Lihat ke Halaman Asli

Kondisi SMAN 1 Bogor Saat Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 13 Maret 2022   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halaman sekolah SMAN 1 Bogor (Dokumentasi pribadi)

Bogor - Banyak sekolah yang telah menjalankan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) harus ditutup sementara karena kasus Covid-19. Baru-baru ini telah ditemukan kembali virus baru yaitu omicron yang menyebabkan banyak sekolah ditutup kembali salah satunya SMAN 1 di Bogor. Pandemi Covid-19 memberikan dampak di sektor pendidikan, salah satunya terhadap sekolah di SMAN 1 Bogor. 

Salah satu dampak pandemi Covid-19 menerpa di bidang pendidikan. Sejak ditetapkan sebagai bencana nasional, pemerintah Indonesia melalui menteri Pendidikan Nasional membuat kebijakan pendidikan melalui tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Artinya kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh mulai dilakukan agar terhindarnya dari penularan kasus Covid-19 pada murid. 

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi tantangan bagi siswa/siswi di SMAN 1 Bogor. Banyak perubahan yang dirasakan terutama dalam hal cara mengajar dan juga interaksi bersama siswa lainnya. Perubahan kebijakan pembelajaran online tentunya mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat.

Penggunaan teknologi juga banyak mengalami masalah. Banyak faktor yang menghambat pendidikan daring ini seperti penguasaan teknologi, sarana prasarana, jaringan internet dan biaya.Tantangan utama dalam pembelajaran online bagi guru ialah jaringan internet, jarangnya pelatihan dan kesadaran yang masih rendah. 

Pembelajaran jarak jauh tersebut sempat menuai reaksi dari banyak pihak, mulai siswa, orang tua murid, dan guru. Seperti halnya yang dialami Ibu Apri selaku tenaga pendidik di SMAN 1 Bogor menceritakan suka dukanya saat mengajar selama masa pandemi Covid-19.

Menurutnya pembelajaran secara daring tidak bisa efektif dan maksimal, terlebih lagi pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan tanpa adanya persiapan yang benar-benar matang. Karena waktu yang diberikan sekolah juga sangat terbatas, dari sekian banyak materi yang harus disampaikan harus bisa memilih mana yang perlu disampaikan kepada siswa. 

“Belajar melalui online itu menurut saya kurang efektif jadi saya memutuskan membuat video pembelajaran, setelah beberapa percobaan ternyata sulit juga karena selain harus membuat video, saya juga harus mengedit dan mengirim ke handphone dengan kapasitas yang besar,” Ujar Ibu Apri.

Jaringan internet juga menjadi kendala pada pembelajaran daring. Belum semua daerah memiliki jaringan internet karena geografi daerah berbeda–beda. Ada daerah yang kuat sinyal internet, lemah sinyal dan tidak ada sama sekali sinyal internetnya. Baik guru maupun siswa harus terlebih dahulu mencari sinyal internet terutama daerah pedesaan. 

Pemahaman terhadap materi dianggap sulit diterima oleh siswa. Selain itu, kemampuan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Fasilitas penunjang kegiatan belajar jarak jauh ini tidak semua siswa memilikinya. Koneksi lemah, alat penunjang seperti handphone atau laptop yang tidak mempenuhi, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline