Lihat ke Halaman Asli

Y

-

Amsal 1:8-9 | Yepta Simorangkir

Diperbarui: 12 Oktober 2019   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Amsal 1:8-9

Yepta Simorangkir

Di dalam kehidupan zaman modern di abad 21 ini, kebanyakan orang-orang di usia muda sangat memperhatikan bagian kehidupan mengenai nama, harga diri, ketenaran, 'dipandang baik/tidak baik' oleh orang lain, memiliki reputasi yang baik atau tidak, relasi yang berkelas atau tidak, dan masih banyak lagi.  

Saya juga lahir di zaman ini, tepat di awal abad 21 ini, di mana saya sudah menjalaninya sekitar 19 tahun 10 bulan dalam hidup saya. Yang saya lihat dalam kehidupan manusia-manusia muda se-iring kehidupan saya berjalan ini adalah kecenderungan akan hal-hal seperti yang saya sebutkan tadi. Tidak jarang juga saya sendiri termasuk di dalam praktik seperti itu.

                   Banyak hal yang mempengaruhi kecenderungan tersebut, entah itu memang sudah bawaan dari lahir (natur) bagi seseorang tersebut, entah itu dari pengaruh 'tuntutan' sosial, ekonomi, bahkan budaya, dan keluarganya mungkin. Untuk saat ini yang saya lihat kebanyakan yang memengaruhinya adalah lingkungan sosial. Kebanyakan anak-anak muda yang saat ini ingin memperoleh nama yang baik dan berpredikat bagus di mata teman-teman, saudara, keluarga, guru, terutama biasanya -- lawan jenis mereka.

                   Hal mengenai menginginkan nama baik, menurut saya tidak hanya terjadi pada zaman modern ini saja, tetapi sudah menjadi 'kebutuhan' juga bagi manusia muda di zaman dahulu, termasuk pada zaman Ibrani kuno, di zaman Perjanjian Lama.

                   Saya pernah membaca sebuah Bible Commentary -- khususnya  mengenai kitab Amsal. Di mana buku itu mengatakan bahwa pada zaman dahulu orang-orang muda Israel menginginkan sebuah perhiasan di leher yang terbuat dari emas atau bahan mulia lainnya. Perhiasan ini pada zaman itu dianggap menaikkan predikat anak muda itu, dan dianggap baik oleh orang lain. Sehingga pada zaman itu, anak-anak muda berlomba untuk mendapatnya, demi menaikkan predikat mereka.

                   Demikian di Amsal 1:9 berbunyi: "... sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu." . Di ayat ini terlihat bahwa penulis kitab ini sedang menjelaskan akibat dari sebuah tindakan. Hal ini bisa kita lihat dari kata 'sebab' pada awal ayat itu.

                   Nah, untuk melihat latar belakang dari kata 'sebab' itu, maka kita akan melihat ke ayat sebelumnya -- Amsal 1:8 yang berbunyi: "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu... ". 

                   Setelah kita sudah melihat hubungan dari kedua ayat ini, maka terlihatlah dengan jelas dan sederhana bahwa kalau kita sebagai anak mendengarkan didikan orang tua, hal itu akan menjadi 'karangan bunga dan perhiasan yang indah' bagi leher kita. Sederhananya adalah seperti itu. Namun kalau kita belajar lebih jauh lagi mengenai pesan yang boleh kita ambil dari ayat ini, maka ada beberapa pembelajaran yang akan kita dapatkan. Kita akan belajar sedikit mengenai fakta dan latar belakang kitab Amsal

                   Saya rasa, secara umum  masing-masing kita setidaknya sudah tahu mengenai penulis dari kitab ini -- ya, benar, Salomo. Namun memang keseluruhan kitab ini tidak hanya Salomo saja yang menuliskannya, tapi ada Agur juga, dan Lamuel pada bagian akhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline