekolah menengah pertama dan atas saat ini berbasis teks. Hal ini diungkapkan oleh Mahsun di laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada 23 April 2013 lalu. Pembelajaran bahasa berbasis teks ini diadopsi dari sebuah pendekatan yang dikenal dengan istilah genre-based approach “pendekatan berbasis teks” di Australia yang telah dikembangkan sejak tahun 1990-an di bawah naungan Systemic Fungsional Linguistics dan Social Semiotics. Dalam pembelajaran berbasis teks ini, para siswa dikenal dan didorong untuk bisa menulis berbagai jenis teks seperti naratif, cerita ulang, eksemplum, anekdot, eksposisi, diskusi, dan sebagainya.

Para pemikir genre di Australia mengelompokan genre menjadi dua kelompok besar, yakni genre cerita dan tulisan fakta (Martin, 1985, 2008; Martin and Plum, 1997; Martin and Rose, 2008). Genre cerita meliputi naratif, cerita ulang, eksemplum, dan anekdot, sedangkan genre tulisan fakta seperti eksposisi, deskripsi, laporan, dan sebagainya. Tulisan ini secara spesifik dan singkat akan memaparkan tentang genre cerita, terutama cara membedakan antar satu jenis dan lainnya.

Secara umum, genre cerita dikelompokan kembali menjadi dua bagian, yakni unproblematic atau tanpa masalah seperti cerita ulang dan problematic atau dengan masalah seperti naratif, anekdot, dan eksemplum. Cerita ulang atau recount dikategorikan sebagai genre cerita tanpa masalah karena biasanya jenis teks ini hanya memaparkan kembali kejadian yang sudah dialami oleh penulis. Teks ini dimulai dengan pengenalan pelaku dan latar dan diikuti dengan rekaman kejadian-kejadian yang dialami penulis. Contoh jenis teks ini adalah catatan harian.

Sementara itu, genre cerita dengan masalah dibagi menjadi dua bagian, yakni resolved atau dengan solusi dan unresolved atau tanpa solusi. Naratif merupakan sebuah genre cerita yang masuk ke dalam cerita dengan solusi karena dalam teks ini terdapat masalah dan juga penyelesaian terhadap masalah itu. Jenis teks ini diawali dengan pengenalan tokoh yang diikuti dengan masalah-masalah dan penyelesainnya. Contoh teks ini adalah cerita seperti fabel, legenda, dan sebagainya. Namun, Martin (2008) juga menggolongkan teks-teks yang berisi masalah dan solusinya yang diujarkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari sebagai teks jenis naratif.

Cerita tanpa solusi meliputi anekdot dan eksemplum. Pada umumnya, orang akan mengartikan anekdot sebagai cerita lucu. Akan tetapi, menurut Martin (2008; Martin and Rose, 2008), anekdot merupakan sebuah cerita yang mengundang empati dari pembaca. Dengan kata lain, anekdot tidak hanya sebuah cerita lucu, tetapi cerita yang mengundang empati. Berikut ini merupakan contoh teks anekdot beserta bagian-bagiannya yang diadaptasi dari Martin (2008).

[kejadian] Pada hari libur kemarin, ibuku membawa aku dan kakakku ke sebuah toko yang sedang mengadakan pembagian mainan secara gratis. Hari itu sangatlah panas, dan antrian pun sangat panjang. Aku melihat anak-anak pulang ke rumah dengan membawa berbagai macam mainan. Aku pun tertarik pada sebuah boneka yang dapat mengeluarkan suara. Ketika kami sampai di depan, penjaga itu mengatakan bahwa permainan sudah habis semua.

[Reaksi] mendengar itu, aku pun menangis.

Bagian akhir cerita tersebut merupakan sebuah bentuk emosi yang ingin dibagikan penulis dengan pembacanya. Dengan demikian, salah satu ciri dari anekdot adalah adanya suatu bentuk perasaan yang ingin dibagikan dengan pembaca.

Jika anekdot merupakan sebuah cerita yang mengundang empati pembaca, eksemplum merupakan teks yang mengundang penilaian pembaca terhadap karakter dalam cerita. Bagian terakhir dari eksemplum merupakan sebuah bentuk penilaian moral. Pada bagian ini, pembaca diajak untuk memberikan penilaian terhadap satu karakter. Berikut ini merupakan contoh eksemplum yang diadaptasi dari Martin (2006).

[Pengenalan] Pada satu malam, Andi mengedarai mobil dijalanan ibukota dengan kecepatan 90 km per jam.

[Kejadian] Tiba-tiba, dia melihat seseorang keluar dari mobilnya dengan membawa sebuah bungkusan dan meletakkannya di jalan. Karena penasaran, Andi pun mendatangi bungkusan itu. Ketika dibuka, ternyata bungkusan itu berisi seekor anak kucing yang lucu. Dia berusaha meraih anak kucing itu. Namun, sayangnya anak kucing itu meloncat. Alhasil, kucing pun tertabrak kendaran yang lalu lalang.

[interpretasi] Bagi orang yang membuang kucing itu, hanya satu kata—menjijikan.

Daftar Acuan

Mahsun. (2013). Pembelajaran Teks dalam Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-mahsun (8 September 2014).

Martin, J.R. (1985). Factual Writing: Exploring and Challenging Social Reality. Geelong: Deakin University.

Martin, J.R.& G. Plum (1997). “Construing experience: some story genres”. Journal of Narrative and Life History 7.1-4. (Special Issue: Oral Versions of Personal Experience: three decades of narrative analysis; M Bamberg Guest Editor). 299- 308.

Martin, J.R. & Rose, D. (2008). Genre Relations: Mapping Culture. London: Equinox.

Martin, J.R. (2008). “Negotiating Values: Narrative and Exposition”, in Bioethical Inquiry, 5:41-55.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline