Lihat ke Halaman Asli

Menabung Pohon, Investasi Yang Menggiurkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menabung bukan hal yang baru. Semua orang dengan berbagai latar belakang dan tingkat kecerdasan setuju bahwa menabung merupakan salah satu hal yang bisa kita lakukan di masa kini untuk masa depan yang lebih baik, selain belajar di sekolah, setia dalam pekerjaan yang sudah Tuhan percayakan, dan berdoa.

Tidak semua orang suka menabung. Wajarlah, karena menabung membutuhkan pengorbanan. Kalau mau menabung, kita harus menekan kesenangan hari ini untuk berhemat, mengurangi foya-foya, makan seadanya cenderung tidak ada apa-apanya. Tetapi, penghematan masa sekarang tersebut membuat uang kita mengumpul, bahkan bisa menghasilkan keuntungan berupa bunga (jika kita menabung di lembaga keuangan). Itu kalau kita menabung uang. Bagaimana halnya jika kita menabung pohon. Apakah ada prinsip-prinsip yang sama dengan menabung uang? Jika ya, pengorbanan apakah yang terjadi jika kita lakukan? Dan, keuntungan apakah yang akan kita rasakan di masa depan?

Menabung pohon memiliki prinsip yang sama dengan menabung uang. Ada pengorbanan dan keuntungan. Pengorbanan yang besar akan menghasilkan keuntungan besar, sedangkan pengorbanan yang kecil keuntungan pun kecil. Apabila dibuat daftar, pengorbanan yang dibutuhkan dalam menabung pohon meliputi:

1.Pengorbanan waktu

Menanam pohon harus dilakukan dengan mengambil waktu kita yang sangat berharga. Mungkin biasanya kita menghabiskan waktu untuk bekerja guna mencukupkan kebutuhan sehari-hari, beristirahat guna kebaikan tubuh dan jiwa, beribadah guna kebaikan roh, belajar, bercengkerama dengan keluarga, dan lain-lain. Jika kita menanam pohon, kita harus mengatur waktu kembali untuk merawat pohon tersebut supaya tumbuh maksimal.

Jika waktu yang kita korbankan hanya sedikit, mungkin cuma cukup untuk menyiram, tetapi tidak cukup untuk memangkas dahan, membuang gulma, dan perawatan-perawatan lain yang dibutuhkan. Hasilnya tentu berbeda sesuai dengan waktu yang dikorbankan tersebut.

2.Pengorbanan tenaga

Menyiram, memangkas dahan, membuang gulma, memupuk, semua itu dilakukan dengan tenaga manusia. Untuk orang-orang masa kini yang terbiasa hidup di depan komputer, duduk di depan meja kerja, terhubung dengan fasilitas online yang banyak membantu transaksi apa saja, aktivitas di ruang terbuka seperti menabung pohon tentu dirasakan berat. Mungkin baru melakukan kegiatan satu jam saja bergulat dengan tanah, nafas sudah menderu dan keringat sudah membanjir. Di situlah artinya mengorbankan tenaga.

3.Pengorbanan biaya

Apakah yang gratis sekarang ini? Hampir-hampir tidak ada. Menabung pohon juga tidak gratis. Butuh modal untuk pembelian bibit, biaya air untuk penyiraman, pembelian pupuk, insectisida, dan lain-lain. Belum lagi membayar tenaga perawatan bagi orang-orang yang sudah menyerah berjibaku dengan alam. Belum lagi pembelian lahan jika ingin menabung pohon dalam jumlah besar. Itulah pengorbanan.

Di atas adalah daftar pengorbanan. Bagaimanakah daftar keuntungan yang diperoleh? Apakah lebih besar daripada pengorbanan yang harus dilakukan? Apakah menabung pohon termasuk investasi yang menguntungkan? Mana ada orang yang mau berinvestasi jika dihitung-hitung tidak terlalu menjanjikan. Kita tahu bahwa prinsip investasi adalah merasakan keuntungan yang lebih besar di masa depan, dimana semakin panjang jangka waktunya maka semakin besar keuntungannya.

Jika demikian, mari kita membuat daftar keuntungan dari menabung pohon sebagai sebuah investasi:

1.Keuntungan Materi

Bagi para penabung pohon yang menginginkan keuntungan materi, hal ini dapat terpenuhi dengan memperhatikan jenis pohon yang ditanam. Yang dimaksud di sini adalah pohon-pohon penghasil kayu dan buah, seperti pohon jati, sengon, durian, dan lain-lain. Semakin tua umur jati, semakin mahal harganya. Sedangkan semakin tua umur pohon buah, semakin banyak musim buah terlampaui, tentu hasil panen semakin besar.

2.Keuntungan Kesehatan Manusia

Semakin panjang waktunya, jika menabung pohon dilakukan dengan setia, maka semakin banyak jumlah pohon yang telah ditanam, berakar, dan berbuah. Daun pohon semakin rimbun, dan ada banyak Oksigen (O2) yang dilepaskan di udara. Imbasnya adalah, manusia disehatkan karena tercukupinya kebutuhan O2 bagi kelangsungan hidupnya.

3.Keuntungan Kenyamanan

Jika hari-hari ini manusia banyak mengeluh tidak nyaman karena global warming, dimana suhu bumi meningkat tajam di hampir seluruh pelosok dunia, maka jika tabungan pohon semakin banyak, lambat-laun suhu bumi tentu akan menurun dan bumi kembali menjadi tempat yang nyaman bagi manusia untuk tinggal. Jika orang kota bersama pemerintahnya suka menabung pohon, maka suasana teduh seperti di desa juga tidak mustahil dapat dirasakan di kota. Kota menjadi nyaman dan penduduknya juga betah untuk tinggal dan dapat bekerja lebih produktif.

4.Keuntungan Kualitas Lingkungan Hidup

Pohon yang memiliki akar di dalam tanah ternyata dapat membantu tanah untuk menyimpan air. Hal itu sangat bermanfaat, dimana kualitas air tanah menjadi lebih baik dan jumlahnya juga lebih banyak untuk kelangsungan hidup manusia yaitu sebagai sumber air bersih, menekan erosi dan menjaga kesuburan tanah.

5.Keuntungan Jaminan Anak Cucu

Jika kita sadar menabung pohon, secara tidak langsung kita sudah membantu anak cucu kita hidup lebih layak di bumi yang kita wariskan kepada mereka. Mungkin umur kita tidak panjang, atau paling panjang 70 – 80 tahun, dimana di tahun-tahun terakhir kita sudah tidak mampu berbuat banyak untuk anak cucu karena keterbatasan raga, tetapi pohon-pohon yang kita tabung sekarang akan dapat berbuat banyak bagi mereka. Pohon-pohon yang kita tanam sebagai investasi tersebut akan menjamin materi, kesehatan, kenyamanan, dan kualitas lingkungan hidup bagi anak cucu kita.

Lalu, bagaimanakah respon kita terhadap daftar pengorbanan dan keuntungan di atas? Bukankah menggiurkan investasi menabung pohon ini? Masihkah kita ragu-ragu melakukannya? Demi diri kita sendiri, demi anak cucu kita, dan demi bumi di mana kita sudah banyak mengambil dari padanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline