Salam bagi Kompasianer …
Semoga tetap dalam lindungan Allah SWT dan selalu Istiqomah menjalankan ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Berbicara soal Islam, tidak bisa dipisahkan dari sosok Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliaulah sosok manusia yang telah membawa kabar gembira dan peringatan bagi seluruh umat manusia. Ajaran beliau dan kitab yang dibawanya yaitu Al-Qur’an masih tetap eksis hingga saat ini. Sesuai janji Allah SWT yang tertulis dalam AL-Qur’an, bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna, dengan kitab yang jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya, seperti Kitab Taurat, Zabur, dan Injil.
Nama besar Nabi Muhammad SAW, tidak hanya dihormati dan diakui oleh kalangan Islam saja. Terbukti pada salah satu buku yang ditulis oleh Michael Hart tentang 100 orang yang berpengaruh di Dunia, nama beliau menempati urutan pertama. Mengungguli 99 tokoh lain, yang sama-sama telah memberikan pengaruhnya untuk dunia di masing-masing bidang yang digelutinya. Dari fenomena tersebut, tidak berlebihan juga jika kita sebagai umat Islam bangga. Namun itu saja tidak cukup, Allah SWT memerintahkan kita untuk juga meneladani kepribadian dan juga pengorbanan yang telah beliau berikan untuk mendakwahkan Islam, hingga Islam besar seperti sekarang. Seperti disebutkan dalam ayat berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah & (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21)
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S An-Najm : 3-4)
Bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan seorang Nabi Muhammad SAW. Tidak cukup hanya dengan menyebut-nyebut namanya, dan menyanyikan shalawat secara berjamaah. Hal yang lebih substansial di atas itu semua adalah menjalankan segala ajaran yang disampaikan oleh Beliau, yang tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam mendakwahkan Islam, tidak lepas juga dari peran keluarga, yang sangat mendukung dan sama-sama berkorban untuk mendukung dakwah beliau. Mulai dari istri-istrinya, anak hingga cucunya, sama-sama mendakwahkan dan melanjutkan Risalah Rasul setelah beliau wafat.
Keluarga adalah bagian dari cobaan di dunia, sebagaimana yang sering dijelaskan dalam Al-Qur’an. Tapi mengapa Keluarga rasul bisa menjadi salah satu factor kesusksesan perjuangan beliau dalam menegakkan Islam di dunia ini. Hal tersebut tidak lain, dikarenakan kesuksesan Rasul dalam mendidik keluarganya untuk juga menjadi bagian dari perjuangan tersebut. Salah satu bukti dari kesuksesan itu adalah ketika Rasul setelah sukses menaklukan mekah dan membangung Islam di Madinah, menjadi seorang pemimpin besar, namun tidak juga menjadikan keluarga beliau hidup bermewah-mewahan. Tidak seperti fenomena sekarang, kebanyakan pemimpin besar atau pejabat yang kaya raya, senantiasa diikuti dengan perilaku bermewah-mewahan keluarganya.
Dan kita sebagai bagian dari umat Rasulullah SAW, sudah menjadi kewajiban untuk meneladani cara beliau dalam mendidik keluarganya. Jika disebutkan dalam Al Quran dan Hadist bahwa perilaku Rasulullah senantiasa didasarkan wahyu, maka ajaran tentang cara mendidik keluarga khususnya anak dalam hal ini, telah dijelaskan dalam Al Qur’an. Meski tidak secara teknis dijelaskan, sebab hal tersebut harus disesuaikan dengan konteks kekinian. Beberapa ayat berikut, menyebutkan dasar dalam mendidik keluarga terutama anak.
“(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam”. Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati dalam keadaan muslim”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Ilahmu & Ilah nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail & Ishaq, (yaitu) Ilah Yang Maha Esa & kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Q.S Al-Baqarah: 131-133)
“(Lukman berkata), “Wahai anakku! Sungguh , jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan), Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti.” (Q.S Luqman : 16)
Dari kedua ayat di atas, jelas bahwa tanaman utama dalam mendidik anak adalah dengan mengenalkannya dengan ajaran tauhid. Melatih anak, untuk senantiasa diingatkan akan eksistensi Tuhan, dalam hal ini adalah Allah SWT. Anak dilatih bahwa ada Allah SWT yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui, sekaligus Maha Mendengar. Sehingga, segala perbuatan anak dan apa yang diucapkan, Allah pasti mengetahuinya. Selain menghadirkan Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari si anak, sosok Allah SWT adalah Tuhan atau Ilah yang berbeda dengan makhlukNya seperti Allah tidak tidur, Allah Maha Pintar, Allah adalah yang Menciptakan segala yang ada di dunia ini, termasuk kita dan si anak. Allah tidak memiliki anak, ataupun orang tua, beda dengan manusia. Selain itu Allah SWT memiliki sanksi dan hadiah, jika kita menjalankan perintahNya. Allah memiliki surga yang begitu indah dan kekal, serta tidak ada tandingannya di dunia ini. Begitu juga sanksi, bagi umat yang tidak mau menjalankan perintah Allah SWT, Allah SWT memiliki neraka, yang begitu menakutkan dan kekal.
Itulah sekilas pelajaran pertama dan utama yang telah diajarkan Rasul kepada keluarganya, dalam hal ini adalah anaknya. Kita sebagai orang tua atau para calon orang tua, wajib memberikan tanaman tauhid semenjak dini. Sebelum anak dikenalkan dengan dunia luar dan berbagai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan di sekolah, akan lebih baik. Agar lebih membekas dan tertanam cukup kuat, maka lebih baik orang tua memberikan pengajaran ini saat usia emas yaitu 0-5 tahun. Dilanjutkan mulai dari 6 hingga 11 tahun. Berdasarkan pengetahuan tentang psikologi perkembangan, di usia-usia itu pembentukan otak sedang berkembangan paling maksimal. Semoga bermanfaat,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H