Lihat ke Halaman Asli

Yeni Rusvita

Mahasiwa

Dampak Negatif Gadget pada Perkembangan Anak dapat Beresiko Menjadi Slow Learner

Diperbarui: 31 Oktober 2024   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Hadirnya gadget sebagai hasil teknologi sains modern sedikit banyak mempengaruhi hampir setiap sisi kehidupan manusia. Penggunaan gadget pada semua kalangan usia sangat merajalela. Bahkan anak dan balita saja sudah dapat menggunakan gadget meskipun mereka belum bisa membaca. Meskipun  sebagian  besar  dari  masyarakat  memanfaatkan gadget untuk komunikasi, urusan  pekerjaan  atau  bisnis,  mencari  informasi, ataupun hanya sekedar untuk mencari hiburan.

Perkembangan anak yang sangat sensitif adalah usia 1-5 tahun sebagai masa anak usia dini, yang dimana peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendukung aspek perkembangan kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual. Anak dengan usia ini masih mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, mereka akan menyerap informasi dengan cepat.

Banyak Orang tua atau orang dewasa yang masih salah dalam penggunaan gadget, salah satunya digunakan untuk pendamping sebagai pengasuh bagi anaknya. Dengan adanya fitur  dan  aplikasi  yang menarik mereka memanfaatkannya untuk menemani anak agar orang tua dapat menjalankan aktifitas dengan tenang, tanpa khawatir anaknya keluyuran, bermain kotor yang membuat anak rewel dan mengganggu aktifitas orang tua.

Hasil penelitian Kurniawati (2020) menyatakan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan pada anak dapat mempengaruhi perilaku anak yang menjadi lebih mudah marah. Ketika diganggu saat menggunakan gadget, anak akan terlihat kesal dan marah. Selain dapat mengubah perilaku sosial, gadget juga dapat mempengaruhi status mental seperti menghindari bersosialisasi dalam lingkungan, cenderung memilih relasi yang kurang baik dengan orang tua, mudah bosan dan tidak berkonsentrasi dalam beraktivitas (Hasanah, 2017).

Beberapa dampak diatas dapat menyebabkan anak mengalami slow learner. Anak lambat belajar atau biasa dikenal dengan slow learner adalah kondisi anak yang mengalami lambat dalam belajar, lambat terampil, dan lambat memahami suatu informasi yang diperoleh atau ditangkapnya. Mereka bukan anak dengan keterbelakangan mental atau anak yang membutuhkan kelas khusus. Anak-anak yang mengalami slow learner memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah ratarata anak normal pada salah satu atau area akademik dan mempunyai skor tes IQ antara 70 sampai dengan 90. Kecerdasan anak slow learner berada di bawah kecerdasan rata-rata dan berada di atas kecerdasan anak tuna grahita, dengan demikian anak lamban belajar juga sering disebut dengan borderline atau ambang batas (Amir dan Nani, 2013:3). Mereka mengalamai slow learner karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya dengan adanya gadget.

Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai dampak negatif yang muncul akibat gadget pada perkembangan anak serta faktor yang dapat menyebabkan anak rentan menjadi slow learner:

  • Menurunnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif
  • Penggunaan gadget yang berlebihan akan membuat turunnya anak dalam berpikir kritis dan kreatif. Hal ini disebabkan karena anak hanya menjadi penonton tanpa mencari informasi yang bermanfaat. Kemungkinan besar anak akan mengalami kesulitan dalam memahami dan menerima pelajaran di sekolah dan sulit dalam beradaptasi dengan tantangan baru.
  • Mengalami gangguan pada kemampuan sosial dan emosional
  • Pada saat anak fokus pada gadget maka kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain menjadi berkurang. Dengan melakukan interaksi sosial anak akan membangun kemampuannya dalam komunikasi, empati, dan pengendalian emosi. Anak yang kurang berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya akan cenderung kesulitan dalam memahami keadaan emosi dan perasaan orang lain serta sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial. Hal ini sangat mempengaruhi anak dalam proses belajar mereka karena anak akan merasa tidak nyaman berapa di  lingkungan sosial dan akan menjadi slow learner.
  • Pengaruh negatif pada fokus dan konsentrasi
  • Gadget yang dilengkap dengan teknologi yang pesat sering kali disalahgunakan dengan mencari informasi dengan cepat dan mudah, sehingga anak akan lebih mudah menerima informasi secara instan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi pada kegiatan yang memerlukan waktu yang cukup lama dan kesabaran. Dengan kurangnya fokus dan konsentrasi anak akan membuat mereka kesulitan dalam memahami intruksi dan memecahkan suatu massalah yang ada.
  • Mempengaruhi kemampuan motorik halus

Pada saat anak bermain gadget tidak sama dengan anak yang bermain mainan fisik atau melalukan berbagai aktivitas yang membutuhkan gerakan tubuh, seperti menggambar, bermain balok, menyusun puzzle, dan lainnya. Aktivitas fisik yang dilakukan anak sangan penting untuk perkembangan motorik halus dan melatih okus mata dan tangan anak. Jika anak sering menggunakan gadget makan anak tersebut akan kesulitan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus seperti menulis, enggambar, atau memegang peralatan. Hal ini dapat menghambat proses belajar anak dan membuat anak lambat dalam menyerap informasi yang ada.

  • Dapat kecanduan dan memperburuk proses belajar
  • Gadget yang dilengkapi dengan game ataupun media sosial yang dirancang agar penggunanya dapat bertahan lama dan tetap tertarik. Anak dengan mudah akan terjebak dalam kecanduan ini, yang dapat membuat anak sulit untuk berhenti memainkannya. Ketergantungan yang dihasilkan oleh gadget ini dapat menyebabkan perilaku malas belajar, menghambat perkembangan kognitif, dan meningkatkan risiko anak menjadi slow learner. Selain itu, anak kecanduan gadget cenderung mengalami gangguan tidur yang dapat memengaruhi kemampuan dalam fokus ddan mengingat pelajaran.

Menurut Palupi dan Darmahusni (2017:79) ciri khusus anak lamban belajar yaitu cenderung pasif dalam belajar, memiliki keterbatasan berfikir secara abstrak, memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi, tidak percaya diri dan sulitnya berkonsentrasi. Menurut Cahya (2013:21) anak lamban belajar membutuhkan pembelajaran khusus diantaranya yaitu waktu yang dibutuhkan lebih lama disbanding anak lain, ketelatenan guru dan kesabaran guru memberikan penjelasan materi, memperbanyak latihan daripada menghafal, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan variatif, dan perlu adanya pembelajaran remedial.

Kesulitan anak lamban belajar seorang anak dapat dipahami sebagai sebuah skenario di mana fase-fase belajar dalam menghadapi tantangan-tantangan unik untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan (Ismail, 2016). Dalam hal ini sesuai dengan pendapat (Takdir 2012 hal: 27) bahwa pendidikan dalam konteks kekinian adalah upaya untuk mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia agar tampil lebih masuk akal, perasaan, maupun perbuatan.

Solusi yang dapat diterapkan untuk anak agar tidak ketergantungan gadget yang menyebabkan anak menjadi slow learner sebagai berikut.

  • Orang tua dapat membatasi anak dalam penggunaan gadget dibawah 2 jam perharinya dengan memberikan tontonan edukasi.
  • Orang tua dapat memberikan contoh penggunaan gadget yang baik, karena anak cenderung meniru perilaku orang tua.
  • Mengajak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan sosial dengan bermain diluar, berolahraga, dan lain sebagainya.
  • Mengajak anak untuk melakukan kegiatan kreatif untuk merangsang keterampilan berpikir anak.
  • Pastikan anak menggunakan gadget dengan tujuan melihat hal-hal yang mendukung pembelajaran.
  • Memberi dorongan kepada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.
  • Luangkan waktu bersama keluarga sebagai prioritas.

Menurut (Fadliya & Rasidi, 2022) setiap anak termasuk dalam keterlambatan belajar (slow learner) memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status, ras, etnis, agama dan gender. Memberikan pelayanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan akan membantu anak. Dalam implementasinya, pemberian layanan pendidikan secara merata dan tepat sasaran bukanlah sesuatu yang mudah. Guru harus mampu mengidentifikasi setiap keberagaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa di dalam kelasnya. Guru juga harus memiliki kepekaan untuk dapat melihat kebutuhan setiap siswanya. Oleh sebab itu, guru harus memiliki pengetahuan terkait anak berkebutuhan khusus agar dapat mengidentifikasi dan menentukan langkah tepat dalam memberikan layanan pendidikan yang layak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline