Lihat ke Halaman Asli

Yesha

Freelance Writer

86% Mahasiswa Gunakan AI, Kabar Baik atau Buruk dalam Pendidikan?

Diperbarui: 28 November 2024   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penggunaan AI (Sumber: Canva/Igor Kutyaev)

Laporan e-Conomy SEA 2024 yang dibuat Google, Temasek, dan Bain & Company menyebut tiga sektor utama yang paling sering menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI), antara lain marketing, gaming, dan pendidikan. Selain ChatGPT, beberapa AI yang belakangan mencuri perhatian antara lain Jasper AI, Evolv AI, Eklipse, Ludo, QuillBot, dan Grammarly. 

Namun, hari ini, mari fokus pada penggunaan teknologi AI dalam pendidikan. Ya, AI sudah mulai banyak digunakan untuk mengembangkan pembelajaran adapatif. Tidak hanya di Indonesia, alat AI mulai digunakan secara luas di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas di dunia. 

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Digital Education Council, sebuah aliansi global universitas dan perwakilan industri yang berfokus pada inovasi pendidikan, sebanyak 86% mahasiswa mengaku menggunakan AI dalam studi mereka.

Data Survei Digital Education Council

Dalam survei terkait penggunaan AI di lungkup pendidikan, Digital Education Council melibatkan mahasiswa program sarjana, magister, dan doktoral dari berbagai program studi di 16 negara. Ada 3.839 respons yang dikumpulkan. 

Dari respons yang terkumpul diketahui bawah responden rata-rata menggunakan 2,1 AI dalam perkuliahan. ChatGPT menjadi alat AI yang paling sering digunakan oleh responden, diikuti Grammarly dan Microsoft Copilot. Penggunaan AI yang paling umum mencakup mencari informasi (69%), memeriksa tata bahasa (42%), meringkas dokumen (33%), memparafrase dokumen (28%), dan membuat draft awal (24%).

Namun, para responden dalam survei ini menyebut masih merasa kurang memiliki pemahaman dalam menggunakan AI. Sebanyak 58% mahasiswa dalam survei mengaku tidak memiliki keterampilan dan pemahaman mendalam terkait AI. Selain itu, 80% mahasiswa menyatakan bahwa integrasi alat AI di universitas, baik dalam pengajaran, pelatihan, topik mata kuliah, maupun aspek lainnya, masih belum memenuhi harapan mereka.

Pro dan Kontra Pemanfaatkan AI di Dunia Pendidikan

AI menawarkan berbagai cara untuk meningkatkan pengalaman belajar. Di kelas, AI digunakan untuk membantu mahasiswa dan pengajar dalam proses ideasi, menulis, pemrograman, dan eksplorasi topik lainnya. Teknologi ini membuka jalan baru bagi pelajar untuk menemukan solusi dan meningkatkan produktivitas. AI juga memungkinkan personalisasi pembelajaran sehingga menciptakan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.  

Selain itu, AI telah membantu mengotomasi tugas administratif seperti penilaian, pemantauan kehadiran, dan pelacakan nilai mahasiswa. Dengan memanfaatkan teknologi ini, pengajar dapat mengurangi beban administratif dan fokus pada pembelajaran.  

Namun, di balik kemajuan ini, terdapat tantangan besar. Efisiensi yang ditawarkan AI sering kali disertai dengan pertukaran yang merugikan, seperti penurunan kualitas interaksi manusia. Misalnya, meskipun AI dapat memberikan umpan balik cepat terhadap pekerjaan mahasiswa, kualitas respon tersebut belum tentu setara dengan penilaian yang diberikan oleh seorang dosen.  

AI juga berpotensi membantu mahasiswa mengenali kekuatan dan kelemahan mereka, memberikan saran yang dipersonalisasi, dan membantu mereka berkembang secara lebih efektif. Namun, kita harus berhati-hati agar penggunaan AI tidak mengurangi nilai kolektivitas dalam pendidikan. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang bagi siswa untuk bersosialisasi dan mengembangkan keterampilan hidup bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline