Lihat ke Halaman Asli

Yeni Fadilla

Hanya seorang gadis desa yang gemar menulis cerita dan mengolah kata~~

Kali Pertama Bersama Bus Kota

Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok

Saat berada di terminal bus, tiba-tiba gue teringat masa kali pertama gue memahami dunia "bus kota". Kejadiannya memang telah lama berlalu namun masih sangat terekam jelas dalam pikiran. Ok, begini kisahnya. Kala itu gue lagi nemenin sepupu gue yang lagi mudik ke tanah kelahiran kami. Awalnya kami mau naik kereta api, namun ternyata takdir membawa kami menaiki bus kota sebagai alat transportasi kepulangan kami. 

Well, sebenernya gue nggak berminat naik bus kota karena gue nggak tahan sama bau bahan bakarnya. Ya, setiap kali mencium bau solar, gue merasa amat sangat mual. Tetapi gue juga pengen tau gimana sih suasana naik bus kota, gimana sih atmosfir ketika berada di terminalnya, gimana sih cara pembelian tiketnya, dan lain sebagainya. Hal-hal semacam itulah yang pengen gue ketahui sebab selama ini gue hanya bepergian ke luar kota selama bertahun-tahun bersama Morisma (nama motor gue).

Kembali ke topik bus kota, gue akhirnya tau suasana di terminal yang penuh keriuhan, apalagi terminal yang ada di kota-kota besar. Gue juga akhirnya tau kalau ternyata umumnya kita naik busnya dulu, baru kondektur menghampiri kita untuk jual tiketnya dan menayakan destinasi mana yang akan kita tuju. Selain itu pula, gue finally tahu suasana hiruk-pikuk dalam bus kota. Right, Di situ ada banyak macam orang. Ada ibu-ibu yang membawa anak-anak; ada bapak tua yang telah senja usianya namun harus bepergian sendirian tanpa keluarga; ada beberapa remaja yang entah mau kemana dan asik dengan smartphone mereka; ada pula some pemuda yg ditindik telinganya sehingga mereka tampak seperti preman pasar. Ah, pokoknya gue bisa tahu banyak orang. Namun ada satu hal yang bikin gw tercengang. What's that?

Alright, listen up. Saat itu bus kota tiba-tiba berhenti begitu saja di tepi jalan raya. Tanpa gue nyana banyak orang membawa makanan dan salah satu dari mereka melemparkan permen beserta makanan ringan di atas tas gue. "Oh, baik benar mereka," kata gue dalam hati. "Ini sedekah kah? layanan bus kota? Seru juga ya ada layanan makan gratis." Konklusi gue dalam hati. Then, karena berpikir demikian, gue taruh permen dan makanan tadi ke dalam tas gue.

Selang tujuh menitan, tiba-tiba orang yang melemparkan permen dan makanan ke gue tadi menghampiri gue. Dia mengulurkan tangannya ke gue. Jujur, gue nggak ngerti maksudnya apa. Kemudian sepupu gue bilang ke gue, "Not (nama panggilan gue), kasihkan permen sama jajannya ke orangnya."

Hah? Gue hanya terkejut terkesima tak tau harus berkata apa. Akhirnya gue berikan kembali makanan yang orang tadi sempat berikan ke gue. Setelah orang tadi melintas pergi, gue tanyak ke sepupu gue, "Itu makanan nggak dikasih ke gue?"

"Hahaha. Ya nggak lah, Not. Itu makanan kan dijual," jawab sepupu gue. Dan sungguh, gue hanya bergeming melihat sepupu gue tertawa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline