Hari itu saya sengaja izin dari kantor karena ada keperluan di rumah. Siang terasa cukup terik menemani perjalanan saya. Pulang menuju rumah saya di bilangan duren sawit seperti biasa saya naik transportasi favorit "KRL AC Ekonomi" jurusan bekasi dengan harganya Rp. 4500, bagi saya cukup murah untuk sebuah kenyamanan dan kecepatan menuju lokasi.
Tak berapa lama menuju gang di depan rumah, saya melihat seorang anak kecil tetangga saya sebutsaja namanya ryan, kira - kira umurnya sekitar 4 tahun, ryan berjalan ditemani eyangnya.
Sebagaimana seorang anak kecil yang lagi senang - senangnya bermain, dia berjalan mencari tempat - tempat yang baginya tidak biasa, seperti berjalan menyusuri pinggir - pinggir got dan memilih jalan yang baginya ada rintangan.
Yang kemudian sangat mengiris hati saya adalah tak lama terdengar suara makian, Eyang Ryan memarahi ryan sedemikian rupa hingga sampai memukulnya!!! untuk sebuah kesalahan yang sangat kecil dan biasa, yang akhirnya diakhiri dengan tangisan ryan sambil memukul balik eyangnya.
Sebuah pelajaran telah didapat ryan hari itu, sekeping hatinya yang bersih telah mulai rusak entah dari kapan. Ia belajar kekerasan dari lingkungan terdekatnya sendiri. Tak terbayangkan bagaimana perilakunya nanti jika terbiasa dengan makian dan pukulan.
"Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah menegur seorang ibu yang memarahi anaknya
dengan kasar karena mengencingi baju sang Nabi. Sang Nabi yang lembut hati pun menegurnya dengan bijak,"Noda di bajuku ini dapat segera hilang tapi tidak demikian dengan luka hati anakmu."
Dan saya hanya bisa terdiam...namun saya juga belajar kalau nanti insya Allah diberikan keturunan, saya sangat tidak ingin mengajarkan bahasa kekerasan pada anak saya apapun keadaannya. Sekali lagi semoga, karena memang saya belum mengalaminya.
Namun bagi saya setiap anak adalah permata, pada segala tingkahnya ada begitu banyak pelajaran berharga. Yang dengannya simpul kelembutan itu diletakkan.
Teringat sebuah syair gibran....
"Putramu bukanlah putramu. Mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan hidup mereka sendiri.
Mereka datang dari kamu tetapi bukan dari kamu. Dan sungguhpun bersamamu mereka bukan milikmu.
Engkau dapat memberi kasih sayangmu tetapi tidak pendirianmu sebab mereka memiliki pendirian sendiri.
Engkau dapat memberikan tempat pijak bagi raganya tapi tidak bagi jiwanya, lantaran jiwa mereka ada di masa datang, yang tidak bisa engkau capai walaupun dalam mimpi. Engkau berusaha mengikuti alam mereka, tetapi jangan berharap mereka dapat mengikuti alamu, sebab hidup tidak surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa lalu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H