Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Pendidikan Seksual Sejak Usia Dini

Diperbarui: 27 Juni 2023   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era globalisasi berbagai informasi sangat mudah untuk diakses hampir di seluruh media, termasuk perihal seks. Apalagi dimasa pandemi Covid-19 ini, setiap anak diwajibkan memiliki telepon genggam sendiri untuk belajar secara daring. Dengan demikian anak - anak dengan mudah mengakses foto-foto dan video yang seharusnya tidak mereka lihat diusia sekolah. Dampaknya untuk mereka yang sudah menginjak usia akhir balik membuat mereka penasaran dan mencontoh apa yang mereka lihat. Sehingga semakin tinggi kekerasan seksual diusia dini. Untuk itulah kita sebagai orang tua wajib memberikan pendidikan seksual sejak usia dini. Namum, masih banyak diantara kita dan para orang tua yang menganggap perihal tentang seks adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.

Pada dasarnya anak-anak terlahir dengan kesadaran dan rasa ingin tahu yang tinggi tentang seksualitas. Hanya saja mereka belum tahu bagaimana cara mengkomunikasikannya. Seiring berjalannya waktu, anak-anak dan para remaja bahkan terbukti kerap lebih aktif secara seksual melebihi dugaan orang tua mereka. Terlebih lagi sekarang ini di mana akses mereka pada konten-konten bernuansa seksual nyaris tak terbatas.

Orang tua memiliki pengaruh yang amat besar dalam kehidupan seks seorang anak dan remaja. Mereka yang menjalin komunikasi rutin dan terbuka tentang seks dengan orang tuanya cenderung menunda hubungan intim, memiliki pasangan yang lebih sedikit, serta menggunakan kondom atau alat kontrasepsi lain secara efektif saat berhubungan intim. Anak adalah citra dari orang tua, sehingga dalam hal pengetahuan seksual, anak menjadikan orang tua sebagai model kehidupan seksual dan mereka belajar melalui observasi sehari-hari.

Pemahaman yang diberikan oleh orang tua terhadap anak hanya sekedar seks adalah hubungan badan antara laki-laki dan perempuan, seks adalah suatu aib untuk dibicarakan kepada orang lain. Pendidikan orang tua sebagian berdasarkan pada pengalaman yang mereka alami, yaitu berdasarkan pengalaman yang didapatkan dari orang tua mereka dahulu. Peran orang tua dalam pendidikan seks hanya mencakup :

  • Menjelaskan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
  • Mengedukasi anak untuk menutup aurat.
  • Mengenalkan penggunaan toilet.

Orang tua menjelaskan kepada anak perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan dimulai dari bentuk tubuh, alat kelamin, dan gaya potongan rambut. Seharusnya orang tua memberi pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang seks, hal ini akan membantu anak memiliki rasa tanggung jawab sejak dini. Pendidikan seks sejak usia dini harus menggunakan berbagai cara, agar tujuan dari pendidikan seks tetap terwujud. Adapun beberapa strategi umum yang dapat diterapkan oleh orang tua atau pendidik, yaitu :

  • Memberi pemahaman tentang seks terhadap anak berdasarkan nilai agama serta nilai moral sehingga segala sesuatu yang menyangkut seksualitas langsung dikaitkan dengan ajaran agama.
  • Memberi rasa aman terhadap anak dengan adanya komunikasi yang hangat antar keluarga. Komunikasi secara jelas perihal seks dengan anak sehingga dia tidak takut untuk bertanya.
  • Menyesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia dan tingkat pemahaman anak.
  • Membatasi penjelasan atau jawaban hanya pada pertanyaan anak saja, tidak usah terlalu melebar atau terlalu jauh. Berhubungan dengan pemahaman anak masih sangat terbatas, maka orang tua atau guru pun diharapkan menjawab seperlunya, tidak perlu penjelasan mendetail sehingga malah memusingkan anak.

Selain itu, untuk menjawab pertanyaan anak seputar masalah seks perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  • Jangan berbohong dan mengatakan yang sejujurnya tapi tidak harus vulgar. Berikan jawaban dalam bingkai norma dan aturan agama.
  • Menyampaikan dengan wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu. Gunakanlah bahasa medis dan hindari bahasa gaul.
  • Isi uraian yang akan disampaikan harus objektif jangan menerangkan yang tidak-tidak.
  • Jangan hanya membahas seputar masalah fisiologi dan anatomi karena anak akan bertanya lebih dari itu. Oleh karena itu perlu disampaikan pula pendekatan agama.

Setelah menjelaskan kepada anak mengenai norma agama, seks dengan nama ilmiah, fungsi-fungsinya, bagaimana menjaga dan merawatnya, maka tidak lupa pula ditanamkan pesan-pesan moral dan agama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline