Lihat ke Halaman Asli

Think Positive

Diperbarui: 15 Februari 2021   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi itu, waktu aku kecil, aku duduk dibangku panjang didepan kelas didekat sebuah pohon tua yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk disampingku, merangkul pundakku sambil sesekali tersenyum mengangguk angguk kepada setiap orang tua dan anak anaknya yang ikut duduk disekitar tempat kami berada. Hari itu adalah hari yang penting dimana semua anak akan mendapatkan sebuah kertas berwarna putih kemerahan. Ya, hari kelulusan ku dari sekolah SD. Diambang pintu berdiri dua orang guru layaknya para penyambut tamu dalam perhelatan. Mereka adalah Bapak tua berwajah tegas, Bapak suntana nur efendi sang kepala sekolah dan wanita muda berjilbab Ibu Handriani timor atau sering dipanggil bu ani. Seperti ayahku mereka berduapun tersenyum.

Namun, senyumku saat itu dipaksakan karena jelas hatiku sedang cemas. Wajahku terlihat tegang dan setiap pergerakanku terlihat gelisah. Hingga berulangkali bu ani memanggil ku untuk masuk kedalam kelas. "Ananda Almiraa... Almira... Apakah ada almira...?"katanya sambil melihat sekitar. "Sa...ya bu almira." jawabku terbata bata. "Silahkan masuk ini saatnya giliran kamu."jawab bu ani sambil tersenyum. Saat pertama kali masuk kedalam ruangan itu terlihat jelas wajah lelah bercampur gelisah terpatri disetiap orang tua anak anak disini. Tahanya mereka, wajah ayahku pun sama saat memasuki ruangan itu. "Selamat ya almira kamu lulus dengan nilai yang memuaskan."kata pak suntana sambil memberikan map berwarna merah itu kehadapanku. "Terimakasih banyak pak atas pengajaran yang sudah di berikan."jawab ayahku dibarengi jabatan tangan diantara mereka berdua.

Selepas dari acara kelulusan itu aku dan ayahku memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Jujur, awalnya aku berniat ingin bemain dengan teman teman ku yang lain. Dan memberitahu mereka tentang kelulusan ku ini. Tapi, dengan kondisiku tadi aku rasa, aku harus cepat pulang dan mengistirahatkan semua badan juga pikiranku sebelum nanti akan banyak pertanyaan yang aku terima."Mira... Almira.. sini sebentar." panggil ayahku yang terdengar suaranya dari arah ruang makan. "Mira... Ayah sudah memutuskan bahwa kamu akan masuk sekolah yang sudah ayah pilih. Jadi nanti kamu hanya tinggal masuk saja" kata ayahku sambil menyeruput secangkir kopi yang ibu buat. Mendengar keputusan itu, ingin sekali berkata bahwa aku tak mau sekolah di tempat yang sudah ayahku putuskan. Karena aku sudah memutuskan sekolah mana yang ingin aku tuju. Tapi pada saat itu, aku tidak bisa mengutarakannya karena posisiku belum bisa berbuat banyak selain hanya menuruti perkataannya.

Sudah lebih dari 1 bulan semenjak aku dinyatakan lulus dari sekolah dasar itu. Dan kali ini aku sudah masuk di tingkat SMP. Banyak orang yang berpendapat bahwa, masa masa SMP adalah masa PUBERTAS dimana anak anaknya saling menyukai lawan jenis. Berbeda dengan ku, tak banyak laki laki yang menyukaiku karena sikapku yang jutek dan ditakuti oleh mereka. "Mir... Tunggu dong cepet banget dah jalannya"teriak mita kepadaku "Mir hey tunggu...." Teriaknya lagi. "Mita ini udah jam berapa? nanti kita telat. Aku gak mau ya kena hukuman sama pelatih" jawabku dengan tergesah gesah. Eskul paskibra. Ya, eskul ini lah yang sedang aku jalani saat ini. Mungkin kalian bertanya apakah ayahku mengizinkan atau tidak?. Jawabannya tentu saja tidak. Karena ayahku hanya memikirkan bagaimana anaknya mendapatkan nilai tinggi di sekolah. "Almira... dari mana saja kamu baru pulang jam segini." Sentak ayahku yang sedang duduk di kursi. "JAWAB PERTANYAAN AYAH ALMIRA PUTRI MAHENDRA." Tegas ayah "sudahlah ayah almira baru saja pulang. Tunggulah sebentar almira istirahat dan makan dulu. Sayang kamu ke kamar ya langsung mandi dan makan"ucap ibuku dengan lembut. Tak sepatah kata pun yang aku lontarkan pada ayah dan ibu. Bergegas aku masuk ke dalam kamar. Aku hanya bisa menangis saat memasuki kamar. Perasaanku saat itu sangat campur aduk dan rasanya aku ingin mengakhiri semuanya hari itu juga.

Pagi telah tiba. Seperti biasa aku berangkat ke sekolah diantar oleh pak  Darmo supir keluarga kami. Yang sudah lebih dari 5 tahun bekerja dengan keluargaku. "Mira pulang sekolah kamu ayah daftarkan les privat. Jadi kamu harus langsung pulang kerumah. Paham!!"ucap ayahku tanpa melihat ke arahku sama sekali. "Ayah.. untuk apa les? Toh nilai mira tidak seburuk yang ayah lihat. Semua nilai nya di atas KKM. Bahkan mira peringkat 3 dikelas." Tentangku. "Almira dengarkan ayah kita itu keluarga terpandang dan memang kamu memiliki nilai yang bagus di semua mata pelajaran tapi itu belum cukup sebelum kamu bisa mendapat peringkat 1 dikelas. Paham!" Sentak ayahku. Diperjalanan menuju sekolah, tak banyak kata yang aku ucapkan. Hanya kata kata ayah tadi pagi yang terus terngiang di kepalaku."Non... Non... Mira sudah sampai non."kata pak Darmo sambil melirik kebelekang. "Ahh.. iya terimakasih pak. Kalau begitu mira masuk dulu ya pak!"jawabku. "Silahkan non hati hati."ucap pak Darmo. Dikelaspun tak seperti biasanya aku belajar. "Mir... Hey dari tadi ngelamun mulu." Ucap Dita. "Ada apa sih? Kalau ada masalah cerita ke kita deh. Mungkin kita bisa bantu."ucap Mila. "Kamu mau di jodohin ya. Sama siapa, kapan, dimana, ko bisa sih, berani banget tu cowok gak tau apah dia lagi berhadapan sama siapa." Ucap Mita tanpak henti. "Ihh kalian ini aku tuh gak papa. Gak ada tuh acara jodoh jodohan. Aku tuh cuman mikirin perkataan ayah aku doang ko. Tapi sekarang dah gak papa." Sanggah ku. "Yakin kamu?"ucap Mila meyakinkan. "Yakin ko. Udh ya jangan bahas. Mending kita siap siap untuk latihan."ucapku mengalihkan. "Goww..."ucap Mila,Dita,Mita serempak.
"HEBAT. BARU PULANG JAM SEGINI. AYAH SUDAH BILANG PULANG SEKOLAH ITU PULANG PUKANNYA KELUYURAN." Sentak ayah dengan wajah yang sudah memerah menahan marah. "JAWAB AYAH MIRA."sentak ayah. "Mira latihan paskibra." Jawabku singkat. Tak disangka jawabanku tadi membuat ayahku marah dan menamparku. Pipiku terasa sangat perih bak di gores pisau. "Ayah sudah tahan amarah ayah mira itu anak ayah."teriak bunda sambil memegang pundak ku. "JIKA DIA ANAKKU DIA TIDAK AKAN MEMBANTAH PERINTAH AYAHNYA."tegas ayah. Setelah kejadian itu aku berlari menuju kamar sambil memegang pipiku yang masih terasa sakit. "ALMIRA MAU KEMANA KAMU AYAH BELUM SELESAI BICARA." Teriak ayahku. "Ayah cukup! Biarkan almira pergi kekamarnya. Apa yang ayah lakukan tadi itu keterlaluan. Bunda kecewa sama ayah." Jawab bunda sambil berlalu meninggalkan ayah sendiri.
Lebih dari 4 bulan setelah kejadian itu, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari eskul tersebut. Rasa kecewa yang aku rasakan hanya bisa aku pendam saja dalam hati. "Hey gais gimana nih persiapan kalian untuk ujian nasional nanti?" Tanya Mila "aku sih belum ada persiapan." Jawab mita sambil cengar cengir. "Gimana nih mir kamu udh ada persiapan belum?" Tanya Dita padaku. "Ya pasti udah lah secara orang tuanya yang....."jawab mita sambil melirik ke arahku. "Udah ya jangan bahas itu dulu." Jawabku tegas. Entah apa yang aku rasakan saat mendengar teman teman ku tadi. Seperti mereka sedang mencemooh ku. Karena, aku selalu dilarang melakukan berbagai banyak hal oleh ayahku.
Setiap pulang sekolah tak banyak kegiatan yang aku lakukan selain pulang,les, dan belajar. Mungkin menurut kalian ini kegitan ku yang sangat monoton. Tapi tak banyak yang bisa aku lakukan selain melakukannya dengan baik untuk ayahku.
"Selamat siang semua."sapa bu Dian. "Selamat suang juga bu."jawab teman sekelas ku serempak. "Kali ini ibu akan membagikan membagikan nilai ulangan matematika yang kemarin ya. Mau yang dari nilai kecil apa besar dulu?" Tanya bu Dian antusias. "Bu... Mending jangan dibagiin bu saya filling nilai saya mah pasti jelek bu."jawab Rian. "Bu kalau mau di bagiin mending dari yang terbesar aja bu."jawab Mita tak mau kalah. "Ohh bu mending gini aja. Ulangan nya tetep dibagiin tapi yang di panggil hanya namanya aja bu dengan syarat kertasnya tertutup jadi hanya pemiliknya, ibu dan tuhan saja yang tau bu biar tidak ribut bu."jelas Dita. "Oke oke tenang ibu akan membagikan kertasnya sesuai dengan penjelasan Dita tadi. Kalian siap?" Tanya bu Dian. "Siap bu." Jawab teman teman ku antusias. "Oke kita panggil namanya yang pertama adalah.... Almira." Panggil bu Dian. Aku maju dengan tatapan gugup sambil melihat kertas yang bu Dian berikan padaku. "Selamat ya Almira." Ucap bu Dian kepadaku. Sambil berjalan kebangku aku hanya bisa tersenyum tipis. Bukan karena nilai ku yang jelek. Tapi, yang aku pikirkan hanya bagaimana aku memberi tahu ayah tentang nilai ini. Apakah dia mau menerima nilai ku yang segini. Apa dia akan marah jika aku beri tahu. "Hey Mir bengong aja. Gimana gimana nilainya bagus gak? Sini coba aku liat. Waw gila nilai kamu 90 hampir bener semua loh ini mir cuman salah 1 aja wah keren banget." Ucap Mita antusias. "Wah keren Mir. Selamat ya." Ucap Dita dan Mila. "Ehh.. iya makasih. Aku ijin ke toilet dulu ya." Jawabku pada mereka. Bergegas aku pergi ketoilet.
Kebiasaan ku saat aku merasa tertekan adalah mencuci tangan ku sampai lecet di air mengalir sambil menatap cermin. "Ahh.." Tanpa sadar aku terus melukai tangan ku dengan air itu. Pikiran ku kacau saat kembali kekelas banyak orang yang mengucapkan selamat karena ternyata nilai aku lah yang terbesar di kelas. Tapi, aku tidak menggubrisnya. Yang aku fikirkan bagaimana aku memberi tahu ayah tentang nilai ku ini.Saat aku pulang aku melihat rumah sepi sekali. "Apakah ayah dan ibu belum pulang?" Tanya ku bermonolog. "Ehh non Mira baru pulang non?" Tanya bi Inah. "Iya bi. Ayah ibu kemana ya ko sepi." Tanyaku. "Tadi tuan pergi kebandara katanya ada rapat diluar kota non. Terus tadi nyonya ada kumpul sama temen temen nya non sampe sekarang belum pulang." Jawab bi Inah. "Ohh gitu ya udh makasih ya bi Mira masuk kamar dulu." Jelas ku sambil berjalan menuju kamar.
Syukurlah hari ini ayah tidak ada di rumah. Setidaknya untuk beberapa hari aku bisa lebih tenang tidak akan terkena omelan ayah dengan nilaiku tadi. Setelah aku bersih bersih dan sholat zuhur aku memutuskan untuk tidur sejenak menenangkan pikiran ku. Suara ketukan pintu terdengar olehku. "Mira sayang... Bangun na sudah asar. Mira.." ucap bunda dari luar. " Iya bunda mira sudah bangun." Jawabku sambil mengumpulkan setengah nyawaku. Setelah selesai sholat aku memutuskan untuk keluar kamar. Diruang keluarga bunda sedang asik menonton film ditemani cemilan ditangannya. "Udh sholatnya mir?" Tanya bunda. "Sudah bun."jawab ku. "Gimana tadi sekolahnya?" Tanya bunda lagi. "Baik ko bun." Jawab ku seadanya. "Kalau kami ada masalah bilang ya sama bunda insyaallah bunda siap bantu apapun masalah kamu. Jangan dipendem sendiri ya sayang." Ucap bunda sambil mengelus kepalaku. Aku menjawab hanya dengan senyuman saja.
Tak terasa acara film tadi aku tonton dengan bunda telah selesai. Dan waktu telah menunjukan pukul 6 sore artinya sudah menandakan waktu magrib. Aku dan bunda akhirnya melaksanakan sholat magrib bersama sama dengan di imami pak Darmo. Setelah sholat magrib aku memutuskan masuk ke kamar dan mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh bu dian tadi. Memang deadlinenya masih lama tapi apa salahnya jika kita mengerjakannya lebih cepat dari waktu yang di suruh. "Non... Non Mira. Makan malamnya udh siap non. Ditunggu ibu di meja makan." Ucap bi Inah dari luar kamar. "Iya bi nanti mira keluar." Jawab ku. Saat keluar kamar bunda sudah memasukan makanan kedalam piringku. "Hey sayang sini bunda udah masakin makanan kesukaan kamu nih." Ucap bunda antusias. Aku pun duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan bunda. "Kamu mau apa. Mau ayamnya sama kangkung atau apa?" Tanya bunda. "Kangkung aja bun untuk ayamnya nanti aja mira cemilin." Jawabku. Aku dan bunda menikmati makanan dengan hikmat ditemani bi Inah dan pak Darmo. "Ohh iya sayang beberapa hari lagi kamu mau lulus dari SMP. Apa kamu sudah menentukan mau masuk SMA favorit mana?"tanya bunda. "Inginnya mira sih negeri bun gak mau swasta kaya SD apa lagi SMP bun cuman kalau ayah gak setuju ya mau gimana lagi bun. Mira cuman bisa ngikut aja."jawabku jujur. "Sabar ya sayang ayah kamu memang keras tapi itu semua demi kebaikan kamu. Nanti bunda coba bicara ya sama ayah tentang keinginan kamu."ucap bunda. "Makasih bunda."ucapku sambil tersenyum. Apapun yang dilakukan oleh ayah itu demi kebaikan ku. Tapi, aku rasa kebaikan ini malah membuat aku menderita.
"Almira... Almira.." Panggil ayah. "Iya ayah sebentar." Jawabku dari kamar. Beberapa minggu dari aku bercerita kepada bunda. Bahwa aku ingin sekolah di negeri. Ayah sangat menentang keras hal itu hingga akhirnya aku mengalah dan ayah mendaftarkan ku di sekolah swasta lagi. "Ayo cepat nanti telat lagi. Ayah sudah membuat janji dengan kepala sekolah yang akan kamu tempati nanti. Jadi jaga sikap kamu di sana." Ucap ayah. Aku hanya mengangguk saja tak menanggapi apa yang ayah katakan padaku. Diperjalanan aku hanya diam dan melihat keluar jendela mobil. Untuk kesekian kalinya aku tidak ingin berada di dunia ini karena tekanan yang ayah buat untuku. Tahanya ayah yang berkorban disini tetapi aku pun berkorbab banyak hal. Mulai dari perasaan, hobi, juga teman teman yang aku tinggalkan karena sikap egois ayahku. "Selamat datang pak alvin mahendra. Selamat datang di sekolah sederhana kami ini." Jawab orang yang bername tag Tegar tersebut. "Pak tegar. Bagaimana kabarnya sehat? Saya datang kesini ingin mendaftarkan anak putri satu satunya saya di sekolah ini." Jawab ayahku sambil merangkul pundakku. "Ohh.. putri bapak yang dulu pernah juara lomba piano nasional itu ya?" Tanya pak tegar. "Iya pak saya Almira Putri Mahendra" jawabku spontan. "Wah dulu saya tau kamu waktu umur 6 tahun sekaranh sudah tumbuh jadi gadis yang cantik." Ucap pak tegar di selingi tawa. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan pak tegar tadi. "Baiklah kalau begitu mari pak alvin kita keruangan saya untuk membicarakannya lebih lanjut." Ajak pak tegar. "Ohh oke. Mira ayah dengan pak tegar dulu ya kamu jangan jauh jauh." Ucap ayahku. Aku hanya menganggu untuk menanggapinya. Menunggu cukup kama membuat aku bosan akhirnya mencoba untuk berkeliling sekolah mulai dari koridor, kantin, ruang aula, masjid, UKS, dan lain lain. Saat aku berada di kantin banyak anak anak yang sedang istirahat. Mereka makan dengan nyaman ada yang duduk cantik di kursi panjang, di meja, ada yang membawa makannya ke kelas. Seakan akan keadaan itu rusuh seperti di pasar.
"Halo de sedang apa di sini. Sepertinya kamu baru ya di sini." Tanya seorang wanita mengenakan hijab panjang. "Halo ka saya calon siswa baru di sini ka." Jawab ku. "Ohh siswa baru yang mau daftar disini. Perkenalkan nama kaka Aisyah Maharani. Kamu bisa panggil aku Ais." Jawabnya sambil mengulurkan tangan. "Nama aku Almira Putri Mahendra."jawabku. "Semoga nanti bisa betah ya sekolah disini. Ohh dan kalau kamu butuh apa apa nanti bisa tanya kaka aja ya." Ucap ka Ais. "Iya ka terimakasih sebelumnya." Ucapku. "Oke kalau gitu kaka masuk kelas dulu ya have fun ya." Ucap ka ais sambil pergi meninggalkanku. Beberapa hari menuju hari kelulusan ku aku di persiapkan dengan banyak hal mulai dari baju, acara pensi, dan lain lain. Memang dari generasi kegenerasi setiap angkatan selalu mengadakan pensi dan mengundang banyak sekali artis ibu kota mulai dari Judika,Isyana,Rosa,Raisa, Afgan, hingga Tulus. Tapi untuk angkatan ku sekarang kita mengundang artis korea dan boy band korea. Memang demam K-pop sedang boming di indonesia apa lagi di sekolah ku. Banyak sekali fans BTS juga EXO.
"Oke mungkin itu sih konsep yang bisa saya sampaikan untuk masalaj fendor nya mungkin kita masih cari lagi. Dan untuk artisnya Dita sudah menghubungi agensinya." Jelas ku. "Untuk dana udah aku serahin semua ke kepsek dan udah di acc juga jadi tinggal tunggu pencairan aja." Ucap Dita. "Oke ada pertanyaan lagi?" Tanya ku. Mereka tidak ada yang menjawab. "Oke kalau begitu rapat kali ini kita sudahi dulu sampai di sini. Untuk selanjutnya nanti saya akan infokan di grup kepanitiaan. Terimakasih selamat siang." Ucap ku sambil berlalu. Dalam acara ini aku di tugaskan sebagai ketua pelaksana. Entah dari mana datangnya tapi semua orang lebih memilih aku untuk menghendel semua acara kelulusan ini. "Mir habis ini kamu mau kemana?" Tanya Dita. "Kayanya langsung pulang deh Dit. Aku kurang enak badan juga pingin cepet cepet tidur." Jawabku. "Ohh yaudah kalau gitu aku anter aja gimana soalnya aku juga mau pulang." Ucap Dita. "Gak usah Dit aku udh di jemput pak Darmo didepan." Ucapku. "Oke kalau gitu kamu hati hati ya pulangnya. Aku duluan dah.." Ucap Dita sambil berlalu. Setelah aku sampai dirumah diantar pak Darmo aku langsung masuk kekamar.
H-2 menuju acara kelulusan banyak sekali yang harus aku kerjakan. Mulai dari fendor,Susunan acara, dan masih banyak lagi. "Dit gimana dananya sudah cair?" Tanyaku. "Udah ko mir tinggal kita bagi bagi aja buat keperluan kelulusan nanti." Jawab Dita. "Ohh oke. Aku mau ke depan dulu ya ketemu fendor dulu." Ucapku sambil berlalu. Harapanku saat ini semoga acaranya berjalan dengan lancar. Karena hanya ini satu satunya acara yang diberi ijin oleh ayah. Jadi aku harap acara ini berjalan dengan lancar.
"Paling gitu ya pak untuk tempatnya kita ada di lapang. Untuk tata panggungnya saya serahkan semua ke pihak bapak." Ucapku. "Siap nanti saya siapkan semuanya H-1 sebelum acara. Saya juga minta ijin untuk menginap saat pendekoran." Ucap pak Dewa. "Boleh pak nanti saya kordinasikan sama satpam juga kepala sekolah disini." Ucapku. "Baik kalau begitu saya permisi dulu." Ucap pak Dewa. "Baik pak silahkan." Ucapku sambil berlalu. Tak terasa sudah menunjukan jam 5 sore. Semua susunan sudah selesai. "Mir yu pulang udh sore juga nih besok kita dekor lagi aja." Ucap Dita. "Ohh iya hayu." Jawabku.
Hari ini adalah hari kelulusan. Semua siswa, guru, dan juga orang tua hadir dalam acara ini. "Oke semua stand by ya 30 menit lagi acaranya dimulai." Ucap alvin. "Semoga semuanya berjalan dengan lancar ya." Ucap Dita sambil melihat padaku. "Aamiin." Jawabku. Acara demi acara semua dilalui mulai dari sambutan, serah terima ijasah, dan acara pensi. Kali ini aku serasa bebas karena ayah tidak melarang aku kali ini. "Oke semuanya, kita sudah sampai diacara puncak. Kalian masih pada semangat?" Tanya mc. "Masih." Jawab penonton. "Oke sebelum itu kita mau mengucapkan terimakasih banyak kepada ketua pelaksana kita Almira Putri Mahendra yang sudah membuat acara semeriah ini. Untuk itu kita beri aplaus untuk kerja kerasnya kali ini." Ucap mc sambil diiringi tepuk tangan. "So are you ready gais?" Tanya mc sedikit berteriak. "Ready." Ucap semua penonton serempak.
Aku tidak menyangka antusias teman satu angkatanku juga para guru akan seperti ini. Banyak ucapan terimakasih serta pujian yang mereka ucapkan padaku. Tahanya ucapan tapi ada yang memberi hadiah buket bunga juga. "Wah Mir sumpah keren banget." Ucap Mita antusias. "Iya keren banget. aku mau ngucapin selamat dan juga makasih banyak ya mir." Ucap Mila sambil memeluk. "Iya sama sama semoga kalian semua suka ya."ucapku sambil membalas pelukan Mila. "Oke karena ini adalah hari terakhir kita bareng kaya gini. Mungkin kita bisa kaya gini lagi tapi gak tau kapan kan. Jadi gimana kalau kita makan makan sekalian terakhiran ya kan?" Ucap Dita. "Oke boleh juga tuh gimana?" Tanya Mila. "Aku sih ngikut." Jawab Mita spontan. "Selama waktunya gak terlalu lama sampai magrib aku sih ikut. Tapi, kalau melewati itu aku gak ikut deh kayanya." Jawab ku agak sedikit ragu. "Oke kita janji gak akan sampai magrib ko." Jawab Mila. Akhirnya selepas acara pensi tadi aku bersama Mita,Mila dan Dita pergi bersama ke suatu cafe dekat sekolah. Hanya sekedar untuk makan dan minum. Setelah itu aku memutuskan untuk pulang.
14 hari sudah berlalu saat nya mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang selanjutnya. Banyak hal yang aku perisiapkan mulai dari seragam, baju, sepatu hingga kesiapan mental untuk menghadapi kemungkinan kemungkinan nantinya. "Mira kapan kamu masuk sekolah untuk masa pengenalan sekolah baru?" Tanya ayah. "Tiga minggu lagi ayah." Jawabku."siapkan semuanya dengan matang dan jangan sampai kamu mengecewakan ayah apa lagi mempermalukan ayah. Jika itu terjadi ayah akan kirim kamu ke Sydney dan ayah tak akan pernah memberikan fasilitas apapun saat kamu berada disana. Kamu paham?" Tegas ayah. "Paham yah." Jawabku singkat. Inilah yang membuat aku tidak nyaman berada disini. Kekangan yang diberikan ayah padaku. Membuat semua yang aku impikan hilang termasuk beberapa teman yang dulu sangat dekat dengan ku juga ikut menghilang.
Setelah beberapa minggu dilalui akhirnya aku bisa masuk sekolah. Seperti maba, aku pun membawa banyak sekali barang. Tahanya buku dan tas saja tapi alat alat untuk MOS pun semua aku bawa sesuai dengan yang di perintahkan oleh para kakak mentor. "Untuk semua siswa baru SMA Alfa Centauri. Dimohon untuk segera berkumpul di lapangan sekarang. Karena akan diadakan upacara pembukaan." Ucap salah seorang laki laki berkulit putih dengan mengebakan pakaian biru dongker yang bertulisakan the next generation of alfa centauri. Ya, aku di sekolahkan disalah satu sekolah swasta terbaik di kota bandung. "Oke karena sudah berkumpul semua, saya akan membuka acara MOS ini. sebelumnya perkenalkan saya Raka Putra Anggara selaku ketua osis di SMA Alfa Centauri ini sekalih sebagai penanggung jawab selama masa orientasi sekolah ini berlangsung." Ucap ka Raka. "Baik sekarang saya akan membagikan anggota kelompok gugus untuk kalian. Saya tidak akan mengulanginya dua kali jadi dengarkan baik baik." Tegas ka Raka. Seiring berjalannya waktu. Ka Raka belum menyelesaikan pembagian kelompok tersebut. Rata rata sisawa baru disini terlihat sangan berkelas. Mulai dari sepatu hingga tas. Pantas saja sekolah ini banyak diminati oleh orang kelas atas. Akreditasinya pun tak kalah bagus dsri sekolah sekolah yang lain. Tahanya itu sekolah ini pun mencetak lulusan yang banyak diincar oleh universitas ternama didalam maupun luar negeri."Oke selanjutnya gugus 7 akan diisi oleh Almira, putri, maura,lisa,taufik,ikhsan,ilham dan alfahri. Silakan memasuki ruangan yang sudah di tentukan." Ucap ka Raka.
Aku berjalan menyusuri setiap kelas mencari nama gugus yang sudah dibagikan ka Raka tadi. "Nah ini nama gugusnya." Monologku sambil memasuki ruangan. "Hey siswa baru juga? Perkenalkan nama aku putri." Ucap siswa berwajah oriantal itu sambil mengulurkan tangan. "Halo nama aku almira." Jawab ku. "Jangan canggung gitu kita disini sama ko. Ohh iya aku Lisa salam kenal." Ucap Lisa sambil mengulurkan tangan. "Almira." Ucapku sambil tersenyum. Waktu berjalan begitu cepat tak terasa waktu nya untuk seluruh siswa baru untuk pulang. "Mir kamu pulang kemana? biar aku anter aja ya." Ucap putri. "Gak usah ko aku udah di jemput sama pak darmo kamu duluan aja." Ucapku pada putri. "Yaudah kalau gitu aku duluan ya dah.." Ucap putri sambil berlalu. Kesan pertama di sekolah ini lumayan baik meskipun tak banyak orang yang menyapaku selain teman satu gugus. Belum ada masalah untuk saat ini tapi entah untu kedepannya. "Kenapa de belum pulang?" Ucap ka Raka mengagetkan ku. "Ehh... Lagi nunggu jemputan ka." Jawab ku sedikit terkejut. "Kakak temenin ya gak enak kalau sendirian disini. Apalagi ini udah hampir mau sore. Bolehkan ?" Tanya ka Raka. "Bo..boleh ka." Jawabku gugup. Ka Raka adalah salah satu ketua osis di sekolah ini. Dia berbeda dua tahun dengan aku. Tak hanya dikenal sebagai ketua osis saja dia juga salah satu anak berprestasi disini. Selain pintar dan tampan di juga salah satu anggota band terkenal yang sudah banya meraih penghargaan karena karyanya dalam bermusik. Jadi tidak heran banyak siswi di sini yang menyukai ka Raka. "Ohh iya kalau kamu butuh sesuatu atau ada hal yang penting bisa di bicaran sama kaka ya. Jangan canggung apa lagi takut. Kakak itu baik ko." Ucap ka Raka sambil tersenyum. Tak banyak hal yang aku bicarakan dengan ka Raka. Hanya sesekali aku menanggapi ucapannya dengan senyuman dan anggukan. "Maaf ka Mira duluan. Soalnya udh ditunggu di gerbang." Ucapku sambil berlalu. "Mir... Tunggu. Ini no kakak kalau ada apa apa hubungi aja no itu ya." Sambil memberikan no telepon kepadaku. Aku mengambil no telepon yang sudah dituliskan oleh ka Raka di selembar kertas dan pergi menuju mobil di depan gerbang.
Beberapa minggu telah berlalu acara MOS pun sudah selesai. Kali ini aku akan fokus dalam mencapai impianku. Tak banyak orang yang tahu tentang cita citaku. Bahkan ayah pun tak tau tentang hal ini. Yang ayahku tau bahwa aku selaku menuruti apapun yang dia mau hingga semua cita cita juga impian ku hilang begitu saja. Tapi kali ini aku tidak akan mengalah untuk cita cita ku yang satu ini. Bagaimana pun caranya aku harus masuk jurusan perfilman ini. "Gak kerasa. Ya udah kelas sebelas lagi aja. Perasaan baru beberapa hari yang lalu deh kita masuk sekolah ini bareng bareng." Ucap Putri. "Terhitung tinggal tiga bulan lagi nih kita udah mau naik ke kelas 12. Wah aku sih gak nyangka kita bisa ngelewatin ini semua."ucap Lisa sambil memakan roti ditangannya. "Iya padahal baru aja kemaren kita kenalan ehh udh mau kelas 12 lagi." Ucap ku di selingi senyuman. "Ohh iya mir gimana kamu sama ka Raka masih chatan gak nih." Tanya putri penasaran. "Sumpah ya waktu itu buming banget kalau kamu deket sama ka Raka. Banyak banget yang sirik gara gara kamu dapet no teleponnya. Apalagi tuh si Maura. Sumpah dia jeles banget sama kamu." Jawab Lisa. Memang Maura adalah salah satu anak terkaya di sekolah ini dan orang tua Maura adalah salah satu pemberi saham ter besar di sekolah ini. Jadi pantas saja jika maura di anak emaskan disini.
"Aduh ada trio miskin di sini. Tumben pada makan di kantin. Biasanya setiap jam istirahat selalu bawa bekel. Buat gak berselera aja deh." Ucap Maura. "Ya kalau anda tidak berselera untuk makan di kantin ini, anda bisa pergi dari sini tanpa harus menghinakan." Jawab Putri dengan sedikit penekanan. "Oww mulai berani ya kamu mengusir anak pemilik sekolah ini? Emang seberapa kaya kamu sampai berani mengusir kami." Ucap Maura dengan nada lebih tinggi. "Tentu saja kita berani." Ucap Lisa sambil menumpahkan minuman dibaju Maura. "Untuk apa takut dengan orang yang suka pamer dengan harta orang tuanya. Seharusnya orang itu malu karena harta yang dibanggakannya adalah harta orang tuanya bukan hasil kerja kerasnya." Jelas lisa kembali. "BERANINYA KAU..." Ucap Maura dengan emosi hendak menampar Lisa. "SUDAH CUKUP. PERLAKUAN KALI INI SUDAH KELEWATAN MAURA. JIKA KAMU MELAKUMAN HAL YANG SEMENA MENA LAGI MAAF AKU AKAN MELAPORKAN MU." Ucap ku dengan penuh penekanan. Maura pergi dengan kenasal melihat aku menahan tangannya yang ingin menampar Lisa. Dsri semenjak itu Maura tidam lagi mengina aku, Putri dan Lisa.
Kini aku sudah berada di akhir masa masa di SMA. Persiapan pun sudah aku siapkan semua mulai dari tempat kuliah, jurusan, dan prospek kerjanya pun sudah aku persiapkan. Tinggal menunggu kapan waktu itu tiba. "Kita tinggal menunggu beberapa hari lagi kelulusan. Rencana kalian setelah ini?" Tanya Putri. "Aku sepertinya akan ikut kaka ku ke London. Membatu dia dalam perusahaan ayah yang ada di sana." Jawab Lisa. "Aku sendiri ingin masuk ke UNPAD jurusan kedokteran. Do'a in ya supaya lolos." Ucap Putri. "Aamiin semoga tercapai ya. Dan kamu mir mau lanjut kemana?" Tanya Lisa. "Insyaallah aku ingin masuk institut kesenian jakarta jurusan perfilman." Jawabku. "Wah keren. Tapi bagaimana dengan ayahmu apakah dia sidah taj tentang ini?" Tanya Putri antusias. "Entah lah aku belum bertanya juga." Jawabku seadanya. "Semoga berhasil ya tetap semangat oke." Ucap Lisa sambil menepuk pundakku.
Setelah pulang sekolah aku tidak langsung pulang ke rumah aku mendatangi cafe terdekat di sekolah untuk sekedar menenangkan diri sebentar. Hari demi hari aku lewati. Tak banyak cobaan kali ini. Ayah juga lebih jarang marah kali ini karena memang selama aku di SMA aku selalu mendapat nilai bagus dan juga mendapat rengking pertama dalam satu kelas. Yang aku lakukan semua itu bukan hanya untuk ayah tapi juga untuk diriku di masa depan nanti.
Satu hari menuju kelulusan membuat aku semakin berdebar tak karuan. Pasalnya jika nilai ku turun aku tidak akan bisa berbuat apa apa lagi. Hanya ini satu satunya harapanku bisa masuk keperguruan yang aku inginkan.
Hari yang di tunggu tunggu tiba dengan memakai pakaian toga aku berjalan memasuki ruang aula. " Kepada semua peserta kelulusan diharap segera duduk di kursi yang sudah kami sediakan." Ucap mc. Banyak sekali sisawa dan juga orang tua yang hadir dalam acara ini. "Terimakasih kepada seluruh siswaa dan para orang tua pendampung yang sudah hadir. Kali ini kita akan mendengarkan sambutan yang pertama dari kepala sekolah SMA Alfa Centauri. Waktu dan tempat kami persilahkan." Ucap mc mempersilakan. " Baik terimakasih sebelumnya kepada mc dan juga ketua pelaksana yang sudah mengadakan acara ini dengan sebaik baiknya. Pertama tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat dan ridho nya kita dapat berkumpul di aula ini. Tak lupa juga sholawat serta salam kita limpah curahkan kepada junjungan kita habibana wanabi yana muhammad saw. Kepada para sahabat, keluarga dan juga kita selakubumatnya di akhir jaman ini. Saya selaku kepala sekolah SMA Alfa Centauri mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada anggatan 2019 ini. Karena berkat kalian kita bisa menduduki peringakat UN tertinggi se provinsi Jawa Barat ini. Semoga kalian dimasa depan tetap sukses dan menjadi kebanggaan kita semua. Mungkin sekian dari saya." Ucap sambutan dari pak dewa. "Baik acara selanjutnya adalah penentuan rengki dalam satu angkatan dan penyerahan ijasah sekaligus hadiah kepada sepuluh orang dengan rengking tertinggi. Dengan ini saya panggil nama nama yang saya sebut untuk maju kedepan. Kita ambil dari rengki 10 besar terlebih dahulu ya. Rengking 10 oleh sodara Sindi, rengking 9 oleh sodara Raihan, rengking 8 oleh sodara Radit, rengking 7 oleh sodara Putri, rengking 6 oleh sodara Ilham, rengking 5 oleh saudara Lisa, rengking 4 oleh saudara Idwan, rengking 3 oleh sodara Galih, rengking 2 oleh saudara Maura dan rengking 1 oleh saudra Almira. Dipersilahkan kepada nama nama yang sudah kita panggil tadi untung menaiki temlat yang sudah kamu sediakan."ucap mc diiringi tepuk tangan.
Tak kusangka aku mendapatkan peringkat pertama dalam satu angkatan. Perasaan ku saat itu sangat campur aduk. Ada rasa senang karena mendapat peringkat pertama untuk satu angkatan. Ada rasa sedih karena semua susahaku kali ini tidak sia sia sama sekalia. Aku sangat senang dan banggga dengan diriku sendiri. "Selamat ya Almira." Itulah yang banyak aku dengar sekarang. Mulai dari staf guru, siswa, dan para orang tua banyak sekali yang mengucapkannya.
Setelah acara kelulusan itu selesai aku memutuskan untuk pulang tanpa berucapkan banyak kata kepada ayah mau pun bunda. Inilah waktunya untuk bisa mengutarakan keingginan ku. Bagaimana pun caranya aku harus mengutarakannya. Meskipun itu harus membuat aku terkena masalah yang lebih besar lagi nantinya. "Mira ke kamar dulu ya bun." Ucapku sambil berlali. "Nanti malam sesudah makan kamu jangan dulu tidur ya. Ada yang ingin ayah bicarakan." Ucap ayahku. Didalam kamar aku berbaring di atas kasur sambil melihat langit langit. Banyak yang aku pikirkan sampe saat ini. Hingga tanpa sadar aku tertidur dengan pulas.Aku terbangun dari tidur dan melirik ke arah jam yang tergantung di dekat meja rias. "Ternyata sudah hampir magrib." Ucapku sambil pergi kekamar mandi. Selesai dari kamar mandi dan merapikan kamar aku bergegas turun kebawah.
"Mir sini na. Ada yang ayah mau omongin." Ucap bunda sambil menepuk nepuk kursi yang kosong di sebelahnya. "Mira ayah sudah memutuskan bahwa kamu akan masuk unifersitas yang sudah ayah pilihkan untuk kamu dan juga sudah ayah tentukan jurusannya. Jadi kamu tinggal masuk saja."ucap ayah. "Maaf ayah tapi untuk kali ini Mira tidak setuju." Ucapku agak sedikit gugup. "Ada apa ? Kenapa kamu tidak setuju?" Tanya ayah. "Kali ini Mira sudah menentukannya sendiri. Mulai dari unifersitas hingga jurusan."jawab ku sedikit tenang. "Baik ayah akan turuti apa mau kamu. Tapi sebelumnya jurusan apa yang ingin kamu tekuni?" Tanya ayah kembali. "Mira ingin masuk Institut kesenian jakarta jurusan perfilman." Jawabku. "APA ? Perfilman. Ayah tidak mempermasalahkan kamu untuk masuk unifersitas itu. Tapi, ayah mempermasalahkan jurusan yang kamu pilih lebih baik kamu jangan memilih itu." Jawab ayah dengan sedikit menaikan nadanya. "Tapi maaf ayah Mira tetap ingin masuk jurusan itu." Jawabku tak mau kalah. "MIRA DENGARKAN AYAH. APA SETELAH KAMU MASUK KE JURUSAN ITU KAMU LANGSUNG MENDAPAT PEKERJAAN?" Tegas ayah. Aku hanya diam tak menanggapi apa yang ayah ucapkan. "AYAH TANYA SEKALI LAGI APA ADA PROSPEK KERJA YANG MENJAMIN KAMU DALAM JURUSAN ITU?" tanya ayah kembali. Aku masih diam tak menjawab sambil menahan tangis. "SUDAH JELAS BERARTI JIKA KAMU DIAM. POKONYA AYAH TIDAK AKAN PERNAH SETUJU DENGAN PILIHAN KAMU." Tegas ayah. "Maaf ayah. Tapi, dari dulu selalu mengikuti semua yang ayah mau mulai dari sekolah. Dari SD,SMP, hingga kemaren SMA ayah yang menentukan. Apa yang Mira mau ayah tak pernah mau dengar. Semua teman menganggap Mira aneh." Jawabku sambil diiringi tangisan. "ITU SEMUA SALAH AYAH BEGITU? INGAT MIRA AYAH BERBUAT SEPERTI ITU DEMI KAMU. KEBAHAGIAAN KAMU." Jawab ayah. "Ayah bilang demi kebahagian aku. Apa ayah gak salah, ini semua demi kebaikan aku. Tapi nyatanya mira tidak bahagia. Malah mira tertekan. Ayah tau setiap mira melakukan semua keinginan ayah mira tertekan. Ayah tau? Tidak kan. Karena mira menahan semua yang mira inginkan. Setiap mira ingin mengutarakannya ayah selalu saja marah dengan apa yang mira bicarakan. Yah mira juga punya hak untuk mencapai semua keingginan mira. Mira bukan orang suruhan ayah yang selalu patuh apa yang ayah suruh. Mira ini anak ayah." Jawabku diiringitangis. "TETAP AYAH TAK AKAN SETUJU DENGAN APA YANG KAMU PILIH." Tegas ayah kembali. "Dengan atau tanpa ijin ayah mira akan tetap memilih keputusan Mira." Jawabku sambil berlalu. "ALMIRA.... ALMIRA.." ucap ayah memanggilku. "Sudah lah yah biarkan mira memilih jalan hidupnya. Biarkan dia mecapai keingginannya. Selama ini mira menahan semua keinginan nya demi kamu. Dia sudah dewasa bukan anak kecil lagi." Ucap bunda menenangkan. "Tapi dia itu keterlaluan. Menganggap aku menekan semua hidupnya." Ucap ayah sedikit tenang. "Mas memang kamu menekan dia selama ini. Apa kamu tak sadar dengan perasan anak kamu mas? Dia juga butuh sedikit kebebasan. Tanpa harus terus menerus mengikuti ke inginan kamu." Ucap bunda. "Jadi kamu lebih memilih dia dari pada aku?" Tanya ayah. "Bukan memilih. Tapi, memang dia anak aku. Kamu terlalu egois mas." Ucap bunda sambil berlalu.
Semenjak saat itu aku memilih untuk terus melanjutkan impian ku menjadi seorang produser film. Aku keluar dari rumah dan mencari kosan di dekat unifersitas yang aku inginkan. Dalam mencapai impianku juga tak semulus yang di bayangkan. Mulai dari orang yang menganggap aku tidak mampu, skripsi yang berkali kali di tolak dosen, lomba naskah perfilman yang aku ikuti pun selalu gagal. Banyak teman yang menjauhiku karena aku gagal. Tapi ada seorang yang tak pernah menyerah membantu menyemangatiku. Yaitu Ghayida. Dia selalu ada disaat aku susah dan senang. Hingga aku bisa berhasil lolos lomba naskah perfilman. Tapi sesudah masalah satu berhasil di selesaikan. Banyak masalah baru yang bermunculan. Namun Ghayida selalu memberi saran dan membantu aku di kala susah. Hingga puncaknya aku berhasil membuat sebuah film pendek dan mendapat sebuah penghargaan nasional berkat kerja kerasku. Dan banyak tawaran yang aku terima. Mulai dari membuat sebuah drama film, membuat film romantis dan masih banyak lagi. Hingga puncaknya aku mendapat beasiswa ke luar negeri untuk mengembangkan impian ku dan disana aku berhasil membuat sebuah film garapanku sendiri. Kini aku banyak dikenal orang dan sukses dimana mana. Aku juga tak pernah lupa berkat siapa aku bisa seperti ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline