Lihat ke Halaman Asli

Pintar Itu Harus Membumi

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, belum satu minggu sebenernya, saya terpaksa berurusan lagi dengan Bank. Ini urusan pribadilah, tidak begitu rumit, saya sudah biasa melakukannya dan kebetulan sudah kenal baik dengan pimpinan cabangnya. Hal yang agak mengganggu adalah karena teller baru dan custemer service baru. Jadi front liner nya ga ada yang kenal. Nyaman ga nyaman ya terima aja. Ternyata teller kerjanya masih ya.. termaafkan biar saja nikmati antrian dan lakukan saja apa yang harus saya lakukan. Tapi di antrian CS saya sudah tunggu 1 jam yang di depan  meja belum selesai juga. Urusannya apa ya??? Sejam ga selesai? hmmm terbuang waktu percuma. Sudah besok saja, saya memilih menunggu pimpinan yang sedang cuti.

Dua hari kemudian saya bertemu langsung dengan pimpinannya, ga perlu urusan sama CS baru yang ternyata hanya menggantikan sementara karena CS yang seharusnya bertugas sedang cuti. Hmm, cutinya rame-rame. Jadi status CS tersebut adalah CS pinjaman dari cabang. Ooo begitu. ya ya ya... maklumi saja kalau kerjanya kagok ya? Tapi tentu sebagian orang ga bisa menerima itu lah. Ini Bank besar. Punya reputasi. Hla kok CS nya kerjanya ga professional? Bisa kabur customernya kalo kayak gitu? Atau Customernya yang termehek-mehek pengen sama Bank nya jadi apapun yang terjadi tetep kekeuh di Bank itu??? TERSERAH AJA.

Saya belum curhat tentang kejadian  dua hari lalu, eh si BOS pimpinan Bank sudah curhat duluan, dia mengatakan kekesalannya karena CSnya  baru datang jam 9, itu artinya sebelum CS datang dialah yang harus mondar-mandir melayani nasabah. Udah kayak setrikaan saya. Katanya. Jadi saat di tanya kenapa CS tersebut terlambat alasannya karena menunggu mobil dari kantor yang akan mengantar ke tempat kerja sementara ini. Hmmm anak sekarang ini manja-manja .. geram si BOS.... saya hanya tersenyum geli. Dan untuk tidak mengulang keterlambatan hari itu, hari berikutnya si BOS membuat keputusan untuk menjemput si CS agar bisa pagi-pagi sudah bisa ada di kantor dan bersama-sama malayani konsumen.

Cerita punya cerita ternyata beberapa hal ganjil yang saya rasa terasa juga sama si BOS ini. Wah... saya jadi ingin tahu dampaknya. Jadi beberapa bulan lalu saat saya meminta tolong untuk penghitungan analisa kridit, Analis yang bisanya sudah mutasi, jadi digantikan oleh seorang laki-laki muda. Ganteng, wangi. Komplit... kalo anak gadis bolehlah si Analis muda ini jadi gebetan... kenapa tidak? kerjanya mapan hlo... di Bank pemerintah pula, siapa yang ga mau punya suami kayak gitu??? Oooo, saya memang dilayani dengan 'BAIK'.  Ya.. sesuai kapasitas yang ditanyakan saja. TAPI... saya tahu kalau saya tanya pada bapak sebelum si Mas ganteng ini, tentu saya dapat informasi lebih dan saya punya pencerahan yang lebih PAS. Dengan si Mas ganteng ini saya cukup puas hanya dengan mengetahui jawaban  dari yang saya tanyakan saja. TITIK. Anda tahu, anda mungkin pintar, pendidikan tinggi, tapi anda bukan orang yang baik untuk orang lain atau saat melayani orang lain.

Saya berharap Anda sepakat dengan saya bahwa melayani itu mudah. Tapi melayani dengan HATI itu luar biasa... nah si Mas tadi pintar.. tapi dia tidak melayani dengan hati. Ada yang tersembunyi.. ada EGO, ada ketakutan entah apa, ada BENTENG. Kenapa saya bilang BENTENG. Saya juga melakukannya saat saya tidak ingin berhubungan dengan orang lain. Terutama saat saya muda dan lajang dulu. Saya akan membangun benteng itu tinggi-tinggi sehingga tidak ada yang menembus saya. Saya bahkan setuju dengan beberapa orang yang sengaja membuat POSITIONING untuk dirinya... ya... KAMU, ANDA bebas melakukan POSITIONING atas diri anda sendiri. Mau dianggap apa anda. Mau dinilai sebagai apa dan mau di perlakukan bagaimana? Jadi yang menggunakan positioning ga cuma barang atau jasa ya.. MANUSIA juga...

Singkat cerita si BOS ini cerita kalau dia minta ganti Analis baru setelah saya mengemukakan apa yang saya rasakan. DUH saya jadi berasa bersalah ya... Bagaimanapun si Mas Analis ganteng itu masih muda. Boleh jadi dia cerdas, pintar. Hanya saja, mungkin karena masih muda dan pintar itu, dia jadi sedikit maaf "BELAGU" nah itu yang kurang "PAS" kalau bekerja  untuk menghadapi nasabah atau customer. Nah dosa saya adalah karena saya jujur dengan apa yang saya rasakan dan cerita sama si BOS, dan si BOS yang kebetulan gerah dan sebenernya beliau ini orangnya membumi sekali, semua dilayani bahkan dia biasa turun tangan sendiri kalau diperlukan, jadi merasa tidak seide dengan di Mas Ganteng... jadilah si Mas analis itu diganti dengan analis baru. Hehehe... saya belum ketemu sama yang baru.

Pesan moralnya, seorang itu memang harus pintar... ya PINTAR, agama juga mewajibkan kita menuntut ilmu. Dan Pintar saja tidak cukup, tapi pintar itu harus bermanfaat. Harus membumi. Kalau kerja di Bank, ya layani semua dengan baik, dengan hati, bukan dengan melihat apa yang di pakai oleh si calon nasabah. Beberapa nasabah langganan si BOS di bank tersebut tampak sederhana apa adanya, tapi asetnya di Bank itu luar biasa banyak. Jadi jangan liat tampilan luarnya. Saya memang sempat tertawa terbahak bersama si BOS saat menyadari kesamaan kami dan menjadikan orang-orang yang kurang pas harus diganti dengan yang lebih pas tersebut... tapi sebagai jaga-jaga bagi kawula muda.. belajar dan belajarlah, jadilah orang yang benar-benar hebat dan tak tergantikan, sehingga dirimu akan aman dimanapun posisimu berada... Hmmm mudah-mudahan pesan moralnya sampai ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline