Pemilu seringkali menjadi momen penting dalam kehidupan politik suatu negara, di mana rakyat memiliki kesempatan untuk memberikan suara mereka dan memilih pemimpin serta wakil-wakil mereka.
Dalam pemilihan presiden dan wakil presiden pasca Pemilu 2024 ini, konflik dalam keluarga menjadi semakin nyata. Perbedaan pendapat tentang calon presiden dan wakil presiden bisa menjadi pemicu perselisihan di antara anggota keluarga yang memiliki pandangan politik yang berbeda. Terutama dalam era digital ini, di mana informasi tersebar luas dan platform media sosial menjadi wadah bagi diskusi politik, perbedaan pendapat tentang calon pemimpin negara sering kali memunculkan ketegangan di antara anggota keluarga, bahkan dalam lingkungan yang sebelumnya harmonis.
Kami melakukan penelitian dengan metode wawancara langsung kepada keluarga terdekat dan survei menggunakan google form yang disebarkan ke lingkungan masyarakat. Survei ini berisi tentang bagaimana reaksi masyarakat mengenai adanya perbedaan pemilihan capres dalam lingkungan keluarga dan seberapa besarnya dampak yang timbul dari perbedaan tersebut.
Pemicu awal konflik perdebatan dalam keluarga pasca pemilu terdiri dari beberapa faktor seperti:
- Kurangnya kepuasan masyarakat dalam pemilu
Melalui sampel survei yang kami kumpulkan Tingkat kepuasan masyarakat memiliki persentase 49% dari 55 orang.
- Sikap yang terlalu fanatik
sebanyak 45,4%, dari keluarga responden yang memiliki kerabat yang fanatik terhadap paslonnya.
- Pengaruh media sosial
Hasil yang kami terima sebanyak 40 orang menemukan karakter yang bersikap fanatik atau agresif di media sosial dengan persentase yang lebih banyak berada di Instagram 45,5%; Tiktok 43,6%; Twitter/X 34,5%; dan WhatsApp 27,3%.
Konflik tersebut mengakibatkan perselisihan yang kuat, dan terpecahnya masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain. Hal ini mengurangi kemampuan masyarakat untuk bekerja sama. Serta mengurangi kepercayaan sesama masyarakat. Solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi konflik perdebatan dalam keluarga pasca pemilu dapat melibatkan beberapa cara yang dapat membantu memulihkan hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, seperti:
1. Berkomunikasi secara terbuka dan berempati. Penting untuk membuka jalur komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga. Mendengarkan dengan penuh perhatian pandangan dan perasaan setiap anggota keluarga tanpa menghakimi atau menyalahkan. Menggunakan bahasa yang santun dan menghormati pendapat masing-masing.
2. Menjauhkan Politik dari Percakapan. Usahakan mengatur batasan untuk menghindari topik politik jika menyebabkan ketegangan dalam keluarga. Alihkan perhatian pada topik-topik lain yang bersifat lebih netral atau positif, seperti hobi, minat, atau rencana keluarga.
3. Mengatur waktu untuk diskusi. Menetapkan waktu khusus untuk berdiskusi tentang isu politik jika memang diperlukan, misalnya, dalam suasana yang tenang dan terbuka. Batasi durasi diskusi agar tidak berlarut-larut dan menghasilkan ketegangan yang lebih besar.