Real Madrid meraih gelar juara Liga Champions untuk kali keempat belas sepanjang sejarah Liga/Piala Champions dan makin jauh meninggalkan catatan klub manapun di Eropa.
Namun demikian, tahun ini perjalanan mereka mencapai gelar dijalani dengan sangat tidak mudah bahkan sulit dan tertatih-tatih. Juara tahun ini sepertinya benar-benar sah buat Madrid karena semua lawan kelas kakap dilibasnya dalam perjalanan menuju juara. Mulai dari klub tajir yang ada Neymar-Messi-Mbappe-nya, PSG disikat babak 16 besar.
Lalu cerita setelah itu adalah pertunjukan bagaimana Madrid membabat habis semua tim papan atas dari Liga yang saat ini dianggap sebagai Liga terbaik di dunia, Liga Inggris. Tiga tim terkuat saat ini mereka libas semua.
Diawali dengan ketemu Chelsea di perempat final mereka menang dramatis dengan agregat 5-3. Menang 3-1 di partai tandang, tapi tertinggal 0-3 di leg kedua di kandang dan mencetak gol di menit 80 dan 96 untuk memperkecil kekalahan jadi 2-3 sekaligus menang agregat.
Di semifinal giliran sang juara Liga Inggris, Manchester City disikat dengan agregat 6-5 dengan lebih dramatis lagi dengan tiga gol tercetak di menit akhir leg kedua.
Dan di final, tim Inggris yang paling sukses di Liga Champios, Liverpool dikalahkan dengan skor 1-0 dengan cara yang sama, mengandalkan pertahanan yang solid dan serangan balik yang mematikan.
Liverpool tampak menguasai bertandingan dengan lebih banyak peluang yang mereka ciptakan. Pada babak pertama statistik Liverpool dengan 10 tendangan (5 on target) berbanding Madrid yang hanya 1 tendangan (0 ke target)
Namun demikian, walau tanpa shoot on goal, beberapa kali Madrid sebenarnya ada peluang yang berpotensi membahayakan gawang Liverpool, hanya saja beberapa kali end passing serangan balik mereka dipatahkan oleh pemain bertahan Liverpool.
Bahkan di akhir babak pertama Benzema sempat mencetak gol yang lalu dianulir VAR karena dianggap offside. Babak pertama berakhir 0-0.
Secara keseluruhan jalannya pertandingan sesuai denga apa yang diharapkan oleh kedua pelatih. Klopp yang menerapkan pressing ketat untuk menciptalkan berbagai peluang, dan Ancelotti yang berusaha membuat barisan pertahanan yang kokoh dan sesekali mencoba serangan balik melalui Benzema dan Vinicius.