Lihat ke Halaman Asli

yeni sumiati

English teacher

Mawar di Pojok Rumah

Diperbarui: 28 September 2022   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kami enam bersaudara yang hidup bahagia. meskipun bunda telah lama pergi tapi kehadiran abah selalu setia menemani hari-hari kami. kakak tertuaku adalah seorang yang sangat keras karena mungkin didikan bunda dan abah sehingga tercetaklah sosok pemimpin yang harus mendampingi adik-adiknya dan juga penengah jika kami berbeda pendapat .  Dia bernama Arya. sedangkan kakak keduaku bernama kinan yang sangat lembut sikapnya diantara saudara-saudaranya. aku sendiri bernama Yuan yang mempunyai kepribadian yang lumayan smart dan juga bijak dalam menyelesaikan semua masalah yang terjadi baik masalah pribadi ataupun masalah-masalah lainnya.Adikku  bernama Engkus yang mempunyai kepribadian yang juga keras seperti kakakku yang tertua, sikapnya yang agak sembrono kadang membuat kami harus selalu mengingatkan akan apapun yang dilakukan. sedangkan adikku yang bernama Didi yang mempunyai kepribadian yang paling santuy diantara kami. apapun dia lakukan sesuka dan semau dia. sedangkan sibungsu bernama Vita yang sangat mandiri dan tak suka mengeluh dengan perlakuan semua kakaknya yang kadang membuat dia hanya diam tak mau berbicara sepatah katapun alias mogok ngomong. kepribadian yang sangat beragam ini membuat abah selalu mencari cara supaya bersikap lebih adil dan bijak. kami sering berkumpul dibelakang rumah untuk sharing akan semua yang telah dilalui dan dilakukan pada hari itu. Abah tak pernah bosan mendengarkan semua keluh kesah kami , beliau menanggapinya dengan senyum manis yang tak pernah hilang dari wajahnya.tapi senyum itu telah pergi karena Abah telah pergi untuk selama-lamanya. beliau hanya berpesan pada kami untuk selalu bersikap baik dan sayang terhadap saudara ,tak ada kata musuh yang timbul dihati atau pikiran kami. suasana rumahpun menjadi berbeda. kami mulai sibuk dengan semua aktivitas kami tanpa ada lagi kumpul bareng dan bercanda seperti dulu lagi. aku sendiri merasakan keadaan rumah yang sangat tidak nyaman karena hawa panas dari tiap individu yang ada dirumah itu. rumah hanya tempat untuk singgah menghilangkan kepenatan kai setelah seharian beraktivitas. kangen rasanya suasana dan tawa riang dibelakang rumah sambil menyantap pisang goreng dan juga teh hangat yang selalu tersaji dimeja.rasanya tak betah tinggal dirumah seperti itu. kami saling tuduh akan sikap yang terlihat. hingga suatu hari kemarahan adikku Vita begitu meledak dengan sikap Engkus yang tanpa kompromi menggunakan mobil tanpa ijin.Vita sangat marah karena hari itu dia akan mengikuti sidang skripsinya sedangkan waktu sudah sangat mepet. Engkus tidak mau disalahkan karena menurutnya mobil itu adalah mobil bersama jadi siapapun boleh menggunakanya tanpa perlu ijin. dia berpendapat bahwa siapa cepat dia dapat tanpa menanyakan kepada saudara-saudaranya.aku jelaskan kepada keduanya supaya duduk bersama dan menyelesaikan masalah ini secara tenang dan baik. sayangnya kakakku Arya hanya diam tanpa mengatakan apa-apa untuk menenangkan keadaan. begitupun Kinan yang juga diam tanpa satu katapun. sedangkan Didi dengan santuynya mengatakan " kenapa kalian ga bareng aja berangkatnya? Vita bisakan dianter sampe kampus atau ditemeni kekampus. ah...gitu aja repot amat ". vita dengan muka cemberut langsung berlari kekamar tanpa mengindahkan panggilanku. Engkus dengan tanpa bersalah nyelonong pergi tanpa tahu kemana . Rasanya gemas dan marah melihat keadaan yang terus menerus memanas tanpa ada penyelesaian yang lebih baik. berhari-hari hingga berbulan-bulan kecurigaan yang ada terus setia mendampingi. jika saja kedewasaan serta toleransi terus terpupuk dala sikap kami mungkin semua itu tidak akan terjadi. saling berkomunikasi dengan baik dengan menghilangkan kecurigaan akan omongan yang kurang baik pasti tak akan memperkeruh keadaan yang awalnya adem menjadi panas sama seperti cuaca saat ini.jika saja bunda dan Abah masih ada , aku percaya semua ini tak akan terjadi. aku kangen dengan keharmonisan dalam rumah ini rasanya pengen sekali meluk bunda dan abah juga memeluk Arya, Kinan, Engkus, Didi dan juga Vita.tak tersa air mataku mulai berjatuhan serya tanganku mengambil foto keluarga dan lalu memeluknya. aku kangen kalian semua, kangen canda tawa kalian, kangen cerita-cerita yang biasanya membuat kai saling mensupport akan apapun yang dilakukan . ya dibelakang rumah ini menjadi sepi dan sangat sepi seperti mawar dipojok rumah yang tak ada merawat dan memandanginya.semoga semua ini hanya mimpi disiang bolong yang akan berakhir jika aku telah terbangun dari tidur lelahku. peace damai selalu untuk semuanya. hilangkan  semua rasa yang kurang enak dihati. bicaralah dari hati kehati supaya semua kecurigaan itu hilang seperti embun dipagi hari oleh sinar mentari yang menghangatkan jiwa dan raga kita. love you so much ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline