Lihat ke Halaman Asli

Yesi Indah

Mahasiswa

Menanamkan Moderasi Beragama di Era Digital

Diperbarui: 6 September 2020   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesi memiliki berbagai umat beragama yang mayoritas beragama islam, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia membuktikan bahwa, perbedaan bukanlah jadi penghalang tersatukannya setiap individu di Indonesia, melainkan perbedaan itulah yang telah mempersatukan semua manusia dari perbedaan-perbedaan.Sebagai umat muslim yang cinta damai, salah satu sikap dasar yang harus ditamankan dalam kehidupan sehari-hari adalah, sikap saling menghormati dan saling menghargai kepada sesama. Sejatinya islam mengajak kepada umatnya untuk selalu menjalin kehidupan yang harmonis kepada manusia lainnya, dan islam juga menjunjung tinggi keadilan siapa saja tanpa melihat latar belakangnya.
Seperti yang diriwayatkan dalam surat Al-Mumtahana ayat 8

"Bahwa allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu sesungguhnya allah menyukai orang-orang belaku adil"
Hal ini dapat kita lakukan dengan cara meningkatkan sikap toleransi seperti, membimbing anak-anak, menghormati pendapat orang lain . dibalik latar belakang yang berbeda beda kita ciptakan hidup dalam kerukunan.                                    
upaya pentingnya menerapkan nilai moderasi beragama bagi generasi milenial di era digital ini tentunya bertujuan untuk membentuk generasi yang moderat dan tidak mudah terpengaruh oleh dunia maya. Adapun mengenai bagaiman cara menanamkan moderasi beragama terhadap generasi milenial di era digital ini.
1.Dapat memanfaatkan media social dengan baik dalam penyebaran nilai-nilai moderasi beragama,
2.Mengikut sertakan generasi milenial dalam kegiatan positif yang konkret di masyarakat,
3.Memerlukan ruang dialog dengan generasi milenial, baik dalam lingkungan rumah, sekolah maupun mayarakat dalam menafsirkan agama dengan tidak mendoktrin.
4.Dapat memaksimalkan fungsi keluarga sebagai kunci pembaharuan karakter yang positif.
     Oleh karena itu mereka harus mempunyai jangkauan wawasan keagamaan yang inklusif, aka tetapi pada waktu yang sama mempunyai kekuatan akidah dan stabil. Di sinilah pnerapan nilai-nilai moderasi beragama perlu ditanamkan. Disamping itu penerapan nilai-nilai moderasi Bergama akan menjadi penangkis dari mencoloknya penyebaran paham radikalisme di media social.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline