Sebagian guru mungkin memilih profesi menjadi guru sebagai panggilan jiwa dan passionnya yang memang di bidang pendidikan. Namun ada juga yang menjadi seorang guru karena tidak ada pilihan lain atau sebagai pilihan terakhir. Hal ini boleh boleh saja asal tetap diperbaharui niat dan konsep dirinya untuk menjadi kompeten di bidangnya. Bahkan salah satu kompetensi yang wajib ada pada seorang guru adalah kompetensi kepribadian. Jadi tidak hanya tuntutan profesi sebagai guru namun juga tuntutan kepribadian sebagai jiwa pendidik yang merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang sudah dia dapatkan. Apakah Anda merasa kurang percaya diri?
Bagaimana jawaban Anda ketika ada pertanyaan ini, " Anda berharga jika...?". Biasanya jawaban melengkapinya sesuai dengan harapan dan cita-cita masing-masing. Ada yang menjawab, Keberhargaan diri jika ..., bisa berkontribusi bagi orang lain, bisa mencapai impiannya,bisa diterima di lingkungan, dan lain-lain. Ini disebut Self Confidence. Kepercayaan dirinya akan semakin meningkat ketika sudah berhasil mencapai tangga capaiannya. Tahukah Anda bahwa ternyata itu adalah self confidence bukan tentang berharga atau tidaknya Anda. Karena sejak Allah SWT Tuhan semesta alam menciptakan manusia, kita sudah berharga. Catat ya kita sudah berharga. Sudah banyak artikel yang membicarakan betapa berharganya dan sempurnanya makhluk yang bernama manusia.
Self confidence seseorang tergantung dari faktor tingkat skill atau banyaknya pengalaman dari berbagai bidang kehidupan. Semakin banyak ijazah, sertifikat, keilmuan, keterampilan yang Anda dapatkan maka self confidence Anda akan semakin meningkat. Hal ini berbeda dengan Keberhargaan Diri (Self Esteem). Keberhargaan diri self esteem sebagai manusia sudah berharga meskipun....saya tetap berharga (tetap). Saya tetap berharga meskipun saya kurang pandai dalam hal.... Saya tetap berharga walaupun saya tidak mempunyai ijazah S2. Sebagai manusia saya tetap berharga. Saya tetap berharga, walaupun belum punya skill/experience.
Maka tetap yakin walaupun disalahkan karena bukan diri kita tetapi karena proposal kita, penampilan kita, karena kurang terampil dan lain-lain. Bukan karena diri kita. Sebagai contoh, pimpinan Anda menyalahkan Anda karena gagalnya sebuah proyek. Yang perlu diingat yang disalahkan adalah karena hasil kinerja dan kerja Anda bukan karena pribadi Anda. Fahami kita boleh salah bukan karena diri human being nya tapi karena proposal kita karena karya kita karena kerja kita dan lain-lainnya.
Nah, bedakan ya. Sehingga ada yang performa kerjanya karena self confidence-nya dan ada yang memang self esteem-nya. Yang bagaimanakah kita? Anda melaksanakan tugas karena tuntutan pekerjaan atau karena sebagai panggilan jiwanya? Dianalogikan ada orang yang memakai pakaian karena ingin dihargai orang diistilahkan outside -inside. Ada juga yang memakai pakaian karena ingin melaksanakan syariat diistilahkan inside -outside.
Berdasarkan pandangan tadi, maka para guru, trainer, motivator dan sebagainya, akan memberikan memberikan solusi tergantung dari cara pandang, ruang pandang, pengalaman dan dalam pikirannya masing-masing. Kalau ada pertanyaan bolehkah banyak "gimik"? Boleh boleh saja. Dianalogikan gimik sebagai performa atau penampilan seseorang. Pertanyaannya akan menjadi apakah gimik itu sebagai aksesoris atau gimik itulah apa adanya guru/trainer tersebut? Ada istilah hanya mobil murah yang butuh aksesoris banyak. Kalau mobil mewah gak perlu banyak aksesoris karena memang sudah megah. Tahukan maksudnya? Hehe.
Mari kita lihat diri masing-masing. Pendidikan/training persuasif atau manipulatif? Kalau dari penjelasan di atas kebanyakan gimik akan tumbuh pendidikan persuasif, namun jika gimik berasal dari inti pendidikan yang sakral dan mulia akan tumbuh gimik yang memang indah dari dalamnya. Hal ini berkaitan dengan integritas dan komitmen dan ini tergantung integritas kita.
Pendidik/guru/trainer memberikan solusi pada orang lain melalui 3 hal penting:
1. Ruh. Pentingnya seorang guru/trainer menyertakan ruhiyahnya sebagai faktor dalam mendidik/melatih/memberikan solusi. Mendidik dengan menyertakan hati jiwa dan ruhiyah akan berdampak luar biasa daripada yang tanpa ruhiyah atau hanya sekedar kognitif saja.
2. Mengetahui profesionalisme. Hal ini berkaitan dengan kompetensi profesionalnya yang mempengaruhi metode teknik dan lain-lain ketika menghadapi siswanya atau klien.
3. Mengetahui segala sesuatu dengan representatif. Menurut KBBI, representasi bisa diartikan sebagai perbuatan mewakili atau keadaan yang bersifat mewakili. Sementara, menurut Stuart Hall (1997:15), representasi adalah sebuah produksi konsep makna dalam pikiran melalui bahasa. Hal ini merupakan hubungan antara konsep dan bahasa yang menggambarkan objek, orang atau bahkan peristiwa nyata. Maksudnya dalam hal mendidik mengajar seorang guru/trainer perlu mengupgrade konsep nalar logika bahasa karena jika salah konsepsi maka akan salah pula dalam menyampaikan.