Lihat ke Halaman Asli

Mengaji yo kita mengaji

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam setelah pulang dari rumah seorang kawan lama, ada "sesuatu" yang membuat saya sadar.  Sesuatu yang akan menjadi bekal saya untuk menjalani sisa hidup ini. Saya mengenal kawan saya ini semenjak duduk di bangku SMA. Kesederhanaan dan ilmunya yang lebih terutama dalam hal ilmu agama membuat saya nyaman berkawan dengannya. Namanya Mauludin Absa. Saya memanggil beliau sekarang dengan sebutan Pa Haji. Saya masih teringat betul, pa haji dulu waktu SMA menjadi motivator buat saya dan teman teman untuk selalu dekat dengan Allah SWT. Banyak Kegiatan Habluminallah dan habluminannas yang kami lakukan berasal dari idenya pa haji. Selain kegiatan pengajian rutin, kami juga melakukan kegiatan kegiatan sosial buat masyarakat yang kurang mampu.

Lepas dari SMA, kami terpisah oleh jarak dan cita cita masing masing. Komunikasi masih kita jalankan. Dan hebatnya, pa haji masih istiqomah mengajarkan ilmu agamanya kepada lingkungan sekitar dimana dia tinggal saat itu.  Banyak anak anak yang dia ajarkan mengaji tanpa pamrih. Saya teringat cerita pa haji, pada saat beliau menjalani masa kuliahnya, banyak orang tua yang ingin menjodohkan putri mereka dengan kawan saya yang satu ini. Berbagai fasilitas seperti sawah & rumah bahkan ditawarkan ke pa haji jika mau menikahi anak gadis mereka. Sampai sampai pada saat selesai kuliah dan kembali ke jakarta masih saja ada orang tua yang ingin menikahkan putrinya dengan pa haji dengan datang langsung melamar ke orang tua pa haji (ga kebalik ya, padahal laki laki yang harusnya melamar??). Luarrrr biasaaa...

Kembali ke masa kini, setelah semalam saya bersilaturahmi ke rumah pa haji, beliau cerita bahwa ilmu mengajinya yang dia miliki selama ini ternyata belum cukup untuk metode yang sedang beliau dalami saat ini yakni metode Qiroati. Waw begitu mendengar penjelasan pa haji, muka saya langsung tertunduk. Tertunduk dalam artian malu sama diri sendiri. Pa haji dengan keistiqomahannya saja sampai harus memulai lagi dari awal, apalagi saya yang ilmunya masih jauh dari pa haji.

Tapi insya allah dengan niat ingin bisa membaca Al-quran dengan baik dan benar, saya ingin memulai semuanya dari 0 (nol). Semoga di sisa hidup saya, Allah SWT masih memberikan kesempatan buat saya agar dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar dan dapat mengajarkan ilmu saya ke istri dan anak anak. Amien...Jajakamulllah pa haji...obrolan yang bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline