Lihat ke Halaman Asli

Khadijah, Ketika Rahasia "Mim" Tersingkap

Diperbarui: 21 September 2018   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"yang pertama lahir, yang mula terbangun, yang awal melakukan perjalanan". Khadijah terpaku. Mulutnya tak mampu mengucapkan kata itu. Sebuah kata yang berawalan huruf "mim". Kata itu ternyata mengandung makna yang dalam. Sebuah kata yang diibaratkan sebagai kunci, rumus, dan juga sandi. Khadijah ingin merahasiakannya. Merahasiakan dambaan hatinya, kekasih yang juga sepupunya. Khadijah tidak sendiri. Seluruh makhluk di jagad raya ini seolah telah menjadi seperti dirinya. Merindu, haus akan air segar 'Mim'. Dan saat Khadijah berucap "mim", ketika kedua bibirnya menutup rapat, seakan-akan udara yang ada dalam rongga mulutnya telah meniupkan cinta ke dalam hatinya. Cintanya yang teguh kepada seorang lelaki yang kelak menjadi Sang Nabi. 

"Ketika mendaki gunung Hira, Rasulullah kadang berada di depan, kadang disamping atau mengenggam tangganya. Namun, sekali lagi tanpa mengucapkan satu kata...DIAM. Mereka menemukan bahasa baru selama melakukan pendakian. Bahasa itu tidak memiliki suara dan huruf. Kekuatan hati dan cinta menjauhkan mereka dari bahasa dan bicara. Kehidupan mereka telah saling terbuka secara langsung. Merasakan cinta tanpa perlu ada tanggung jawab atas kata, beban kalimat, dan rangkaian huruf. Seperti perempuan lain, Khadijah tentu ingin mendengarkan apa yang dia cintai, sukai dan akui. Namun, Gunung Hira mengajarkan sesuatu yang berbeda tentang cinta. Merasakan daripada mendengarkan. Saling memandang daripada berbicara"

"pada saat suaminya mendaki, khadijah sendiri atau pembantunya mengawasi Rasulullah untuk mengontrol kesehatan dan kebutuhannya. Ketika beberapa kali tidak sabar menunggu, Khadijah akan pergi sendiri secara sembunyi-sembunyi. Dia tinggal diantara lubang gunung yang tak jauh dari gua tempat suaminya berada. Dia tidak pernah meninggalkan Rasulullah sendirian"

Dan juga ketika Bunda Khadijah mulai disibukan dengan urusan dakwah disisi lain beliau juga hampir tidak luput dari perhatian kehidupan duniawi. Mengamati putr-putrinya yang telah berumah tangga, sibuk menyiapkan pernikahan putri-putrinya yang telah bertunangan. Dan disisi lain juga mengisi hari-hari Fatimah kecil, menyambut tamu, menyampaikan ajaran agama pada mereka, perjalanan dagang, menghitung harta benda, mengusir hama-hama yang sering muncul pada karung kurma, mengurus taman, merawat unta, memberikan perhatian khusus pada Ali dan Zubair yang mengalami pubertas serta tetap hadir dalam berbagai takziyah, akikah dan perpisahan.

Ketika semua telah tidur, kadang ia memikirkan satu persatu keluarganya. Mengetahui semuanya sehat dan tertidur pulas di bawah atap yang sama adalah sebuah kebahagiaan yang tidak terkira. Dia adalah laut..adalah cinta. Kata cinta yang tertulisa di dahinya membuat Khadijah selalu sigap dalam setiap kesempatan, setiap keadaan. Lengannya terbentang luas bagaikan samudera.Tangannya tercipta dari air, rendah hati dan penyabar. Menjinakkan batu besar yang perkatannya kasar dengan belaian kasih sayang


Judul Buku                 : [Khadijah] Ketika Rahasia Mim Tersingkap
Penulis                        : Sibel Eraslan
Penerjemah              : Ahmad Saefudin, Hyunisa Rahmanadia, Erwin Putra
Penerbit                     : Kaysa Media
Terbit                          : Cetakan pertama -- 2013
Ketabalan Buku     : 388 Halaman
ISBN                            : 978-979-1479-63-9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline