Lihat ke Halaman Asli

Yoga Pratama

Mahasiswa

Peradaban Islam di Andalusia: Sejarah Kejayaan dan Keruntuhan

Diperbarui: 25 Mei 2024   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peradaban Islam di Andalusia, yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal, merupakan salah satu babak paling gemilang dalam sejarah dunia. Masa kejayaan Islam di wilayah ini berlangsung selama hampir delapan abad, dimulai pada tahun 711 M ketika pasukan Muslim pertama kali menyeberangi Selat Gibraltar, hingga jatuhnya Granada pada tahun 1492 M. Periode ini dikenang sebagai zaman keemasan bagi ilmu pengetahuan, budaya, dan toleransi beragama, sebelum akhirnya mengalami keruntuhan akibat konflik internal dan eksternal.

Penaklukan Andalusia dimulai pada tahun 711 M oleh Jenderal Tariq bin Ziyad, yang memimpin pasukan Muslim untuk mengalahkan Raja Roderick dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete. Setelah penaklukan awal, wilayah ini menjadi bagian dari Kekhalifahan Umayyah. Pada tahun 756 M, Abd al-Rahman I mendirikan Emirat Cordoba, yang kemudian ditingkatkan menjadi Kekhalifahan Cordoba pada tahun 929 M oleh Abd al-Rahman III.

Kekhalifahan Cordoba mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Abd al-Rahman III dan penerusnya. Kota Cordoba menjadi pusat intelektual dan budaya dunia, dengan universitas, perpustakaan, dan masjid yang megah, termasuk Masjid Agung Cordoba yang terkenal dengan arsitektur dan dekorasinya yang luar biasa.

Selama periode ini, Andalusia menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan budaya. Para cendekiawan Muslim di Andalusia, seperti Ibn Rushd (Averroes) dalam bidang filsafat dan Ibn Arabi dalam mistisisme, memberikan kontribusi besar dalam berbagai disiplin ilmu. Andalusia juga terkenal dengan kemajuan dalam matematika, astronomi, kedokteran, dan sastra.

Selain itu, periode ini dikenal dengan tingkat toleransi beragama yang tinggi. Meskipun ada ketegangan dan konflik, Muslim, Kristen, dan Yahudi sering hidup berdampingan secara damai dan berkolaborasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya. Konsep convivencia (koeksistensi) menjadi ciri khas zaman keemasan ini.

Namun, masa kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Kekhalifahan Cordoba mulai mengalami fragmentasi pada abad ke-11, yang memicu munculnya sejumlah kerajaan kecil yang disebut ta'ifa. Konflik internal dan persaingan di antara ta'ifa-ta'ifa ini membuat wilayah Andalusia rentan terhadap serangan dari luar, terutama oleh kerajaan Kristen di utara.

Pada abad ke-12 dan ke-13, Almoravid dan Almohad dari Afrika Utara mencoba menyatukan kembali Andalusia di bawah satu kekuasaan Muslim. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, dan akhirnya kerajaan-kerajaan Kristen seperti Kastilia, Aragon, dan Portugal mulai merebut wilayah-wilayah Muslim satu per satu.

Puncak dari proses Reconquista terjadi pada tahun 1492 ketika Kerajaan Granada, benteng terakhir Muslim di Andalusia, jatuh ke tangan Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Kastilia. Dengan jatuhnya Granada, berakhirlah dominasi Islam di Andalusia. Para Muslim yang tersisa di wilayah ini menghadapi pengusiran, konversi paksa, atau hidup di bawah tekanan yang berat.

Meskipun peradaban Islam di Andalusia berakhir dengan keruntuhan, warisannya tetap hidup hingga hari ini. Arsitektur megah seperti Alhambra di Granada dan Masjid Agung Cordoba menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu. Selain itu, pengaruh ilmiah dan budaya dari periode ini memberikan kontribusi penting bagi Renaisans Eropa dan perkembangan ilmu pengetahuan dunia.

Peradaban Islam di Andalusia merupakan contoh penting tentang bagaimana kebudayaan dan ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat dalam suasana toleransi dan kolaborasi antarberagama. Sejarah kejayaan dan keruntuhannya menjadi pelajaran berharga tentang dinamika kekuasaan, toleransi, dan konflik dalam sejarah manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline