Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Skandal Prostitusi Atlet Basket Jepang di Ajang Asian Games 2018

Diperbarui: 21 September 2018   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dipulangkannya beberapa atlet basket Jepang karena skandal transaksi PSK memberi cerita tersendiri dalam ajang Asian Games 2018 yang saat ini terselenggara di Indonesia.

Atlet basket dari negeri matahari terbit yang terjerat masalah 'kenakalan' ini kembali mengingatkan kita bahwa kegiatan prostitusi masih merajalela di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat, bahwa meskipun sering 'ditutup', kegiatan prostitusi tetap ada dimana-mana.

Prostitusi merupakan salah satu wadah terjadinya perilaku seks bebas yang tidak saja buruk secara moral, tetapi juga membuka peluang tertularnya penyakit seksual. Tetapi dalam hal ini, prostitusi bukan menjadi satu-satunya faktor yang menyebabkan seseorang untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Tentu saja berganti-ganti pasangan seksual atau melakukan hubungan seksual dengan sembarang orang merupakan hal yang berisiko bagi kesehatan.

Menutup tempat prostitusi, lalu menganggap seakan tindakan tersebut dapat menyelesaikan masalah merupakan pikiran yang terlalu gambling. Pengendalian perilaku seksual berisiko seharusnya tidak hanya dengan menghilangkan prostitusi dari bumi Indonesia, tetapi komunikasi dan edukasi yang bersifat multi-level dari keluarga, sekolah dan masyarakat. 

Komunikasi dan edukasi ini harus dilakukan sejak dini di tingkat keluarga. Perilaku seksual yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi seharusnya bukan menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan oleh orang tua dan anaknya.

Keterbukaan komunikasi ini juga harus bersifat dua arah. Bukan hanya orang tua yang melulu memberi nasihat A, B, C, dan seterusnya kepada anaknya. Tetapi terjadi diskusi yang membuat anak membuka diri lebih jauh sehingga saran dan nasihat dari orang tua tidak hanya masuk telinga kiri dan keluar dari telinga kanan.

Kenyamanan komunikasi tentang kesehatan reproduksi dalam keluarga seharusnya dapat membantu seseorang untuk terjebak dalam pergaulan bebas. Lingkaran sosial selanjutnya setelah keluarga adalah teman. Banyak perilaku seksual berisiko yang terjadi karena lingkungan pertemanan. Oleh karena itu, pondasi informasi yang benar sangat diperlukan agar tetap kuat menghadapi 'godaan' dari lingkungan pertemanan.

Masalah prostitusi yang mencerminkan perilaku seksual berisiko di kalangan masyarakat seharusnya menjadi perhatian bersama. Mari kita lakukan pencegahan bersam-sama dari level terendah, yaitu dalam keluarga kita masing-masing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline