Lihat ke Halaman Asli

yeni sumiati

English teacher

Itik Buruk Rupa Dijaman Milenial

Diperbarui: 3 Maret 2022   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita itik buruk rupa mungkin sudah sering kalian dengar dan baca. tapi masih adakah itik buruk rupa dijaman milenial ini. kisah ini berawal dari sebuah desa yang ada diujung barat Jawa. dimana ada seorang anak perempuan kecil yang mempunyai 4 saudara. dia bernama Mia. dia bersekolah disekolah negeri didekat rumahnya. sepulang sekolah tak pernah ada waktu bermain seperti anak-anak seusianya yang memang masa-masanya mereka lebih suka bermain dengan teman-temannya. Mia selalu disibukkan dengan pekerjaan rumah yang tak pernah beres. selalu ada aja yang harus dilakukan. hingga suatu hari uwaknya bertanya" Mia kenapa ga main sama temen-temenmu" itu tetehmu aja pergi main kesawah ama temenya. saya hanya jawab" ga uwak, saya ga bisa karena belum beres menyelesaikan tugas- tugas saya". dihati sering merasa iri dengan teman-teman yang selalu bebas bermain tanpa dilarang , sedangkan dia sendiri tak punya kesempatan itu.

setelah lulus Sekolah Dasar, Mia meminta kepada bapaknya supaya dia diijinkan mondok. pada awalnya bapaknya tidak mengijinkan karena Mia dianggap masih kecil dan kurang mandiri. padahal Mia ingin sekali mondok seperti temannya yang pintar mengaji. 1 tahun lamanya Mia mogok untuk melanjutkan sekolah . ditahun selanjutnya Mia diijinkan untuk Mondok oleh orang tuanya. dengan senang hati Mia berangkat kesebuah kota untuk mondok. dia merasa sangat senang karena dia kan fokus untuk belajar mengaji dan belajar banyak hal yang belum dia ketahui. di pondok Mia belajar bahasa arab, bahasa inggris, nahwu, shorof dan pelajaran-pelajaran lainnya yang membuat dia bersemangat untuk mempelajarinya. Mia pernah diikutsertakan pada lomba pidato bahasa inggris yang menurutnya b.inggris adalah pelajaran yang sangat sulit. hingga suatu hari dia protes pada ustadznya." ya ustadz saya ga bisa belajar bahasa inggris , dari ngomong, nulis, baca aja sulit apalagi ikut pidato bahasa inggris, ga kebayang ribet dan belepotan pasti kata yang akan saya ucapkan". dengan tersenyum, ustadztersebut mengatakan "Mia , saya yakin anti bakal jadi orang yang hebat dalam bahasa inggris, semua ucapan ustadz akan terbukti suatu saat nanti". saya hanya diam sambil cemberut karena tidak setuju dengan pendapat ustadznya.hari untuk pelaksanaan perlombaanpun tiba, Mia tampil diatas panggung untuk mengikuti lomba pidato bahasa Inggris. setelah semua peserta tampil, dewan juri mengumumkan pemenang lomba pidato adalah teman sekamarnya yang menurut Mia , Yeti emang hebat dibanding dirinya.kuucapkan selamat padanya karena dia telah menjadi pemenangnya. sang ustadz menghampiri mia lalu berkata: it's ok Mia hari ini anti tidak beruntung tapi nanti antilah pemenang yang hebat, jangan berkecil hati karena saat ini anti tidak menang ya". Mia hanya mengangguk. setelah perlombaan itu , Mia selalu dilatih terus menerus dengan bahasa inggris. Mia merasa kesal dan bosa pada apa yang disuruh oleh ustadznya. Mia selalu mencari alasan untuk tidak berlatih. hingga tak terasa 3 tahun masa Mia telah menyelesaikan sekolahnya dilevel sekolah menengah pertama. Mia ingin sekali melanjutkan sekolah dikota lain karena semua teman-teman baiknya pindah kekota lain untuk melanjutkan sekolahnya.

Mia melanjutkan sekolah di Yogya yang terkenal dengan kota pelajar. lagi-lagi keinginan sekolah jauh ditentang oleh kedua orang tuanya. mereka khawatir akan Mia yang tidak mempunya saudara dikota tersebut. Mia meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dia akan bisa melanjutkan impiannya dikota gudeg tersebut.Mia tinggal disebuah asrama putri yang tidak jauh dari sekolah. tak terbayang ternyata teman-teman Mia adalah perempuan semuanya. dari pukul 07.00 kami mulai belajar dan pulang pukul 15.00.setelah itu kami mempunyai waktu untuk membersihkan badan, istirahat hingga pukul 5.30. kami berkumpul dimushola untuk mengaji dan shalat berjama'ah hingga pukul 19.15. kegiatan selanjutnya Mia dan teman-teman seasramanya menyantap makan malam dan kemudian dilanjutkan dengan belajar hingga pukul 21.00. masih terbayang diingatanya bagaimana mengantri makan, mandi, nyuci hingga belajar diatas genting yang menurut kami sangat tenang dan konsentrasi kami tidak akan terganggu dengan teman yang lainnya. disaat Mia sedang belajar. tiba-tiba teman mengatakan bahwa Mia dipanggil orang Pamong asrama. Mia sempat kaget dan berpikir apa yang terjadi? dalam pikirannya. Mia langsung turun kebawah dengan tergesa-gesa. setelah mengetuk pintu ruang pamong asrama ternyata ada telpon dari rumah yang mengabarkan bahwa nenek meninggal. Mia terduduk lemas mendengar kabar tersebut. keesokan harinya Mia meminta ijin untuk pulang kedaerah asalnya. karena Mia tidak bisa menemui nenenk yang sangat dia sayangi akhirnya Mia marah pada semua orang yang ada dirumah." Mia marah sama uwak yang tidak segera mengabari Mia " .

3 tahun bukanlah waktu yang pendek untuk tinggal diasrama. banyak hal serta kejadian yang dialami oleh Mia. Mia mengenal teman-teman yang berasal dari berbagai daerah dengan karakter yang beraneka pula. Mia mempunyai sahabat dari Surabaya yang bernama Desi dan Rizna, mereka memang orangnya pintar dan kreatif dan juga cantik. ada juga nunung yang bersal dari palembang, Tina yang asli yogya. Mereka selalu bersama hingga saat kelulusan mereka menaiki becak untuk berkeliling yogya sebagai pemenuhan janji mereka  ketika lulus SMA. Mia menyimpan semua kengan manis dan juga pahit bersama sahabat-sahabatnya. hingga untuk urusan someone special selalu dibicarakan bareng. 

Dimanapun Mia berada , Mia merasa bukanlah orang yang sempurna tapi Mia merasa beruntung dikelilingi orang yang sangat sayang dirinya.hanya setelah lulus dari kuliah Mia harus kembali kekeluarganya yang menurutnya tak pernah menyayangi dirinya sepenuh hati. mereka ada disaat mereka butuh, mereka akan lupa akan keberadaanya ketika mereka senang. hal itu sudah sering terjadi dan membuat Mia tidak merasa nyaman untuk berada ditengah keluarganya. Mia selalu merasa semua pengorbananya seperti buih sabun dimesin cuci yang akan hilang jika disiram terus menerus. Mia merasa dia seperti itik buruk rupa yang tidak cantik dan menarik untuk diliat apalagi dipandang. tapi Mia selalu berdo'a dan percaya hanya Tuhan yang selalu setia menemani dan tak pernah pamrih untuk mencintai dan menyayanginya. Terima kasih Tuhan, diriku bisa seperti ini karena kasih sayangMU yang tiada duanya setia menemani dan melindungi.Itik buruk rupa bukanlah manusia hebat tapi dia hanya manusia yang berusaha untuk berdiri diatas kakinya berusaha mewujudkan semua impianya tanpa bersandar pada kekayaan orang tua. terima kasih my soulmate yang ada dan support semua hal yang dilakukan serta dua sholeh yang merupakan permata yang harus terus dipoles sehingga menjadi permata yang indah dipandang mata oleh yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline