Lihat ke Halaman Asli

Yesi Arela

Mahasiswa

Pengalaman Traumatis Setelah Menonton Video Kekerasan

Diperbarui: 17 Oktober 2024   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berikut adalah artikel yang sudah disesuaikan dengan penggunaan bahasa 

Menonton video kekerasan dapat menjadi pengalaman yang sangat mengganggu dan meninggalkan kesan mendalam di pikiran. Melihat tindakan kekerasan, meskipun hanya melalui layar, dapat berdampak serius pada psikologis seseorang, terutama jika adegan yang ditampilkan sangat ekstrem dan brutal.

Pengalaman saya menonton video kekerasan terjadi secara tidak sengaja. Pada awalnya, saya berpikir bahwa video tersebut hanyalah potongan berita atau dokumentasi peristiwa yang biasa. Namun, seiring video berjalan, apa yang saya lihat ternyata jauh berbeda. Adegan kekerasan yang ditampilkan sangat nyata dan mengerikan. Orang-orang di dalam video tampak tersiksa, dan rasa takut serta ketidakberdayaan mereka sangat jelas terlihat. Setiap detik berlalu, bayangan mengerikan dari adegan tersebut terus terngiang dalam benak saya.

Setelah menonton, perasaan mual dan ketidaknyamanan segera menghampiri. Pikiran saya dipenuhi berbagai pertanyaan: bagaimana seseorang bisa melakukan perbuatan sekejam itu? Mengapa ada orang yang tega menyakiti orang lain dengan cara yang demikian? Perasaan ngeri bercampur dengan rasa takut. Pada saat itu, saya menyadari bahwa menonton kekerasan, meskipun hanya melalui media, dapat merusak kesehatan mental. Meskipun tubuh tidak merasakan sakit fisik, pikiran dan emosi yang mengalami dampaknya.

Efek dari menonton video kekerasan tidak hanya berakhir setelah video selesai. Saya mulai mengalami kesulitan tidur. Setiap kali memejamkan mata, bayangan dari video itu kembali muncul, membuat saya gelisah dan ketakutan. Saya juga merasa cemas saat sendirian, terutama ketika berada di tempat sepi seperti kamar mandi. Pikiran akan hal-hal buruk dan kekerasan terus menghantui. Dampak psikologis yang saya alami setelah menonton video tersebut cukup parah, hingga membuat saya takut melakukan hal-hal sederhana, seperti mengambil wudhu di malam hari.

Trauma semacam ini sering disebut sebagai "flashback." Flashback adalah pengalaman di mana seseorang mengingat kembali peristiwa traumatis secara mendetail, seolah-olah kejadian tersebut terjadi lagi. Bagi saya, pengalaman itu tidak hanya terbatas pada ingatan visual, tetapi juga pada emosi yang kuat seperti ketakutan dan ketidaknyamanan. Setiap kali saya berusaha melupakan, ingatan tentang video itu justru semakin jelas.

Menonton video kekerasan, bahkan ketika itu tidak nyata atau berada di dunia maya, memiliki dampak yang nyata pada kondisi mental. Dampak tersebut mungkin berbeda bagi setiap orang, tetapi bagi saya, pengalaman ini sangat mengganggu dan mempengaruhi keseharian saya. Perasaan tidak aman, kecemasan yang meningkat, dan ketakutan yang konstan menjadi bagian dari hidup saya selama beberapa waktu setelah menonton video tersebut.

Saya mencoba berbagai cara untuk mengatasi rasa takut itu. Salah satu cara yang paling membantu adalah mengalihkan perhatian ke hal-hal yang lebih positif. Saya mulai lebih sering membaca buku atau menonton tayangan yang memberikan rasa nyaman dan damai. Selain itu, berbicara dengan teman atau keluarga tentang apa yang saya rasakan juga membantu meredakan beban pikiran. Walaupun tidak sepenuhnya hilang, sedikit demi sedikit rasa takut itu berkurang.

Pengalaman ini mengajarkan betapa kuatnya dampak dari apa yang kita lihat dan konsumsi melalui media. Kita sering kali berpikir bahwa video atau gambar hanya bersifat sementara, tetapi sebenarnya, efek psikologisnya bisa bertahan lama. Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dalam memilih tontonan, terutama jika kita tahu bahwa konten tersebut mengandung kekerasan atau hal-hal yang dapat memicu trauma.

Menonton video kekerasan bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan begitu saja. Pengalaman ini tidak hanya merusak pikiran dan perasaan, tetapi juga dapat membentuk pola pikir negatif tentang dunia di sekitar kita. Bagi saya, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga untuk selalu menjaga apa yang saya lihat dan dengar, karena apa yang masuk ke dalam pikiran kita dapat mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline