Korban investasi tidak masuk akal masih saja ada. Mereka berasal dari kalangan yang beragam. Ada kelompok masyarakat awam yang mencoba memperbaiki nasib, selebritis yang bingung mencari tempat menyimpan uang, bahkan kalangan orang berpendidikan tinggi yang seharusnya peka terhadap sebuah urusan yang masuk akal atau tidak.
Investasi tipu-tipuan ini modusnya tidak beda dengan penggandaan uang; buat korban terpana sehingga rela dan percaya menyerahkan uangnya untuk dijadikan lebih banyak dengan cara instan lalu menghilang. Tapi, mengapa masih banyak saja orang yang tertipu?
Manusia itu pemimpi. Selalu berharap mendapat keuntungan besar tetapi dengan sedikit usaha. Kalau bisa sih hanya duduk manis, uang pun datang. Memanfaatkan karakter manusia yang seperti ini, maka muncullah berbagai macam usaha tipu-tipu.
Pengusaha tipu-tipu mempunyai ragam cara dalam menggaet korbannya. Umumnya mereka membuat perencanaan yang matang, mulai dari mendirikan badan usaha palsu, kantor palsu, karyawan palsu dan dokumen-dokumen yang juga palsu. Mereka mempunyai tenaga yang ahli berkomunikasi yang bertugas meyakinkan calon korban.
Usaha tipu-tipu ini tidak hanya menjadikan pemilik modal besar yang menjadi calon korbannya, tetapi masyarakat kelas menengah ke bawah pun mereka jadikan sasaran.
Berikut beberapa kasus usaha tipu-tipu yang pernah menimpa orang yang saya kenal:
- Investasi pulsa
Ada seseorang yang datang dan mengaku sebagai perwakilan sebuah perusahaan yang bergerak di jasa penyedia pulsa. Orang tersebut kemudian mengundang warga untuk mendengarkan presentasi yang mereka lakukan. Isi presentasi menjelaskan peluang-peluang keuntungan besar bila bergabung dengan mereka. Setiap anggota yang berinvestasi Rp250.000,00 akan memperoleh keuntungan Rp100.000,00 setiap bulan. Investasi Rp 500.000,00 akan mendapat keuntungan Rp200.000,00 dst.
Usai presentasi ada beberapa orang yang mendaftar untuk bergabung, alasan mereka, umumnya hanya iseng saja, toh hanya Rp250.000,00, siapa tau memang ada buktinya.
Satu bulan kemudian, para warga yang sudah berinvestasi Rp250.000,00 mendapati ada tambahan Rp100.000 di rekening mereka. Berita ini segera tersebar. Orang yang menerima transfer Rp100.000,00 itu dengan semangat mengajak saudara, kaum kerabat, dan para tetangga untuk mengikuti jejaknya. ‘Hanya tiga bulan uang kita sudah kembali dan selanjutnya kita hanya menerima keuntungan’ begitu kira-kira yang diucapkannya.
Bulan kedua jumlah peserta bertambah dan mereka juga ikut menikmati Rp100,000 sebagai keuntungan. Peserta semakin membludag. Pada bulan selanjutnya transfer dana yang mereka janjikan tidak dilakukan. Sudah bisa ditebak, setelah yang berinvestasi semakin banyak, mereka semua menghilang. Ini contoh investasi tipu-tipu yang nominalnya kecil.
- Investasi hewan potong (sapi)
Bisnis tipu yang nominalnya agak besar pernah dilakukan dengan bentuk investasi hewan. Usaha yang mereka kerjakan, menurut pengakuannya adalah memenuhi kebutuhan daging sapi untuk hotel, restoran, warteg, waralaba di daerah DKI. Modusnya dengan menawarkan kerjasama berinvestasi seekor sapi. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan daging sapi setiap ekornya tidak kurang dari satu juta. Dalam satu bulan keuntungan penjualan sapi ini bisa mencapai 30 juta (fantastis). Dalam dua minggu saja uang yang diinvestasikan sudah mencapai BEP selanjutnya tinggal menikmati keuntungan. Jangankan untung, setelah yang berinvestasi lebih dari 10 orang, mereka sudah mengantongi dana tidak kurang dari 100 juta, perusahaan itu menghilang.