Senin pagi yang begitu cerah cuaca yang mengiringi. tanpa terasa aku telah tiba ditempat kerjaku. Entah kenapa perasaanku tak begitu nyaman dan aku merasakan hawa negatif yang begitu dalam. aku rasakan juga rasa lemas untuk menjalani aktifitas senin ini. aku bingung karena tugasku yang begitu numpuk hingga rasanya malas untuk menyelesaikan semuanya. dan akhirnya perasaan tersebut terjawab dengan adanya chat yang menanyakan mengenai suatu hal dan rasa penasaran dari orang yang menelpon menanyakan konfirmasi akan hal yang terjadi ditempat kerja. astaghfirullah kata yang terucap dari mulutku dan rasa kesal yang hinggap membuatkan jadi nambah bete untuk dateline kerja yang numpuk kayak gunung. ya ALLAH apalagi ini cobaan apalagi yang kuhadapi.
apa sebenarnya mau dia dan mereka. apakah mereka masih dendam akan kejadian dulu yang ternyata api dendam itu masih tersimpan dan menyala dihati mereka. apa lagi yang dia dan mereka inginkan dari saya ? apakah mereka masih ingin melihat aku pergi dari tempat ini? berkecamuklah semua rasa yang ada diotak serta pikiran dan hati semua organ dalamku terasa bekerja begitu keras menghadapi kondisi ini. apa... dan apa yang mereka inginkan dariku? aku tak pernah meminta diadan mereka menerima atau membantah akan yang dilakukan. aku bingung harus apalagi supaya dia dan mereka paham bahwa aku tak punya niat tidak baik buat dia dan mereka. aku merasa semua yang terjadi juga yang ttitik akhirnya tetap saja aku yang salah apapun penjelasan yang diberikan tetap salah dan terus salah tak ada lagi kesempatan pembenaran akan yang sebenarnya terjadi.aku merasa semua mata tetap menjadikanku objek kesalahan dari hal yang tidak aku fahami. playing victim kah ini yang berlaku atau yang dilakukan mereka . aku ingin teriak dengan keras dan menumpahkan segala kekesalanku hingga masalah ini selesai.
Keesokan harinya dia terus menghubungiku dan mengirimkan chat yang menurutku tak begitu sopan karena kata yang digunakan adalah kata yang tidak baik untuk orang yang lebih tua tak ada kata yang lebih santun serta pemilihan kata yang kurang cocok diliat dari penggunaan kata . aaaah rasa kesal itu kembali menghampiri membuatkau menjadi tak bersemangat untuk menyelesaikan tugasku yang segede gunung. teriakpun percuma karena rasa putus asa menghampiri diri ini. menjelaskan atau tak menjelaskanpun tetap pada akhirnya aku yang selalu dianggap salah . mau ngomong atau diam . rasanya diam itu yang lebih baik menjadi pilihan terbaikku karena aku tak tahu lagi bagaimana untuk menjelaskan . dan pada akhirnya bolehkah aku diam sehari saja dan berpasrah pada ilahi akan apa yang terjadi serta segala ketentuan yang telah ditetapkan olehNYA. Diam itu emas dan inilah aku dan keputusan akhirku. bagaimana dengan kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H