Lihat ke Halaman Asli

Serangan Idea Block

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang harus kutulis sekarang. Pertanyaan ini sering muncul setiap kali aku berhadapan dengan layar laptop. Sudah pasti itu artinya tanpa ide sedikitpun aku malah membuka laptopku. Lalu duduk termenung sambil berpikir.

Paling mudah untukku adalah menulis puisi. Merangkai kata-kata menjadi bait per bait. Tapi persoalan setelahnya muncul. Apakah aku akan berkembang bila hanya menulis puisi? Ide-ide seakan lari setiap kali berhadapan dengan laptopku. Walau sebenarnya aku yakin sekali. Semua hal yang ada di sekitarku mengandung ide yang berlimpah dan gratis. Hanya saja aku belum punya kemampuan untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang unik.

Penulis bagiku sama dengan pengusaha. Mengemas sesuatu hingga menjadi produk yang siap pakai. Layaknya wartawan yang mengemas data-data menjadi sebuah informasi yang layak diberitakan kepada khalayak. Hanya produknya saja yang berbeda.

Sekarang aku bertanya, apakah idea block itu hanya melanda seorang penulis pemula? Bagaimana dengan penulis senior? Apakah pernah sesekali mereka mengalaminya. Mungkin dulu ketika mereka masih belajar menulis, aku sih yakin mereka juga mengalami idea block. Tapi kalau sudah senior dan punya jam terbang menulis yang panjang dengan ide-ide yang terus antri kelihatannya idea block sulit mampir di kepala mereka. Belum habis satu ide ditulis, ide-ide yang lain sudah bermunculan.

Kalau penulis pemula yang dilema. Harus menghabiskan waktu yang lama demi mendapatkan satu ide yang menarik. Kadang pernah, ide yang sudah menarik, cara menyampaikannya yang tidak menarik hingga hanya tampak gagasan yang kosong saja.

Intinya adalah menulis itu seperti mesin pencari ide. Mungkin jika ide itu belum muncul. Saran terbaik adalah terus saja menulis. Walau harus menulis gagasan kosong dan tidak ada artinya.

Ada kata bijak yang saya yakini. Jika kau ragu-ragu, melangkah saja. Jika kau jatuh ke tempat yang salah. Kau bisa belajar untuk tidak mengulanginya lagi esok hari.

Jika kau tidak tahu harus menulis apa. Maka menulislah. Siapa tahu dari sana pikiranmu menjadi terbuka dan mengundang ide-ide berdatangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline