Lihat ke Halaman Asli

Yenny Novita

Sharing 💐 Caring

Belajar dari Kasus Mario Dandy: Mengingat Kembali Peran Orangtua

Diperbarui: 2 Maret 2023   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Masih berbicara tentang kasus Mario Dandy Satrio, seorang pemuda yang melakukan tindak kekerasan pada David Ozora berusia 17 tahun. Kekerasan yang dilakukan Mario berujung pada kondisi David yang harus dilarikan ke rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Tindakannya disebut keji. 

Sebuah pertanyaan di ruang kerja saya pun muncul, di tengah obrolan kasus tersebut bersama rekan-rekan pengajar. "Bagaimana bisa seusia Mario bisa melakukan hal tersebut?" Otomatis orang tua Mario Dandy menjadi sorotan dan menjadi salah satu pihak yang dipersalahkan. 

Hal itu wajar, bagaimanapun, keluarga adalah tempat pertama untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kehidupan. 

Kerap kali ketika menghadapi siswa dengan kenakalan remajanya, saya selalu bertanya dan berusaha mencari tahu tentang latar belakang dan pola asuh keluarga. Hasilnya? Selalu ada benang merah antara perilaku siswa dengan pola asuh keluarga. 

Bagaimana dengan kasus Mario Dandy? Tentu saja pola asuh keluarga berkontribusi membentuk pribadi Mario dan pilihan-pilihan kehidupannya. Kasus ini bisa dibilang adalah buah dari nilai yang ditanam dan ditumbuhkan di tengah keluarga. 

Kesalahan pola asuh bukan semata-mata berdiri sebagai satu faktor yang mengakibatkan kenakalan remaja, kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya , tapi juga bukan faktor yang dapat dipandang sebelah mata. Kontribusinya besar bagi sebuah individu.

Mengutip pernyataan psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel dalam interview dengan Sapa Indonesia Akhir Pekan-KompasTV dimana ada 2 tipe pengasuhan yang keliru:

1. Neglectful

Tipe pola asuh dimana orang tua melakukan pengabaian terhadap anak. Pada tipe ini, orang tua sebatas memenuhi kebutuhan dasar     dan tidak menaruh perhatian pada perkembangan sosio emosional bahkan kerohanian anak. 

Saya menemui pola asuh seperti ini dimana ketika anak tumbuh di usia remaja (baca: SMA) mereka, orang tua mulai abai, menganggap bahwa anak remajanya sudah mampu mengatur dirinya sendiri. Asal nilai beres, orang tua tidak dipanggil  pihak sekolah berarti segala sesuatu berjalan baik. 

Nyatanya tidak semudah itu. Kebutuhan mereka rumit dan sangat dibutuhkan peran orang tua menjadi role model bagi mereka.          

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline