Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Harus Iri

Diperbarui: 20 Oktober 2016   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita iri pada momy muda yang rumahnya selalu rapi, kinclong, indah dan sedep dipandang?

Sering..

Pernahkah kita iri pada mama kece yang perabot rumahnya lengkap, bagus, dan selalu tertata rapi di kitchen set yang cantik?

Sering...

Atau pernahkah kita iri pada mamah muda yang wajahnya mulus, putih bersih, cantik dan ceria sambil nenteng tas kantor nan berwibawa dan elegant?

Sering ...

Yak itulah beberapa keirian yang sering kita alami secara sadar ataupun tidak. Bagaimana gak iri, rumah mereka berbeda dengan rumah kita yang gak pernah rapi barang sejenak saja. Selalu ada mainan berserakan, remahan kue berhamburan bahkan tumpukan baju yang minta disetrikapun teronggok disudut kamar. Tak jarang rengekan si kecil menambah alunan musik yang mengiringi setiap langkah kita, atau pertengkaran si kakak pertama dengan kakak kedua menjadi backsound rutin sepulang sekolah. Ah betapa “indah” nya konspirasi suara-suara merdu itu.

Dari bangun tidur, kita (emak rumahan-red) sudah sibuk dengan urusan dapur, dari cuci piring gedombrangan, masak memasak sreng srengan, dibarengi dengan komando satu arah untuk membangunkan pasukan krucil yang hendak menuntut ilmu. Walau sudah besar kadang si kakak pertama ini masih saja bertanya dimana kaos kakinya, kakak kedua ga mau kalah masih sering berteriak-teriak ambilkan handuk yang lupa ga dibawa ketika mandi, akhirnya si kecilpun ikutan berkolaborasi dengan kakak-kakaknya, terbangun dan merengek minta susu.

Eits kemana sang bapak nih?

Oh ternyata sang bapak sudah autopilot. Beliau sudah bikin teh sendiri, nyapu halaman tapi tetap dengan sikap sok elegantnya seperti tak mendengar keributan yang terjadi di area kamar mandi, kamar tidur,dapur dan sekitarnya. It’s oke, sudah kebanyakan tipikal mereka seperti itu.

“Keributan” musiman itu beranjak lebih tenang ketika jam kerja sudah tiba. Si kakak-kakak sudah berangkat sekolah disusul oleh sang bapak berangkat kerja. Atau malah ada yang duluan sang bapaknya, itu bisa diatur. Yup itulah sekelebat episode emak-emak di pagi hari, kalau siang, sore dan malam pasti lebih seru. Ah emak yang lain pasti punya cerita seru lainnya deh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline