Tidak ada yang menduga, bahwa pelaku pemerkosaan terhadap balita 4,5 tahun bernama S itu adalah tetangganya sendiri. Selain tetangga, SP (62 tahun) itu juga terhitung masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ayah korban.
Dalam sikap kesehariannya, SP adalah warga yang baik. Dia aktif melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan warga. Belum pernah terdengar, Pensiunan salah satu instansi pemerintah ini, bermasalah dengan orang lain. Entah setan apa yang merasukinya sehingga dia tega memperkosa balita dengan sadis.
Sabtu, 13 Maret 2013. Sekitar pukul 02.00 WIB, S telah diculik dari rumahnya oleh orang tak di kenal. Pada saat itu S sedang tidur bersama dengan Ayah (tiri) dan Ibunya. Penculik masuk melalui jendela kemudian membawa S ke kebun. Di kebun itu S diperkosa hingga dinding rahimnya berlubangselanjutnya S P mengantarkan S ke dekat rumah penduduk dan meninggalkanya sendirian.
Polisi sempat mencurigai D, ayah tiri korban sebagai pelaku perkosaan tersebut. Tetapi hasil tes DNA menyatakan negative.
Dalam proses pengungkapan kasus ini, polisi telah memeriksa banyak warga RT 04. RW 04 Desa Menes sebagai tempat terjadinya peristiwa.Dan tanpa diduga muncullah pengakuan seorang remaja ST (18 tahun) yang pernah mengalami nasib serupa ketika berumur 9 tahun. Yang dilakukan oleh SP, adik kandung kakeknya sendiri.
Polisi kemudian mengusut kasus perkosaan yang dialami ST yang terjadi pada tahun 2004 dan terus berulang sampai tahun 2007 dengaan tersangka SP.
Berdasarkan keterangan-keterangan ST , diperoleh kemiripan modus antara perkosaan yang dilami ST dengan yang dialami oleh S. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa pelaku kedua peristiwa itu ternyata sama yaitu SP.
Saat ini SP telah dditahan oleh pihak yang berwajib untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Diduga SP adalah pengidap pedofilia karena kedua korbannya masih kanak-kanak.
Mengingat seringnya balita menjadi korban perkosaan oleh orang-orang yang telah dikenal dengan baik, maka dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih waspada dan lebih memperhatikan para balitanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H